Selasa, 05 Maret 2013

Hati yang dipersembahkan

Kita perlu membahas mengenai definisi “hati yang dipersembahkan”. Maksud hati yang dipersembahkan itu adalah suatu kehidupan hati yang berada di sekitar mezbah Tuhan, serta sebuah langkah hati y ang sangat erat kaitannya dengan membawa korban persembahan dari hidup kita di hadapanNya.

Apa artinya MEZBAH? Mezbah adalah tempat bagi umat Tuhan membawa korban persembahan mereka, tempat menaruh korban persembahan, dan tempat penyembelihan. Dalam perjanjian baru, kita tidak lagi mengenal mezbah yang terbuat dari batu-batu seperti waktu zaman Habel atau perjanjian lama lainnya, tetapi mezbah yang dibangun di dalam perjanjian baru itu adalah mezbah yang dibangun di dalam hati umat Tuhan! Dan di atas mezbah hati itu, umat Tuhan membawa korban persembahan dari hidup mereka dan korban persembahan rohani mereka kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, Rasul Paulus menasehati kita dalam Roma 12:1-2, katanya :
“Oleh karena itu saudara-saudara, melalui kemurahan Elohim aku menasehati kamu agar mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus, berkenan kepada Elohim, itulah ibadahmu yang bijak. Dan janganlah menjadi serupa dengan zaman ini, tetapi biarlah kamu diubah oleh pembaruan pikiranmu, agar kamu membuktikan apa itu kehendak Elohim, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.” (ILT)

Dari pengenalan dan pengalaman bersama Tuhan, Tuhan telah mendidik dan mengajar hati saya untuk mengerti suatu kenyataan bahwa Tuhan menghargai kehidupan yang dibawa kepadaNya sebagai korban persembahan yang hidup melebihi persembahan-persembahan apa pun yang dibawa orang kepadaNya. Mengapa? Karena Tuhan menyukai si pembawa korban persembahan yang menjadi penyembahNya dan yang mengerti bagaimana membawa hidupnya di hadapanNya dibandingkan dengan korban persembahan secara terpisah. Korban persembahan tanpa kehidupan bukanlah korban persembahan yang disukaiNya!

Hal ini tampak jelas dari kehidupan Ayub. Seorang penyembah yang tak terpadamkan sekalipun digoncangkan, dihabisi, dan dibuat melarat.

Matt Redman mengatakan, “Hati Tuhan disenangkan oleh seorang penyembah yang tidak pernah berhenti menyembah, yang walaupun berada di tengah masalah, masih tetap bisa melihat keindahan Tuhan!”

Seseorang menjelaskan tentang penyembahan sejati, katanya : “Penyembahan yang tergantung hal-hal eksternal untuk kelangsungan hidupnya sama sekali bukanlah penyembahan yang benar. Penyembahan yang benar adalah apa tetap tinggal pada diri kita ketika semua yang eksternal ini lenyap!”

Saya ingin mengatakan kepada Anda! Iblis tahu bagaimana mengambil kambing domba, lembu sapi dari Ayub. Sebelum kita lanjutkan, sebuah pertanyaan menyela, “Mengapa iblis membidik kambing domba dan lembu sapi dari Ayub?” Karena iblis menyangka ketika diambilnya hewan korban itu, maka Ayub tidak dapat menyembahNya, dan tidak dapat menaruh hatiNya di hadapan Tuhan bebarengan dengan naiknya asap korban persembahan yang dibakar di hadapanNya. Iblis mengira bila Ayub tidak mempunyai hewan korban itu, maka mezbahnya akan runtuh. Iblis sudah mulai tersenyum karena ia mengira kemenangan sudah di depan mata.

Tiba-tiba! Iblis yang sedang tersenyum itu kemudian berubah menjadi pucat pasi. Mengapa? Karena kesenangannya mulai surut. Iblis menyadari akan suatu kesalahan yang tidak diperkirakannya, dan kesalahannya adalah kesalahan yang besar. Apa kesalah besar yang dilakukan iblis? Kesalahan besar yang dilakukan iblis adalah ia tidak mengerti akan pewahyuan mezbah hati! Jadi, sekalipun iblis telah berhasil mengambil hewan korban milik Ayub, ia pikir Ayub akan “sekarat” di hadapan Tuhan, akan hilang persekutuannya bersama Tuhan, dan akan seperti kebanyakan orang yang segera meninggalkanNya dan memberontak di hadapanNya!

Hal yang luar biasa yang dicatat dalam Alkitab mengenai Ayub itu adalah :
“Maka Ayub bangkit dan mengoyakkan jubahnya, serta mencukur kepalanya. Dan dia menjatuhkan diri dan menyembah. Dan dia berkat, “Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku dan dengan telanjang aku akan kembali ke sana. YAHWEH telah memberi     dan YAHWEH telah mengambil, biarlah nama YAHWEH yang diberkati!” Dalam     kesemuanya itu Ayub tidak berdosa, dan tidak juga menuduhkan kesalahan kepada Elohim. “(Ayub 1:20-22, ILT)

Saudara, perhatikan akhir dari ayat ini, “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berdosa, dan tidak juga menuduhkan kesalahan kepada Elohim.” Kedalaman akar keakraban dan keintiman Ayub bersama Tuhan telah membuahkan hasil pengenalan dan pengalaman dalam tingkat yang mengagumkan Tuhan. Mengapa? Karena mezbah hatinya terus menyala dan terus ditaruhkan korban persembahan kepadaNya.

“Lalu istrinya berkata kepadanya, “Masihkah engkau berpegang teguh pada kesalehanmu? Berkatilah Elohim dan matilah!” Namun dia berkata kepadanya, “Engkau berbicara seperti bicaranya seorang wanita bodoh! Akankah kita menerima yang baik dari Elohim, dan tidak mau menerima yang buruk juga?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya “ (Ayub 2:9-10, ILT)

Lagi-lagi kita menemukan suatu hal penting yang Tuhan izinkan untuk dituliskan dalam Alkitab, “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” Dengan tujuan supaya mata kita mengenali suatu perbedaan antara orang-orang yang membangun mezbah hatinya, yang menjaga hati dan bibirnya agar tidak ditemukan Tuhan berdosa ketika dalam hidup mereka diperhadapkan kepada berbagai masalah dan pergumulan dengan yang tidak membangun mezbah hatinya. Namun, terlalu banyak hati dan bibir kita bertindak bodoh, dan ujungnya ditemukan berdosa di hadapanNya, karena kita tidak mengerti tentang pewahyuan mezbah hati!

Kenyataannya Ayub bukannya sekarat, melainkan Ayub semakin pada akan pengenalan dan pengalaman bersama Tuhan, dan hidupnya semakin penuh dengan kadarNya. Kenyataannya dimensi Ayub yang masuki itu telah mendorongnya untuk bergerak lebih jauh dan mampu menembus hati Tuhan!

“Apa itu mezbah hati?, tanya Anda spontan. Mezbah hati adalah mezbah yang dibangun di dalam hati seseorang, bukanlah mezbah yang dibangun di lluar, bukan mezbah yang terdiri dari batu-batu yang disusun. Mezbah hati adalah sebuah tempat menaruh korban persembahan rohani, tempat seseorang menaruh kehendaknya untuk digantikan dengan kehendak Tuhan, tempat seseorang membangun persekutuan dengan Tuhan di dalam hatinya! Mezbah hati yang dibangun oleh kesungguhan pengabdian, penyembahan, dan.. hati yang dipersembahkan!

Apa akibat ketidaktahuan iblis mengenai mezbah hati Ayub? Akibatnya fatal! Ia kalah telak! Tuhanlah yang telah bertaruh dengan iblis, tentang “Apakah Aybu akan murtad bila diganggu iblis?” Kenyataannya Ayub tetap tidak bergeming, sekalipun semua habis, dan semuanya tanpa tersisa. Kisah ini berujungkan kepada Tuhan yang menang karena mezbah hati Ayub.

Mungkin anda bertanya, “Jadi apa akibat ketidaktahuan umat Tuhan tentang mezbah hati yang seharusnya mereka miliki dan mereka bangun dalam hidup mereka?” Samuel Saputra menjelaskan, Iblis tidak takut bila Anda hanya ke gereja, berdoa, menyembah, dan beribadah seminggu sekali. Mengapa? karena semua agama melakukan hal yang sama. Strategi iblis adalah menghapus korban sehari-hari!. Esensi dasar hidup Kristen adalah 24/7 (24 jam 7 hari) Tuhan di dalam Anda dan Anda di dalamNya.” Jadi ketidak-tahuan umat Tuhan tentang mezbah hati akan menjadikan kehidupan rohani banyak umat Tuhan kering, dangkal, rapuh, manja, dan seperti roller coaster yang biasanya hanya naik turun, tanpa ada terobosan dalam hidup mereka!

Sekarang kita pertanyakan, apa dampaknya bagi Ayub setelah melewati masa penggocohan iblis terhadap hidupnya? Dampaknya, Ayub memasuki dimensi yang lebih dalam lagi, memasuki pengenalan dan pengalaman bersama Tuhan dalam tingkat yang semakin dalam, kuat dan kokoh di hadapanNya!
Artikel dikutip dari Buku Mezbah Hati, Stephanus Herry, Metanoia 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar