Rick Warren
Saya yakin bahwa ada satu pertanyaan yang jauh lebih
sering diajukan dibandingkan dengan pertanyaan lainnya, terutama jika
Anda melayani orang-orang yang sedang dilanda masalah, pertanyaan itu
adalah, "Mengapa Allah mengijzinkan rasa sakit?" Saya tidak bisa lagi
menghitung sudah berapa kali saya ditanyai masalah yang satu ini.
Jadi, jika Anda menghadapi pertanyaan ini, berikut
adalah empat jawaban yang bisa Anda berikan kepada orang-orang itu.
1. Allah memberikan kita kehendak bebas
Di dalam kitab Kejadian kita melihat bahwa kita ini diciptakan
menurut gambar Allah. Namun seperti apa jelasnya? Allah memberi kita
pilihan. Kita bebas untuk memilih apakah akan melakukan hal yang baik
atau yang buruk, untuk menerima atau menolak Allah. Mengapa Allah
memberi kita pilihan ini? Karena Dia tidak ingin memiliki kumpulan
boneka. Dia tidak harus melakukan hal itu. Dia bisa saja memaksa kita
untuk menyembah, melayani dan mengasihi Dia. Namun Dia ingin agar kita
mengasihi Dia dengan sukarela. Anda tidak bisa mengatakan bahwa Anda
mengasihi seseorang kecuali jika Anda memiliki kesempatan untuk tidak
mengasihi dia.
Kehendak bebas ini bukan hanya menjadi suatu anugerah.
Kadang kala, kehendak bebas itu menjadi suatu beban. Kadang-kadang, kita
membuat pilihan yang bodoh. Pilihan-pilihan itu menimbulkan segala macam
akibat yang menyakitkan dalam hidup kita. Saya bisa saja memilih untuk
mencoba obat bius. Kalau saya sampai ketagihan, maka itu adalah
kesalahan saya sendiri. Saya bisa saja memilih untuk berperilaku seks
bebas. Kalau saya terkena penyakit, maka itu kesalahan saya. Allah tidak
ingin kita mengalami segala kepedihan ini, akan tetapi Dia akan
membiarkan kita menghadapi semua akibat dari pilihan-pilihan kita.
Bukan hanya kita saja yang memiliki kehendak bebas, orang lain
juga memilikinya. Kadang kala kita terluka akibat pilihan yang buruk
oleh orang lain. Kita semua pernah disakiti oleh orang lain selama hidup
ini. Mungkin Anda pernah membatin, "Mengapa Allah tidak mencegahnya?"
Dia bisa saja mencegahnya. Cukup dengan merampas kehendak bebas orang
yang bersangkutan. Akan tetapi, di sinilah letak dilemanya. Dalam rangka
melakukan hal itu, Dia juga harus merampas kehendak bebas Anda.
2. Allah memakai rasa
sakit itu untuk mendapatkan perhatian kita
Kepedihan atau rasa sakit adalah suatu lampu isyarat. Lampu
isyarat yang memberitahu kita tentang adanya sesuatu hal yang salah.
Bukan rasa sakit itu yang menjadi masalahnya. Itu hanya suatu gejala
saja. Rasa sakit itu adalah semacam pengeras suara yang dipakai Allah.
Seperti pepatah yang pernah Anda dengar, "Allah berbisik kepada kita di
saat kita menikmati kesenangan, namun Dia berteriak kepada kita melalui
kepedihan kita." Amsal 20:30 berbunyi, "Bilur-bilur yang berdarah
membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati." Kadang-kadang
dibutuhkan situasi yang menyakitkan untuk membuat kita mengubah jalan
kita.
Beberapa tahun yang lalu saya memiliki sepasang sepatu
yang sangat saya sukai. Sepatu itu terbuat dari kulit rusa dan
benar-benar terasa halus dan nyaman. Sepasang sepatu yang sangat hebat!
Namun, tak lama kemudian, alasnya bolong. Akan tetapi bagian atasnya
masih terlihat bagus. Saya tetap saja memakainya. Saya hanya perlu
memastikan bahwa saat saya duduk di atas panggung, kaki saya tetap
menjejak di lantai. Saya tidak berminat untuk membeli sepatu baru,
sampai turun hujan selama tujuh hari berturut-turut, dan saya harus
memakai sepatu yang basah itu selama tujuh hari berturut-turut. Kaki
saya yang basah itu akhirnya mendorong saya untuk berubah! Paulus berkat
kepada kita di dalam 2 Korintus 7:9, "Namun sekarang aku bersukacita,
bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat
kamu bertobat." Kadang-kadang dibutuhkan rasa sakit untuk membuat
kita melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan.
Ingatkah Anda akan kisah Yunus? Yunus berniat pergi ke satu
tujuan dan Allah berkata, "Aku ingin agar kamu pergi ke arah yang lain."
Lalu Allah memberi tumpangan kepada Yunus dalam bentuk yang sangat khas
di laut tengah - dalam perut ikan paus! Dan, di dasar lautan itu, Yunus
berkata, "Saat aku kehilangan harapanku, sekali lagi kuarahkan pikiranku
kepada Tuhan." Allah memakai kepedihan untuk mendapatkan perhatian kita.
3. Allah memakai rasa sakit untuk mengajari kita agar bergantung kepada-Nya
3. Allah memakai rasa sakit untuk mengajari kita agar bergantung kepada-Nya
Anda tidak menyadari bahwa Allah adalah tempat Anda
bergantung, sampai akhirnya Anda hanya bisa berharap kepada-Nya. Paulus
menyebutkan hal ini di dalam 2 Korintus 1:8-10, "Sebab kami mau,
saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di
Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan
begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan
kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.
Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh
kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang
membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah
dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami,
bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi."
Jika Anda belum pernah berhadapan dengan masalah, maka Anda
tidak akan tahu apakah Allah bisa mengatasinya. Allah membiarkan
kepedihan terjadi untuk mengajari Anda agar bergantung kepada-Nya.
Alkitab berkata di dalam Mazmur 119:71, "Bahwa aku tertindas itu baik
bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." Sebenarnya, kita ini hanya bisa
belajar dari kepedihan. Belajar bergantung kepada Allah adalah salah
satu di antaranya.
4. Allah membiarkan
terjadi kepedihan untuk membuka jalan bagi kita melayani orang lain
Kepedihan mempersiapkan Anda buat pelayanan. Paulus
berkata di dalam 2 Korintus 1:4, "Yang menghibur kami dalam segala
penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada
dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima
sendiri dari Allah." Setiap orang membutuhkan pemulihan dari suatu
masalah. Tak ada orang yang sempurna. Siapa yang bisa menolong orang
yang kecanduan alkohol melebihi kemampuan orang yang pernah mengalami
kecanduan alkohol itu? Siapa yang bisa menolong orang yang mengalami
pelecehan melebihi kemampuan orang yang pernah mengalami pelecehan itu?
Allah ingin memakai dan mendaur ulang kepedihan di dalam hidup kita
untuk bisa menolong orang lain, akan tetapi kita harus jujur dan terbuka
akan hal itu.
Allah melakukan hal itu kepada Kay dan saya. Tiga tahun pertama
masa pernikahan kami benar-benar sangat buruk. Saya bisa memahami
perasaan orang yang berkata bahwa dia sangat menderita dan ingin
bercerai. Saya mengerti hal itu karena saya pernah mengalaminya. Namun
berkat pertolongan seorang pembimbing Kristen, Kay dan saya mengatasi
semua persoalan itu dan sekarang menikmati suasana pernikahan yang luar
biasa. Beberapa tahun yang lalu, saya menyampaikan satu seri khotbh
ibadah Minggu pagi mengenai pernikahan, di mana saya membahas tentang
berbagai persoalan dalam pernikahan yang telah kami atasi. Seri khotbah
itu mencapai 12 rangkaian khotbah, namun sebenarnya masih bisa mencapai
sekitar 50. Allah memakai kepedihan Anda untuk bisa menolong orang lain.
Bayangkanlah seperti apa armada pelayanan yang bisa Anda latih di tengah
jemaat Anda jika Anda menolong orang-orang itu memakai kepedihan di masa
lalu mereka sebagai kesempatan untuk melayani. Allah tidak pernah
menyia-nyiakan kepedihan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar