Kamis, 21 Maret 2013

Hidup Yang Memiliki Pikiran Allah

Hidup Yang Memiliki Pikiran AllahSejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem  dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus  menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” ” Matius 16 : 21-23

Petrus dapat memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan Yesus kepada murid-muridNya mengenai siapakah diriNya, pada perikop sebelumnya dalam pasal yang sama. Roh Kuduslah yang memimpin pikiran Petrus dan berbicara kepada Petrus, sehingga kita dapat melihat bagaimana Yesus memberikan pujian atas jawaban Petrus, dalam Matius 16:17, “Kata Yesus kepadanya: berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang disorga”.

Namun dalam ayat 23, kita melihat bagaimana  Yesus  menegur  Petrus dengan sangat keras. Yesus menghardik, “Enyahlah iblis”.  Yesus di sini bukan mengusir Petrus tapi mengusir iblis yang telah meracuni pikiran Petrus. Petrus melakukan suatu kesalahan besar,  Petrus  membiarkan pikirannya dikuasai oleh iblis sehingga ia cenderung memikirkan hal-hal yang duniawi,  Petrus tidak memikirkan apa yang Allah pikirkan. Iblis sangat ingin menggagalkan rencana Allah.

Kalau kita lihat sekilas mengenai  latar belakang dari pemberitaan Yesus kepada murid-muridNya tentang penderitaan yang harus Dia alami, dalam ayat 21 di atas, adalah suatu misi yang harus dijalani oleh Yesus. Kitab Yesaya  juga sudah menubuatkan tentang hal itu, dalam Yesaya 53:5, “Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita… ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya”. Yesus harus  memikul penderitaan karena kita, dengan sabar dan sukarela, supaya kita diselamatkan.  Andai saja Petrus menyadari hal ini, tentu ia tidak akan mengatakan kepada Yesus, seperti dalam ayat 22 di atas “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”.  Seharusnya Petrus memberikan kekuatan kepada Yesus.  Petrus dengan berani menyatakan hal tersebut, karena ia membiarkan iblis bekerja menguasai pikirannya, ia hanya memikirkan penderitaan yang akan Yesus terima.
Seringkali  tanpa kita sadari kita telah melakukan  kesalahan  seperti yang dilakukan Petrus. Apa yang kita pikirkan setiap saat dalam kehidupan kita, tidak  seperti yang Allah pikirkan. Kita lebih banyak cenderung memikirkan  perkara-perkara duniawi saja. Kita kurang memikirkan perkara-perkara rohani, hal-hal yang sorgawi. Itulah sebabnya banyak orang yang hidup dalam tekanan, kebimbangan, kegelisahan dan putus asa, karena diperdaya oleh pikiran duniawi  saja. Berbagai situasi kehidupan yang kita hadapi sehari-hari tidaklah selalu menyenangkan seperti yang kita harapkan.  Keadaan yang demikian itu memang  cenderung mempengaruhi pikiran kita, akan banyak pertanyaan yang muncul ketika kita sedang berhadapan dengan masalah yang  sedang terjadi. Banyak orang memilih lebih baik lelah bekerja daripada lelah berpikir.  Mengapa ?  Karena kalau lelah bekerja bisa beristirahat,  sedangkan lelah berpikir dapat membuat tubuh kita juga menjadi lelah dan bahkan sampai sakit.

Kita boleh saja memikirkan masalah yang sedang kita hadapi, memikirkan  hal-hal yang duniawi,  tetapi kita harus bertindak hati-hati, sebab kalau  tidak  maka iblis dapat mengambil kesempatan atasnya, meracuni pikiran kita, membuat kita tiada berdaya, merasa telah gagal, membawa kita pada kekecewaan, sakit hati, kebencian dan sebagainya.  Ingatlah bahwa pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan (Yoh 10:10a). Pencuri itu ialah iblis,  suka menimbulkan kebimbangan penggenapan janji-janji Allah dalam hidup kita dengan maksud supaya kita gagal dan putus asa.

Apakah yang Allah kehendaki dari kita? Allah mau supaya kita juga memikirkan apa yang dipikirkan Allah, dalam ayat 23. Berpikirlah seperti Allah. “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol. 3:2) Kita harus memikirkan perkara yang di atas  dengan membiarkan seluruh sikap dan pikiran kita ditentukan olehNya. Dalam segala hal, kita harus mempertimbangkan  dan menilai serta memikirkan segala sesuatu  itu dari sudut pandang Allah, yaitu Firman Allah.

Allah selalu berpikir tentang yang baik dalam hidup kita terlepas dari keadaan kita, apapun adanya kita, DIA selalu mengasihi dan memperhatikan kita.  Allah merancangkan damai sejahtera, bukan kecelakaan, bahkan memberikan hari depan yang penuh harapan kepada kita. Jangan biarkan iblis merusaknya. Sebab kalau kita ijinkan iblis menguasai pikiran kita, maka kita sering dituduh dan diintimidasi oleh iblis, sehingga kita cenderung memikirkan yang buruk atas hidup kita, membuat kita tidak percaya pada Firman Tuhan.
.
Apakah yang harus kita lakukan agar kita dapat menjalani hidup yang memiliki pikiran Allah?

1. Melawan Iblis

Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” 1 Pet 5:9
Setiap orang harus berperang melawan iblis. Pikiran adalah medan peperangan. Kita tahu bahwa ketika umat manusia jatuh ke dalam dosa, iblis menjadi penguasa dunia ini, ia meronda di bumi mencari manusia untuk diperbudak. Waspadalah terhadap pikiran kita, kalau terdapat hal-hal yang buruk, jelek, negatif, sengsara dan sebagainya. Kita harus bertindak seperti  Yesus lakukan, menghardiknya dan katakan “Enyahlah iblis dari pikiranku, sebab aku percaya pada Firman Allah, Allah memberikan yang terbaik bagiku!“. Jangan biarkan hal-hal yang buruk menguasai pikiran kita.

Sebagai salah satu contoh dalam Alkitab kita lihat  bagaimana Ayub hidup dalam kegelisahan,  ia tidak memdapatkan ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya.

Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan , itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketentraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.” Ayb 3: 25-26

Kalau berpikir yang buruk, akan datang yang buruk, sebaliknya kalau kita berpikir yang baik (Firman Allah), maka kebaikan akan terjadi atas kita. Jangan beri tempat bagi iblis, lawanlah iblis dengan iman,  maka ia akan lari.
.

2. Menawan Pikiran

Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.” 2 Kor 10:5b
Kita sebagai orang  percaya  harus setiap saat menyesuaikan segala pikiran kita dengan kehendak Allah.  Bawalah seluruh pikiran kita kepada Allah, dan taklukkan di bawah kuasa FirmanNya.  Allah mengetahui seluruh pikiran kita, sebab tidak ada yang tersembunyi  bagi Allah.

Berhati-hatilah selalu akan apa yang dilihat oleh mata, dan apa yang didengar oleh telinga. Berani mengatakan tidak pada iblis, tidak pada dosa. Tolaklah dengan jelas segala sesuatu yang  tidak mendatangkan kebaikan. Serahkanlah pikiran kita pada Allah. Sekalipun masalah itu berat, percayalah Tuhan akan memberikan kelegaan.
.

3. Menyukai Firman Allah

Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Maz. 1:2
Manusia akan  selalu mencari apa yang mereka sukai. Sebagai umat Tuhan, jadikanlah Firman Allah menjadi kesukaan kita. Baca dan renungkanlah Firman Allah secara teratur. Kita harus membangun hidup kita dalam Firman Allah supaya kita menjadi kuat atas segala goncangan, dan masalah. Bila Firman Allah menjadi kesukaan kita serta merenungkannya siang dan  malam, maka Firman Allah itu akan membentuk pikiran kita, pikiran kita senantiasa selalu diperbaharui dibawa kepada pikiran-pikiran Allah. Biarkan Allah yang menuntun pikiran kita kepada  FirmanNya,  sampai kita melihat bagaimana campur tangan Allah atas hidup kita sungguh nyata.

Apakah yang saudara pikirkan saat ini ?  Adakah beban yang sangat berat ? Boleh-boleh saja kita memikirkan masalah kita,  tentang masa depan, kita sedang dalam pergumulan, dalam kekecewaan, dalam kemarahan, dalam kegagalan, penyesalan, putus asa atau tertekan/tertindas ? Jangan jadikan  masalah mengisi pikiran kita, sehingga kita tenggelam dalam masalah kita, membuat kita tidak berdaya atas masalah/pergumulan. Dalam keadaan ini iblis suka membawa kita pada tindakan yang buruk atau yang merugikan diri sendiri. Pikiran duniawi  mengarah kepada kebinasaan, tetapi pikiran rohani itu datangnya dari Allah dan menuntun kita kepada hidup yang berkemenangan.  Kita ada seperti yang kita pikirkan tentang kita. Sekalipun keadaannya  tidak baik, tetapi kita harus berpikir tentang yang baik.

Seperti Mazmur Daud berkata dalam pasal 119 ayat 71 “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu”. Jadikanlah setiap masalah itu untuk belajar tentang Firman Tuhan, karena setiap masalah mempunyai  jawaban dalam Firman Tuhan. Relakan FirmanNya membentuk pikiran saudara.  Biarlah damai sejahtera Allah memelihara hati dan pikiran saudara dalam Kristus Yesus. Tuhan memberkati saudara sekalian.
.
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Wahyu 1:3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar