Rabu, 30 Januari 2013

Ada Tawa di Balik Luka


Penulis : Lesminingtyas
Mungkin ini adalah tulisan saya yang paling konyol. Tidak ada kata puitis di dalam judul dan tidak ada pesan tersembunyi di balik tulisan ini. Semuanya saya nyatakan secara vulgar, terus terang dan tanpa basa-basi. Ini sejalan dengan sikap saya yang apa adanya, tanpa tambahan pemanis dan penyedap rasa. Kalau orang bertanya siapakah saya? Ya, saya adalah apa yang ada dalam tulisan saya.


Tanpa tedeng aling-aling, saya paling tidak suka dengan sikap NATO (No Action, Talk Only) atau istilah gaulnya OMDO (Omong Doang). Saya paling tidak suka dengan orang yang dengan berapi-api mengajarkan kesucian, kalau dirinya sendiri masih kotor. Saya juga tidak suka dengan pembawa Firman yang mengajak orang damai sejahtera, sedangkan dirinya masih saja bersungut-sungut, tidak pandai bersyukur dan menderita "pauperism" yang selalu merasa dirinya kekurangan.
Dengan kata lain, saya hanya menulis dan bersaksi mengenai apa yang saya imani dan amini. Sebelum saya mengajak orang bersuka cita, saya harus terlebih dulu bersuka cita. Saya tidak akan berbicara kepada orang banyak tentang Yesus Sang Pengasih, kalau saya sendiri masih terus mengiba, meminta belas kasihan orang lain dan tidak bisa mengasihi orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Saja juga tidak akan menulis tentang pentingnya bersyukur, sebelum saya pandai bersyukur baik dalam suka maupun duka, baik dalam keadaan sehat maupun terluka. Saya juga tidak akan bersaksi tentang indahnya melayani Tuhan, kalau saya masih diperhamba uang dan memilih-milih pelayanan yang "basah" dan beramplop tebal.
Kata "Luka" dalam tulisan ini mengandung makna yang sebenarnya, yaitu luka fisik. Saya perlu bersaksi tentang luka fisik, karena sendiri sering bergumul dengan sakit penyakit yang saya alami. Saya sendiri tidak setuju dengan syair lagu dangdut lawas yang mengatakan "lebih baik sakit gigi dapi pada sakit hati..." Mungkin bagi kebanyakan orang syair itu cocok. Tapi bagi saya pribadi, sangat tidak masuk akal. Mengapa demikian? Kalau saya sakit hati, saya hanya cukup menangis, mengadu kepada Tuhan di dalam doa, membaca Firman dan menyanyikan kidung-kidung pujian bertempo riang. Jadi tanpa harus bergantung isi dompet, rasa sakit hati saya bisa sembuh dengan kekayaan maaf yang saya miliki dan pengampunan yang Tuhan janjikan untuk saya sejauh saya mengampuni orang lain.
Nah, kalau sakit gigi gimana dong? Saya bisa merang-raung 1-2 hari hanya gara-gara sakit gigi. Gigi dan kepala saya makin sakit kalau dompet lagi kosong. Sampai saat ini saya belum pernah berhasil mengatasi sakit gigi atau sakit fisik lainnya tanpa bantuan orang lain, dokter atau obat-obantan yang semuanya berujung pada isi dompet. Jadi, bagi saya sakit fisik lebih berat dan lebih mahal dari pada sakit hati yang kesembuhannya sangat tergantung pada jamahan Tuhan Yesus. Kalau seseorang berjumpa dan memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan Yesus, saya rasa tidak ada sikap dan perbuatan orang lain atau musuh yang bisa menyakitinya. Hati orang benar adalah tahta bagi Kristus dan Roh Kudus sendiri yang akan menangkal tombak dan pedang yang dihujamkan iblis. Dengan hikmat dan penyertaan Kristus kita akan mampu bertahan dan tidak goyah atau jatuh tersungkur ke dalam jurang dosa yang bernama sakit hati, dendam dan permusuhan.
Lagi pula kalau kita benar-benar kristiani, seharusnya tidak pernah ada kata musuh dalam hidup kita. Yang ada adalah orang yang memusuhi kita. Tetapi kita tetap tidak boleh menganggapnya sebagai musuh. Justru sebaliknya, kita harus berbelas kasihan terhadap orang-orang yang memusuhi kita atau sesamanya, karena dengan sikap memusuhi berarti mereka sedang berada jauh dengan Tuhannya.
Kembali ke soal sakit fisik, saya akui bahwa kadang-kadang saya KO karenanya. Saya setuju keselamatan dan kesehatan adalah mahal. Kalau soal keselamatan, saya anggap sudah beres karena sudah dibayar lunas oleh darah Kristus. Lha, kalau soal kesehatan, mau tidak mau saya harus merogoh kocek sendiri. Tuhan Yesus tidak pernah memberikan jaminan bahwa dengan mengikutNya, berarti saya akan terbebas dari sakit penyakit. Kalau saya sakit, Tuhan Yesus juga tidak pernah bermukjizat bim sala bim dan seketika itu juga penyakit saya lenyap. Tuhan Yesus juga tidak pernah memberi saya rejeki nomplok dari lotre, togel, kuis berhadiah berkedok SMS, arisan berantai atau penggandaan uang untuk berobat. Walaupun Tuhan Yesus sangat menyayangi saya, tetapi Ia belum pernah mengutus orang yang sekonyong-konyong datang dengan segepok uang untuk saya berobat. Tuhan Yesus justru berkali-kali mengingatkan saya harus bekerja keras walau harus menahan sakit.
Jadi kembali lagi, kesehatan bagi saya adalah sesuatu yang mahal. Untuk kesehatan saya, Tuhan Yesus hanya memberi saya kesadaran bahwa kesehatan lebih berharga dari pada sekedar materi. Ada kalanya Tuhan Yesus mengijinkan saya sakit supaya saya merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan melawat saya melalui anak-anakNya. Tuhan Yesus mengijinkan saya sakit supaya ketika saya sehat, saya memiliki kepedulian, kasih sayang dan penghiburan untuk sesama yang menderita sakit.
Berbicara soal "Luka" saya justru tertawa dengan pengalaman konyol saya beberapa hari yang lalu. Tepatnya tanggal 12 Maret yang lalu, saya sungguh meraung-raung karena lutut saya terluka. Waktu itu kebetulan hari Sabtu, seperti biasa saya membeli koran Sinar Harapan tak jauh dari rumah. Sebelum ada kenaikan harga BBM, saya dan hampir seluruh tetangga sering menggunakan jasa ojek untuk keluar/masuk kompleks yang kira-kira 200m dari jalan yang dilalui angkot. Terlebih kalau hari sudah mulai gelap, banyak orang merasa ngeri berjalan sendiri melewati tanjakan terjal yang dipercaya orang masih angker.
Beberapa waktu yang lalu, saya menuliskan tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi kenaikan harga BBM. Salah satunya saya menyarankan pembaca untuk berjalan kaki kalau hanya untuk jarak kurang dari 1 km. Saya tidak memusingkan apakah ada pembaca yang melakukannya atau tidak, tetapi saya harus tetap melakukannya sebagai saksi sekaligus teladan.
Waktu itu kira-kira jam 17.00 dan gelap sudah mulai mengusir senja. Saya memang sengaja berjalan kaki santai dengan tangan kiri menenteng koran dan tangan satunya menenteng duren (durian) pesanan anak saya. Selama perjalanan saya sedikit konflik dengan batin saya sendiri gara-gara dipanggil "teteh" oleh penjual durian. Saya tidak tahu apa sebabnya tapi panggilan itu kok rasanya aneh di telinga saya. Apalagi aksen bicara saya yang medok, penampilan saya yang "sudah tua" rasanya memang tidak pantas lagi dipanggil "teteh"oleh pedagang yang masih sangat belia itu.
Ketika saya menuruni jalan yang cukup menukik dan berbatu tajam, saya tergelincir dan sedetik kemudian saya sudah bersimpuh. Kejadiannya memang terlalu singkat dan saya sendiri kurang bisa menjaga keseimbangan. Jujur saja waktu itu saya lebih mengkuatirkan durian di tangan kanan dan celana panjang saya yang masih gres. Saya sempat blank beberapa detik dan tidak sadar di mana saya berada. Walaupun telapak tangan kanan saya tergores, saya masih lega ketika durian yang saya beli tidak mental jauh. Saya sering geli setiap mengingat "wajah kartun" saya yang bersuka cita dan bangga karena celana baru saya tidak robek, sedangkan rasa perih di lutut sudah tidak tertahankan. Saya juga geli mengingat nasehat saya yang sering saya pakai menghibur orang yang kira-kira demikian "Kalau kita mengerti seni jatuh, maka jatuhpun terasa nikmat dan indah". Sayang sekali, waktu jatuh saya sedang blank sehingga lupa menerapkan seni jatuh tanpa rasa sakit.
Sambil cengar-cengir saya memungut kembali duren yang telah melukai saya dan kembali berjalan dengan gagah, kembali ke rumah yang kira-kira masih berjarak 100m. Tapi begitu sampai di depan rumah, saya lemas sekali dan tiba-tiba ambruk. Tetangga saya yang melihat saya berlumuran darah, kontan panik karena menyangka saya blooding. Saya masih mendengar sayup-sayup suara para tetangga yang membagi tugas. Ada yang mengambil tanggung jawab menjaga anak-anak di rumah, ada yang bersedia mengontak RS dan ada juga yang menyalakan kendaraannya untuk mengatar saya ke rumah sakit.
Sebelum saya berangkat, saya masih sempat mengucapkan terima kasih untuk para tetangga dan menitipkan anak-anak kepada mereka. Karena dompet saya kebetulan kosong, saya pun menyerahkan ATM kepada salah seorang tetangga yang selama ini saya percaya dan saya ijinkan untuk tahu PIN saya.
Singkat cerita, saya harus telentang di RS. Hampir saja petugas salah membawa saya ke dokter kebidanan. Untung saja saya sadar dan berteriak "Oe, dengkul saya yang sakit, bukan ituannya". Tetangga saya pun menjadi malu karena ditertawakan petugas dan pasien lain.
Ketika dokter bedah memeriksa luka saya, langsung memerintahkan juru rawat untuk menyiapkan alat-alat operasi kecil. Dengan gaya instruksi, dokter itupun berkata "Kamu ambil gunting dan potong celananya! Kamu siapkan alkohol dan betadin untuk mencuci lukanya" Saya pun dengan cepat merespon "Lho, kok celana saya mau digunting, Dok?!" Dengan ketus dokter itu menjawab "Sekarang Ibu mau pilih celana atau dengkul?" 189ch, sadis man!" kata saya dalam hati, bernada cengengesan. Tetangga perempuan yang ikut mengantar saya tak kalah usilnya "Memangnya kredit celananya belum lunas, ya?" bisiknya sambil cekikikan. "Justru itu satu-satunya kenangan celana hasil keuntungan saya ngreditin celana, kok" kata saya melucu. Walaupun sudah dibius lokal, tetapi saya tetap berteriak-teriak ketika lutut saya mendapat 8 jahitan. Saya memang termasuk orang yang tidak tahan sakit. Saya pasti berteriak dan menangis begitu merasa sakit. Menyadari kelemahan tesebut, saya pun menggunakan telapak tangan saya untuk membekap mulut saya sendiri. Saya berharap walaupun saya berteriak, suara saya tidak sampai terdengar orang di luar ruangan.
Ketika dokter itu bertanya "Lho, tanganya kenapa?" Saya tetap mengaduh sambil berpura-pura tidak mendengar. Dalam hati saya bercanda-canda "Want to know aja! Udah tahu luka begitu, masih aja nanya! Kalau gua jawab jujur, memangnya lu mau ngapain? Memangnya beda tindakan untuk luka karena terjatuh dengan luka karena menahan durian? Gua minta diobatin, bukan pengin ditanya-tanya kenapa mengorbankan tangan untuk sebutir durian!"
Begitu selesai merawat dan menjahit luka saya, dokter itu menyarankan saya beristirahat dulu sambil menunggu radiolog datang untuk merontgen lutut saya. Dokter itu meminta saya untuk tidak terlalu banyak menggerakkan kaki kiri saya karena takut jahitannya akan jebol dan posisi tulang lutut dengan tempurungnya tidak pas. Waktu itu saya sempat protes "Lho, kalau belum jelas posisi tulang lutut dengan tempurungnya, kok sekarang sudah dijahit, dok? Nanti kalau lutut saya lepas dan harus dibetulkan, berarti jahitannya dibuka lagi, dok?" tanya saya was-was. Dokter jutek itu pun menjawab "Yang dokter saya apa situ?" Saya hanya menjawab dalam hati "Lha, jelas situ dong! Kalau situ bukan dokter, mana mungkin saya ngijinin situ nusuk-nusuk jarum di dengkul saya!"
Tidak cukup dengan hanya menasehati saya, dokter itu pun memerintahkan juru rawat untuk mengikat kaki saya dengan tempat tempa tidur. Saya hanya tersenyum sambil melucu di dalam hati "Lu orangnya nggak percayaan, ya? Gua nggak perlu gerak-gerakin kaki, cuma perlu gerak-gerakin jari tangan buat ngirim SMS ke atasan, sanak saudara dan kawan-kawan rohani. Lagian gua khan bukan orang yang bebal, kalau dinasehati untuk kebaikan nggak bakal ndableg"
Ketika tetangga menggoda "Mau makan apa? Durian ya?", saya pun hanya berkelakar "Kalau hanya ada satu permintaan yang boleh diajukan, saya minta lepasin ikatan kaki saya. Memangnya saya maling, pakai dikat-ikat segala?" Di tengah canda dan tawa, ada juga tetangga yang berseloroh "Lagian duren berduri saja dibela-belain, masih mending kalau durennya itu duda keren!". Saya pun berusaha membela diri dalam canda "Lho, duren yang itu juga penuh kenangan. Perlu perjuangan untuk mendapatkannya. Dari harga lima belas saya menawar dan menunggu lama untuk bisa mendapat harga sepuluh ribu. Untung saja, tangan ini tidak harus kena 10 jahitan!" Walaupun tangan saya sakit, saya masih menggunakan falsafah jawa "serba bejo". Maksudnya, masih bejo jatuh tertimpa durian, yang penting tidak terluka parah. Kalaupun terluka parah masih bejo, yang penting tidak tetanus. Kalaupun tetanus, masih bejo karena tidak mati. Kalaupun sampai mati masih tetap bejo karena bisa masuk surga.
Dari pada meratapi celanja baru yang sudah terpotong sebelah, saya mencoba bercanda ria dengan kawan-kawan rohani saya lewat SMS. Banyak SMS lucu dari adik-adik rohani saya, seperti "Mbak jangan lari-lari dulu ya.." Saya pun membalas dengan gurauan "Emangnya gw pesulap? Mo jalan aja gak bisa, gimana mo lari, oneng?!" Ada lagi pesan "Makanya Mbak jangan nakal, ha,ha,ha" dan saya pun membalas "Bawel ah!"
Walaupun lutut masih terasa nyeri dan perih, saya sempat menangis bahagia setelah mendapat SMS dari kakak kandung saya "Kamu layak mendapat bintang, karena penderitaan tidak membuatmu cengeng". Saya juga terharu ketika beberapa adik angkat saya menelpon dari Jakarta, Yogya dan Pontianak hanya karena mengkuatirkan keadaan saya. Saya juga terharu ketika orang terpenjara yang baru sekali saya lawat mengirim pesan lewat ponselnya "Ibu sakit apa? Bagaimana keadaan Ibu? Saya cuma bisa berdoa, semoga Ibu cepat sembuh, GBU" "Gila, baru sekali ini saya diberkati dengan �God bless you� sama nara pidana" kata saya heran bercampur harapan semoga orang itu pun percaya bahwa berkat Tuhan menjadi andalannya.
Ketika pulang ke rumah, gugatan pertama saya terima dari anak sulung saya yang duduk di kekas 6 SD."Makanya jangan nulis dan ngajarin orang jalan kaki, nanti disumpahin sama tukang ojek yang nggak dapat duit. Gara-gara Ibu nggak mau ngeluarin uang seribu untuk ojek, sekarang ibu harus mengeluarkan uang ratusan ribu" protes anak saya. "Bukan masalah jalan kaki atau naik ojek! Jalan kakinya sendiri memang bisa menghemat biaya dan membuat badan sehat. Kesalahan ibu adalah jalan sambil meleng. Jadi yang salah bukan tulisan ibu yang mengajak orang lain untuk jalan kaki. Toh ibu juga tidak mengajurkan orang berjalan sambil meleng!"
Ketika seorang tetangga menjenguk, ia pun membawa cerita kalau seminggu yang lalu anaknya jatuh dari ojek di tempat yang sama, sampai bengkak di sekujur tubuhnya. Dengan berapi-api ia membenarkan rumor yang mengatakan keangkeran tempat itu. Saya hanya tersenyum sambil berkata "Bukan salah tempatnya kok, tetapi saya yang meleng, nggak konsentrasi dan pikiran mengembara nggak karu-karuan"
Ketika saya berjalan tertatih-tatih ke kamar madi dan ke ruang makan, anak bungsu yang berumur 3 tahun berusaha menuntun saya. Ini sunguh suka cita yang luar biasa! Ketika saya memaksakan lutut kiri tidak tertekuk, anak saya tertawa geli dan berkata "Ibu kayak penguin!" Saya pun tertawa geli. Ketika saya mengenakan daster supaya lutut tidak tertekan, anak saya yang baru pertama kali melihat saya mengenakan baju spesifik untuk perempuan itu pun tertawa heran sambil nyeletuk "E.Ibu cantik!" Saya pun balik bertanya "Memangnya kemarin-kemarin ibu tidak cantik?". Dengan tawa lugu dan dengan sorot mata polos, anak saya menggelengkan kepala yakin. Saya pun menggelitiki perut anak saya sambil berkata "Enak saja! Ini sudah yang paling cantik, tahu?!"
Ternyata di balik luka masih saja ada tawa. Jadi, sekali lagi secara pribadi saya menolak ungkapan "lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati" karena bagi saya sakit gigi lebih kompleks. Untuk menyembuhkan sakit gigi kita perlu motivasi pribadi, pertolongan Tuhan, pertolongan dokter dan tentunya persediaan uang. Sedangkan sakit hati bisa disembuhkan oleh diri sendiri dengan pertolongan Tuhan, tanpa dokter dan tanpa uang. Suka cita itu ternyata bukan identik dengan tanpa penderitaan. Suka cita dapat tercipta ketika seseorang berhasil memaknai sebuah penderitaan dan mengatasinya hingga berhasil keluar sebagai pemenang.

Ada Pelangi di Balik Hujan


Oleh: Ev. Margareth Linandi

Hidup manusia di dunia ini tidak selalu penuh dengan kebahagiaan, kesuksesan, keindahan, akan tetapi ada kalanya kehidupan manusia seperti roda yang berputar , mengalami penderitaan, kesedihan, kegagalan, dan lainnya. Pada intinya tidak selalu ada sukacita dalam hidup dan ada kalanya masalah datang dalam hidup manusia.

Tokoh-tokoh Alkitab juga tidak selalu dijanjikan dengan keindahan, kebahagiaan, akan tetapi ada kalanya mereka harus menghadapi masalah terlebih dahulu, ujian barulah mereka mendapat kelegaan. Kita lihat Hana, ibu Samuel, dalam perjalanan hidupnya tidak selalu dia mengalami sukacita dalam hidupnya, kita lihat dari kehidupan keluarganya, dia tidak mengalami keindahan dalam keluarganya, dia malahan mengalami sakit hati,di mana ia dimadu, dan dihina oleh madunya karena ia mandul. ( I Sam 1:6). Kesakitan hatinya tidak membuat dirinya jauh dari Tuhan. Kesakithatian Hana justru membuat Hana makin dekat dengan Tuhan. Dia tidak mencari orang terdekat untuk share masalahnya. Langkah pertama yang dia lakukan adalah Hana berdoa kepada Tuhan dan menangis dengan tersedu-sedu ( I Sam 1: 9-10) bahkan karena pedihnya di hatinya Hana, tidak berkata-kata dalam doanya akan tetapi dia hanya bibirnya yang bergerak tapi tidak terdengar suaranya.

Akan tetapi Allah tidak tidur. Allah tahu kesedihannya dan setelah itu, Allah memberikan kepadanya seorang anak laki-laki sesuai kerinduannya dan Hana juga tidak melupakan janjinya. Hana tetap merawat Samuel dengan baik dan setelah Samuel disapih ia memberikan anaknya untuk melayani Tuhan.

Hidup manusia tidak selalu ada penderitaan, ada tagngisan air mata saja akan tetapi ada pelangi di balik hujan. Tuhan tidak memberikan ujian kepada kita yang membuat kita tidak sanggup untuk menanggung ujian itu. ( I kor 10:13). Bahkan dalam Roma 8:28 dikatakan, ” Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Allah.”

Memasuki tahun baru 2013, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita, kita juga mungkin tidak tahu sampai berapa lama kita diberikan hidup, kita juga tidak tahu apa penderitaan , sakit, kesedihan yang akan kita alami di tahun baru ini akan tetapi kita harus lihat seburuk-buruknya masalah, sesakit-sakitya kita akan tetapi ada pelangi di balik hujan . Amin. Tuhan memberkati kita semua.

Kecil-Kecil Pembunuh

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Jikalau ditanyakan kepada kita bagian tubuh kita yang mana yang paling sangat berbahaya tetapi sangat kecil (namun juga mempunyai pengaruh luar biasa terhadap seseorang), apakah itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah lidah.

Lidah adalah anggota tubuh kita yang kecil namun pengaruhnya sangat luar biasa. Dalam Yakobus 3 dijelaskan dalam ayat 1 ,“…. janganlah diantara kamu mau menjadi guru …. karena akan dihakimi menurut ukuran yang berat.” Maksudnya disini adalah terkadang sebagai guru sadar atau tidak sadar kita banyak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati murid kita entah karena murid nakal atau karena murid hiperaktif atau bahkan karena kurang pintar.

Lidah adalah bagian tubuh yang sangat sulit untuk dikendalikan. Berbeda dengan kuda, kuda yang nakal sekalipun kita bisa mengendalikannya dengan menggunakan kekang pada mulut kuda dan dengan pecutan bisa mengendalikan jalannya kuda sesuai kehendak kita. ( ayat 3). Bahkan dalam ayat 4 dikatakan sebuah kapal yang besar dan anginnya keras dapat dikendalikan dengan kemudi dari juru mudi. Tetapi sangat berbeda dengan lidah, lidah sama sekali tidak bisa dikekang.

Mana yang lebih baik, pikir dahulu sebelum bicara atau langsung bicara tanpa pikir panjang? Pasti yang lebih baik adalah pikir dulu baru bicara. Akan tetapi kebanyakan orang tanpa berpikir panjang langsung berbicara tanpa banyak memikirkan akibatnya. Betul bukan? Dan apa dampaknya? Dampaknya adalah sakit hati, kekesalan, emosi bahkan dendam karena perkataan yang menyakitkan.

Apakah dampak negatif lidah? Lidah digambarkan seperti api. Api dari kecil bisa menyambar dan menghanguskan rumah. Api yang sudah menyala tidak dapat dikendalikan dan dampaknya adalah negatif, menghanguskan. Lidah seperti itu, dalam Yakobus digambarkan lidah buas, seperti racun yang mematikan.

Ada beberapa contoh yang menggambarkan lidah sebagai racun yang mematikan dan lidah yang kecil dapat menjadi pembunuh:

1. Seseorang anak kecil yang pelajaran di sekolahnya kurang, orang tuanya selalu mengatakan ”bodoh”akibatnya adalah dia menjadi anak yang minder dan jadi anak yang ”kurang” di sekolahnya.

2. Seorang pemudi yang dikatai-katai orang tuanya ”ucapan yang mengutuk” seperti kamu akan jadi perawan tua dan lain sebagainya akan membuat pemudi itu menjadi sakit hati dan kata-kata itu akan berbekas di hatinya dan dapat membunuh kepercayaan dirinya untuk menemukan pasangan hidupnya. selain itu juga bisa menimbulkan dendam atau yang parahnya adalah bisa membuat orang itu bunuh diri karena perkataan yang menyakitkan.

Luar biasa dampak negatif dari lidah maka dari itu Yakobus mengingatkan kepada kita untuk menjaga lidah kita. Hati-hati dalam berkata karena sekali kita mengucapkan satu perkataan, perkataan itu tidak bisa ditarik kembali dan ketika hendak berbicara pikirkan apakah perkataan kita menyinggung hati dan menyakitkan bahkan membunuh perasaan orang yang di sekitar kita.

Dalam Yak 3:9 lidah mempunyai fungsi ganda sekaligus yang pertama adalah memuji Tuhan dan di satu sisi kita mengutuk orang yang diciptakan menurut gambar Allah. Ini dimaksudkan sesungguhnya lidah bisa punya pengaruh positif kalau kita berkata yang membangun, menghibur, menguatkan, meneguhkan tetapi bisa membunuh jika itu menyakitkan termasuk juga gosip yang tidak berguna yang kadang kala menyakitkan hati orang lain.

Kecil-kecil pembunuh. Janganlah jadikan lidah kita sebagai sesuatu yang membunuh seseorang tetapi jadikan lidah sebagai penguat orang lain. Tuhan memberkati kita menjaga lidah kita. Amin.

Tersenyum di Tengah Duka


Oleh: Ev. Margareth Linandi

Sebagian orang berpikir kehidupan mengikut Yesus gampang, tapi dalam lapangannya banyak sekali kerikil-kerikil tajam, batu-batu besar yang harus dilewati oleh setiap orang Kristen.

Kerikil-kerikil itu seperti hubungan keluarga yang tidak baik, penyakit yang mungkin tidak kunjung sembuh, anak yang pemarah dan tidak perhatian pada orang tua, atau suami yang tidak mengasihi istrinya dengan sepenuh hati.

Bagaimana respon kita terhadap masalah yang datang silih berganti? Terkadang satu masalah belum selesai muncul lagi masalah yang besar dan tidak dapat kita pikul, tapi Tuhan tidak tidur. Ketika masalah kita belum diselesaikan dan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan, sebagian kita ada yang bertanya ”Mengapa Tuhan? Di mana Tuhan?”
Saudara-saudaraku, itu adalah pertanyaan yang lumrah dialami oleh orang percaya, akan tetapi ingatlah, Tuhan tidak pernah tertidur. Masalah yang kita alami mungkin membuat kita tertekan dan sedih atau memikirkan terus menerus sampai kita kehilangan sukacita akan tetapi dalam Filipi 4:4 dikatakan bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah.”

Ketika dalam kebahagiaan, berkat melimpah, sehat selalu mudah bagi kita untuk bersukacita. Dari kata bahasa inggris mempunyai 2 kata yaitu happy dan joy. Happy biasa dilakukan orang ketika orang sedang dapat kesenangan, ulang tahun, sehat dan lainnya. Tapi yang Tuhan inginkan adalah kita memiliki ”joy”. Joy adalah perasaan bersukacita, senang, bahagia walau dalam keadaan menderita, walau penghasilan pas-pasan, walau keluarga sedang dalam masalah. Joy itu juga dialami oleh Paulus.

Paulus bisa menikmati” joy” padahal waktu itu Paulus sedang dipenjara di Filipi bukan karena dia jahat tapi karena mengikut Tuhan dan memberitakan Injil, ia dipenjara. Penjara zaman dahulu bukan seperti penjara saat ini, benar-benar menderita, orang ditaruh di tempat penjara yang sangat pengap dan penuh dengan binatang-binatang seperti tikus dan ular-ular kecil, akan tetapi Paulus tidak tenggelam dalam duka melainkan dia bisa bersukacita di tengah penderitaannya.

Itulah sebabnya Paulus menghimbau jemaat Filipi untuk bersukacitalah senantiasa. Kata senantiasa artinya adalah terus menerus jadi dalam keadaan duka pun tetap bisa tersenyum dan bahagia.

Mungkin kita berpikir ”Bagaimana mungkin bisa?” Aku sedang dalam beban berat, penderitaan berat sulit untuk tersenyum yang pastinya adalah penuh air mata. Paulus menegaskan bahwa kehidupan orang percaya harus selalu diisi dengan sukacita yang dari Tuhan, bahkan dalam I Tesalonika 5:16 dikatakan ”Bersukacitalah senantiasa”.

Mengapa kita harus bersukacita saat beban berat menimpa hidup kita?

1. Karena kalau kita bersukacita walau beban berat menimpa itu berarti kita menyerahkan masalah kita sepenuhnya dan bersandar pada Tuhan.

2. Karena kalau kita bersukacita, beban kita akan terasa ringan walau kita sedang menghadapi beban berat.

3. Karena kalau kita bersukacita, kita akan memahami tangan Tuhan sedang merancang untuk kita yang terbaik walau kita belum dapat memahami.

Belajarlah seperti Ayub, Ayub adalah seorang yang kaya raya namun takut akan Tuhan, satu kali kita ingat dia dicobai iblis mendapat sakit berat, 10 anaknya mati dalam sekejap, harta benda musnah akan tetapi dia tidak meninggalkan Tuhan, tetap bisa mempercayai Tuhan di tengah penderitaannya, dan bahkan mengatakan ”Masakan kita hanya menerima yang baik dari Allah tapi tidak mau menerima yang buruk?"

Kalau kita belajar menyerahkan semua beban masalah kita pada Tuhan, sesungguhnya kita akan menerima bahwa Tuhan punya maksud indah dan kita tetap bisa tersenyum di kala duka. Tuhan memberkati kita semua dan memberi keringanan dalam penderitaan kita.

Kisah Suami Istri

(cerita iman)

Berikut Ini Adalah cerita kisah pasangan suami istri, ceritanya sangat bagus. 20 menit sobat membaca ini, akan terjadi perubahan dalam hidup sobat. baca sampai habis ya, jangan diputus putus bacanya agar kisahnya terbayang jelas.

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Kolose 3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

"Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."Efesus 5:22-23

:: BAGAIMANA CARA KITA MENGAMPUNI MUSUH KITA?? ::

(renungan)
Oleh Jenny Hosanna

Bagaimana cara mengampuni musuh?
(Sumber: ladesman.com)

Satu dari beberapa hal yang sangat sulit untuk dilakukan oleh manusia adalah merespon sesuatu yang jahat dengan kebaikan, dan memaafkan yang tak termaafkan. Kita suka membaca cerita tentang orang yang membalas kejahatan dengan kebaikan, tapi ketika kita diminta secara personal untuk melakukannya, kita langsung menolaknya. Padahal berbagai penelitian menunjukkan bahwa hal ini memperpanjang usia manusia.

Musuh Anda mungkin saja tidak pantas mendapatkan pengampunan untuk seluruh rasa sakit, kesedihan, dan penderitaan yang Anda rasakan, tapi Anda pantas untuk lepas dari segala kejahatan ini. Seperti yang dikatakan oleh Ann Landers, “Kebencian itu seperti asam. Ia menghancurkan bejana tempat ia disimpan”

Berikut ini langkah-langkah yang perlu Anda jalani:

1. Sadarilah bahwa kebencian yang Anda rasakan pada seseorang tidak merugikan dirinya. Sepeti dikatakan Nelson Mandela, “Kebencian adalah seperti meminum racun dan menunggu hal itu dapat membunuh musuh Anda.”

2. Membuat sesuatu yang buruk menjadi lebih baik. Cobalah untuk berpikir bahwa musuh Anda telah membantu Anda untuk tumbuh. Walaupun banyak kemalangan yang terjadi pada diri kita, hal terbaik adalah melihat hal itu sebagai sebuah ujian yang dapat menguatkan Anda.

3. Perhatikanlah orang-orang di sekitarmu. Pikirkan kebaikan dari orang-orang yang telah membantu Anda. Pikirkan mengenai kebaikannya dan ketidakegoisannya. Lakukanlah apa yang Anda pelajari dari mereka.

4. Amatilah gambar yang lebih besar: Kisah orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:30-37). Mungkin cerita ini memang bukan mengenai Anda, tapi apa yang Anda bisa lakukan adalah menyediakan kesempatan bagi orang lain untuk bangkit sehingga orang lain itu dapat membantu dan mendukung Anda juga suatu saat nanti.

5. Kasihilah dirimu sendiri. Rasa sakit yang sungguh emosional berdampak sangat besar pada tubuh Anda. Berikan sedikit waktu pada diri Anda untuk pulih secara fisik dan emosional. Berikan kepada diri Anda sendiri sebuah kesempatan untuk merasakan emosi dan memprosesnya. Jangan pendam rasa sakit itu!

6. Mengampuni = Melepaskan. Secara literal, kata dalam bahasa Aram untuk ‘mengampuni’ sama artinya dengan melepaskan. Cara tercepat untuk membebaskan dirimu dari musuh adalah memaafkan. Lepaskan yang terikat dan lepaskan dirimu dari keburukan seseorang. Kebencian telah mengikat Anda pada seseorang yang bertanggung jawab terhadap rasa sakit Anda. Pengampunan itu membuat Anda dapat mulai menjauh dari dirinya dan rasa sakit itu. Pengampunan itu untuk sukacita Anda, dan bukan untuk pihak yang lain. Membebaskan diri Anda melalui pengampunan adalah seperti melepaskan diri Anda dari rantai yang membelenggu Anda.

7. Tidak semua orang dapat dipercaya. Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 26:5 “aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk,” kita harus bijak untuk menghindari rasa sakit yang terus berulang-ulang kita rasakan. Hindarilah orang yang terus menerus membuat Anda merasa sakit. Akan tetapi, walau kita membenci kejahatannya, kita tetap mengasihinya sebagai sesama kita.

8. Berhenti bercerita tentang kisah itu. Berapa kali Anda dalam seminggu menceritakan seberapa buruk rasa sakit yang Anda rasakan? Berapa kali dalam satu hari Anda berpikir tentang hal ini? Ini adalah tiang pancang yang membuat Anda kembali pada rasa benci itu! Daripada melakukan hal itu, lebih baik memaafkannya karena ini adalah hal terbaik yang Anda dapat lakukan untuk teman-teman dan keluarga Anda.

9. Ceritakan kisah itu dari sudut pandang orang lain. Coba bayangkan Anda adalah orang lain, yakni orang yang telah menyakiti Anda. Orang yang sama yang juga merupakan seorang anak yang dikasihi keluarganya, seorang sahabat yang dikasihi oleh orang lain, atau mungkin saja orangtua dari seorang anak. Anda kemungkinan besar tidak mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkannya ketika semua itu terjadi, tapi anggaplah Anda mengetahuinya, dan terus lanjutkan cerita itu di kepala Anda. Ceritakan kembali kisah yang Anda dapat dari sudut pandang orang itu kepada sahabat atau bahkan musuh Anda itu. Penting sekali untuk membicarakan hal ini, dan tidak hanya menyimpannya di kepala Anda. Ketika Anda dapat menceritakan hal itu dari sudut pandang musuh Anda, Anda sedang berusaha mengampuni.

10. Ucapkan berkat setiap saat. Ketika musuh Anda dan segala kejahatannya muncul di benak Anda, ucapkan berkat padanya, berharaplah yang terbaik terjadi padanya. Hal ini menetralkan asam kebencian yang ada pada diri Anda. Hal ini juga memiliki efek yang baik kepada Anda, seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 10:5-6 “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”

TIPS :

Bayangkan kehidupan baru yang Anda ingini, lihat apa yang akan terjadi di masa depan jika Anda terbebas dari rasa sakit dan penderitaan ini.

Ingat selalu kata-kata berikut ini jika kamu merasa sulit untuk mengampuni:

o Mengampuni berarti membebaskan seorang tawanan dan menemukan bahwa ternyata Andalah tawanan itu - Lewis B. Smedes

o Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan - Ibrani 12:14

o Membenci seseorang adalah seperti meminum racun dan berharap orang lain mati akibat racun itu

o Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi - Matius 7:12

o Jika kita dapat membaca rahasia masa lalu dari musuh kita, kita akan menemukan dukacita dan penderitaan, yang cukup untuk melucuti segala permusuhan – Henry Wadsworth Longfellow

o Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan - I Yohanes 2:9-10

o Orang yang sulit untuk dicintai, adalah orang yang sangat membutuhkan cinta.

o Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya – I Yohanes 3:15

o Orang yang bodoh tidak mengampuni dan juga tidak melupakan, orang yang naif mengampuni dan melupakan, orang bijak mengampuni tapi tidak melupakan.

o Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu - Markus 11:26

o Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga - Matius 6:14
Mengampuni adalah sebuah pilihan. Ketika anda berkata, “Saya tidak dapat mengampuni orang itu,” apa yang sebenarnya sedang anda katakan adalah, “Saya memilih untuk tidak mengampuni orang itu.” Jika kamu mengatakan kalimat yang kedua, maka kamu akan segera mendapati dirimu melakukan pengampunan padanya.

Ingat!

Pengampunan yang sejati adalah pengampunan yang tanpa syarat dan tidak berdasarkan perjanjian ataupun permintaan maaf dari musuh anda.
Pengampunan itu sulit, namun hidup dalam kebencian itu lebih sulit lagi.

KENAPA ENGGAN BERBAGI?

(reflexi)

Bacaan : Lukas 6:37-42
Nats: Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu... (Lukas 6:38)

Seorang petani lele yang lumayan sukses di Kalasan, Yogyakarta, tidak segan-segan membagikan ilmunya kepada petani lain yang berminat menekuni budidaya ikan air tawar tersebut. Ia tidak khawatir kelak mereka akan menjadi pesaingnya. "Kenapa mesti enggan berbagi ilmu dan keterampilan?" katanya. "Kalaupun kita sudah membagikannya, belum tentu juga orang bisa menirunya begitu saja. Dengan berbagi, kita sendiri akan mendapatkan lebih banyak masukan. Kita malah jadi semakin pintar."

Ya, memberi tidak akan membuat kita kekurangan. Sebaliknya, seperti ditegaskan Yesus, memberi justru menjadikan sumber daya kita berlipat ganda. Apa yang kita berikan tidak akan hilang secara sia-sia, melainkan akan dikembalikan kepada kita dalam kadar yang berlimpah-limpah. Ini prinsip yang berlawanan dengan yang dijalankan dalam dunia bisnis. Pebisnis didorong untuk mengeluarkan biaya sekecil mungkin demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsip bisnis semacam ini membangkitkan keserakahan, adapun belajar memberi mengembangkan kemurahan hati kita.

Kita masing-masing pasti memiliki sesuatu yang baik--uang, talenta, waktu, tenaga, senyuman, pengampunan--untuk dibagikan kepada orang yang memerlukan. Kita tidak akan selalu menerima balasan dalam bentuk yang sama persis, namun tak ayal kita akan mengalami berkat yang mendatangkan damai sejahtera. Jadi, perhatikanlah apa saja yang Anda miliki dan dapat Anda daya gunakan untuk memberkati sesama. Seperti petani lele tadi, kenapa enggan berbagi? --ARS

ORANG MISKIN ADALAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI APA-APA UNTUK DIBAGIKAN KEPADA SESAMANYA

HINENI

 (cerita iman)

Amerika 1807...
Seorg pria kulit putih ke pasar budak. Dia melihat seorg wanita kulit hitam diikat dan dilelang di pasar budak itu. Wanita itu begitu galak dan buas, ia mengumpat semua org yg ada si sekitarnya. Berusaha mnendang & mencakar org yg hendak mmbelinya. Pria td datang ke penjualnya dan berkata: "Aku hendak membeli dia". Terjadi tawar menawar harga, dan kesepakatan terjadi.. Wanita itu terjual.

Pria itu mengambil tali pengikat wanita tsb dan membawanya pulang. Walaupun wanita itu meronta & trs mengumpat..
Sampai di rumah, sang pria menulis sesuatu di kertas dan kemudian melepaskan tali pengikat wanita hitam itu.
Ketika tali itu terlepas, sang wanita bertambah buas dan berusaha menyerang. Tapi pria itu berkata:
" Tenang.. Kamu tidak usah marah, ini aku sudah buatkan surat bebas. Kamu skrg bukan budakku, maupun budak org lain. Kamu adlh org bebas. Silahkan kamu pergi sesuka hatimu."

Lalu pria itu meninggalkan dia.
Wanita hitam itu diam memandang surat bebasnya, tiba2 ia menangis dan mengejar pria kulit putih itu. Ia tersungkur di kakinya dan berkata: "Tuan, aku mau ikut engkau.. Aku mau mengabdi padamu, kusobek surat bebasku.. Jadikan aku budakmu, bila aku berkeliaran, pasti ada org jahat yg akan menangkap aku dan nasibku akan sama terulang lagi di pasar budak itu.. Dan mungkin aku tidak akan bertemu Tuan lagi.. ".

Bukankah YESUS jg sdh menebus kita?
Stlh kita percaya dan dibaptis kita masih punya freewill ?
Kt masih bebas berbuat dosa. TUHAN tdk pernah memaksa kita harus mnjd hamba-NYA. Kita bebas memilih siapa Tuan kita...

Tp ketika kt berkata " HINENI" aku budak-MU.
Aku menyerah penuh pd-MU ya TUHAN....
itulah yg TUHAN inginkan. TUHAN mau kt datang pada-NYA bukan krn paksaan..
Tp krn KETULUSAN HATI.. ! Sepenuhnya untuk TUHAN...
Itulah HINENI..

MY IDIOT BROTHER : kisah pengorbanan kakak yang inspiratif

(cerita iman)
By Agnes Davonar

” Ketika tidak ada lagi cara untuk mencari kebahagiaan maka kita hanya memiliki satu pilihan untuk mengorbankan apa yang kita sebut kebencian, sebab hanya dengan itulah kebahagiaan akan terlahir disamping kita ” Agnes Davonar

Mengawali tahun 2013 agnes davonar bersama Herwin Novianto ( sutradara terbaik ffi 2012 ) bekerjasama lewat rumah produksi satu membuat film yang diangkat dari novel best seller my idiot brother yang terpilih sebagai karya sastra terpopuler kompasiana (kompas 2012). Kisah ini terinspirasi oleh kisah nyata yang dibalut fiksi sehingga dapat menginpirasi kita semua untuk menerima apapun keadaan siapapun yang kita sayangi dengan tulus.



selamat membaca dan nantikan kisah layar lebar ini pada tahun 2013.



Sebenarnya apa sih arti kebahagiaan. Buat gua, kebahagian itu dilihat dari siapa saja yang ada di sekitar kita. Buat gua, kebahagiaan itu. Seharusnya dalam hidup gua, hanya ada orang-orang yang berarti. Tapi, sayangnya kebahagiaan yang gua miliki rasanya dikotorin oleh pikiran gua sendiri. Alkisah, gua punya keluarga lengkap, ayah, ibu dan seorang kakak laki-laki. Tapi kakak laki-laki gua ini sangat berbeda. Dia seperti penghalang kebahagiaan dalam hidup gua, bukan karena dia pinter ataupun bisa merebut kasih sayang orang tua gua. Tapi karena dia idiot. tapi dari dia, gua belajar akan satu hal, satu hal yang mengajarkan bahwa dialah malaikat dalam hidup gua yang berwujub manusia

Idiot dalam arti kata bego, cacat dan bikin malu gua sebagai adik. Ga ada yang bisa gua banggakan dari dia, umurnya uda 5 tahun lebih tua dari gua, tapi begonya seperti 10 tahun lebih mudah dari gua. Gua gak heran, nyokap sampai harus rela nunda kelahiran gua 5 tahun kemudian, hanya demi merawat dia. Dalam bahasa kedokteran, dia itu kena sindrom Down yang bikin otak dia itu bego. Ga penting apa penyakit yang dia bawa sejak lahir, seharusnya dia itu ga pernah ada aja, karena menurut gua, dia itu hanya bikin malu gua.

Sejak kecil, gua selalu bilang ke nyokap. Kalau mau jemput gua di sekolah, jangan pernah bawa Hendra ( nama kakak gua) atau gua ga kan akan pernah pulang bareng mereka. Nyokap tetap cuek aja bawa kakak gua itu. Akhirnya kalau mereka datang, gua kabur dari sekolah dan memilih pulang sekolah dengan jalan kaki.

Sampai di rumah, nyokap bakal marah sama gua dengan kata2 yang sama,

“ Angel, kamu ini ga tau berterima kasih, Mama sama kakak kamu sudah cape2 jemput kamu, kenapa malah kabur?”

“ Siapa bilang Angel kabur?”

“ Kakak kamu walau seperti ini, tapi dia itu gak akan lupa muka adiknya yang lari dari dia?”

Gua terdiam dan bisa bayangkan kalau kakak gua nunjuk2 tangannya saat gua berusaha lari dari mereka,

“ Siapa suruh bawa dia, Angel kan malu punya kakak bego kayak gitu.. angel sudah bilang jangan jemput kalau ada dia.. ” kata gua langsung lari ke kamar.

Gua, ga pernah mau mengerti? Apakah kalimat yang gua ucapin itu, bisa membuat kakak gua ngerti kalau gua ga suka sama dia. Tapi kalimat itu cukup bikin nyokap marah. Ga peduli ya.. yang penting. Gua gak mau diledekin teman-teman karena punya kakak idiot seperti dia.

***

Sebenarnya kakak gua, gak terlalu jahat dan bikin repot gua dalam kesehari-hariannya. Dia bisa makan sendiri, bisa mandi sendiri dan bisa main sendiri tanpa perlu ditemenin siapa-siapa. Kalau tiba-tiba dia muncul saat gua lagi asyik nonton tv, gua selalu suruh dia pergi, dengan wajah dia yang bego dan mukanya yang culun. Dia malah maksa ikut nonton sama gua. Karena kesel gua teriak.

“ Eh idiot pergi deh, gua males banget loe nonton sama gua.. sana pergi..”

“ Angel.. adik.. kenapa benci sama kakak..” kata dia sepatah-patah,

Gua terdiam.

Sebenarnya ga ada jawaban kenapa gua harus benci dia. Gua Cuma merasa, hidup gua ini ga seperti teman-teman gua yang lain. Punya kakak yang normal, bisa jadi pelindung gua. Jadi teman ngobrol gua. Tapi kakak gua.. rasanya mustahil.

Akhirnya gua mengalah dan pergi dari ruang tamu, membiarkan dia nonton tv sendiri.

Dulu, gua gak terlalu peduli dan gak pernah sebenci itu sama kakak gua, waktu kecil, gua sering main boneka sama dia, main lari-larian. Atau berbagi tv yang sama. Gua merasa semua baik-baik saja sama dia, sampai akhirnya ketika gua mulai remaja dan pindah ke sekolah menengah pertama (SMP), semua berubah. Awalnya teman-teman gak ada yang tau kalau kakak gua itu idiot, sampai akhirnya seiring waktu banyak yang melihat sendiri kakak gua ketika nyokap jemput gua sama dia, gua mulai merasa malu. Teman teman gua yang mulai tau, kalau gua punya kakak idiot, mulai suka ngomongin gua di belakang. Kalau ada soal pelajaran yang di depan kelas ketika gua harus maju untuk jawab saat disuruh pak guru, dan gua gagal. Ada suara teriakan yang bikin hati gua sakit.

“ pantes aja ga bisa, secara.. kakaknya aja idiot, apalagi adiknya..”

Mendengar itu, gua jadi kesel sendiri. Dan pulang ke rumah, kalau dulu kakak gua langsung ajak gua main boneka, kali ini boneka yang dia kasih ke gua, langsung gua lempar,

“ jangan main sama gua lagi,..”

“ Ke.. napa ?” Tanya kakak gua.

“ Gua malu punya kakak idiot kayak loe..”

Dia terdiam. Mungkin berpikir apa yang gua lakuin ke dia.tapi gua ga peduli. Jadi mulai saat itu setiap dia ajak gua main, gua akan marah dan gak mau. Nyokap selalu suruh gua main sama dia dan gua malah nangis.

“ Mama, kenapa sih Angel punya kakak cacat kayak gitu, Angel kan malu di sekolah teman-teman pada ledekin angel.. idiot, bego-lah ini itu, angel malu ma..”

Mama malah nampar gua dan kakak gua ngeliat itu. Dia langsung tarik tangan mama gua.

“ dasar anak gak tau diri, berani-beraninya kamu ngomong gitu ke mama dan kakak kamu..”

“ salah apa Angel, salah kalau ngomong jujur kalau angel malu.. malu punya kakak kayak gitu.. cacat, bego, idiot…” kata gua sambil lari ke kamar.

nyokap hanya bisa peluk kakak gua, kakak gua yang mungkin cacat, dia pasti mengerti rauk wajah gua yang emosi dan marah. Nyokap hanya bisa nangis dan kakak gua belai rambut dia dengan perlahan seperti membelai kucing yang sering dia temukan di jalan.

***

Bokap gua, kerja di di pertambangan jadi gak pernah pulang kalau setahun sekali. Kalau pulang pun, dia lebih banyak habisin waktu sama kakak gua yang cacat, padahal gua juga anaknya, tapi kasih sayang ke gua Cuma sebatas ngasih duit dan cium di kening, beda sama kakak gua yang dianggap anak emas. Gua ga perlu iri dengan yang ini, yang penting gua dapat uang saku sebab gua tau, nyokap ga akan kasih duit ke gua kalau ga ada ember-ember mau temenin kakak yang idiot untuk main bersama.

Yang namanya remaja, pasti mulai merasakan jatuh cinta. Jadi, di sekolah seberang, ada anak ganteng yang gua suka banget namanya Aji. Gua sering ngeliat dia main basket bareng anak-anak cowok di sekolah gua di taman. Suatu ketika, gua sampai rela-rela jadi pembokat klub basket sekolah yang khusus bawain minum buat pemain basket Cuma untuk kenal sama dia. Gua gak jelek dan juga cantik, tapi gua yakin kalau cinta yang tulus pasti kelak akan terbalas.

Tanpa gua sadari, Aji sering liat gua jalan kaki pulang ke rumah, dia kan naik motor. Merasa kasihan atau emang suka sama gua, akhirnya dia nawarin tumpangan. Astaga, hati gua benar-benar berbunga-bunga banget ketika tawaran itu datang ke gua. Tapi gua tau, akan jadi masalah kalau sampai dia tau rumah gua dan ngeliat kakak gua yang cacat, dengan terpaksa gua suruh dia anterin gua jauh 100 meter dari rumah gua, sebab gua tau, kakak gua selalu sambut gua di depan rumah setiap gua mau pulang. Apa jadinya kalau dia tau gua punya kakak cacat, pasti dia ilfeel sama gua.

Tanpa terasa , gua semakin dekat sama dia. Impian gua untuk punya pacar seperti dia nyaris tercapai ketika dia undang gua ke ulang tahun dia sebagai tamu istemewa. Gua tentu harus kasih dia hadiah yang istemewa. Oleh karena itu, gua harus sogok nyokap gua dengan berpura-pura baik dan mau main sama kakak gua yang idiot itu sampai duit gua ke kumpul untuk kasih hadiah ke Aji. Diam-diam, gua pernah nanya ke dia, mau hadiah apa kalau nanti ultah.

“ apa aja dari kamu aku terima kok, walau hanya bunga di jalan..” ujar Aji yang bikin jantung gua nyaris copot karena romantis

Dari teman-teman dia, gua tau. Aji paling suka yang namanya helm sport. Tapi harganya mahal banget, dan gua tau, apapun yang gua lakukan sekaligus jadi baby sister kakak gua yang cacat, gak akan dapat beli itu helm. Terpaksa gua mikir hadiah lain untuk dia. Sambil nemenin kakak gua main, gua jadi baying-bayangin apa yang harus gua beli. Kakak gua yang merasa gua suka bengong lalu nanya.

“ Kok , main monopolinya lama , adik bengong ya..?” kata kakak gua yang walau idiot jago sekali itu duit.

“ mau tau aja, “ kata gua sambil melangkahkan langkah monopolinya.

Tiba-tiba gua jadi kepikiran, mungkin gak ya, kakak gua yang idiot ini punya duit untuk sumbang bantu gua beli helm.

“ Eh, kak, punya duit gak?” kata gua dan dia langsung nyodorin duit monopoli yang bikin gua BT.

“ Duit beneran tolol, bukan duit kayak gini, duit kayak gini gua juga banyak..”

“ buat.. apa?” Tanya dia kalau ngomong suka kepatah-patah khas orang tolol.

“ ada kagak..?” Tanya gua kesel.

Tiba-tiba dia hilang ke kamarnya dan balik lagi dengan toples yang berisi uang benaran.

“ ini.. untuk adik..”

“ sumpeh loe.. duit ini hasil tabungan loe selama ini, banyak bener..”

“ untuk adik.. kakak kasih..”

“ yakin..”

“ ia.. tapi temanin kakak beli permen di supermarket..”

“ Cuma itu doang syaratnya.. gampang banget. Capcus yukkk” kata gua sambil gandeng dia ke supermarket terdekat.

Akhirnya berkat kakak gua, gua bisa beli hadiah terindah untuk Aji. Rasanya bahagia sekali, tapi gua tau, aji ini pasti bakal undang banyak orang dalam ulang tahunnya. Jadi gua harus jadi special di hari itu, gua harus dandan yang cantik dan benar-benar terlihat hebat di pesta ulang tahun dia.

Sampailah tiba pada waktunya.

“ mau kemana Angel?:” Tanya nyokap gua sambil nonton tv sama kakak gua.

“ mau ke ulang tahun teman. “

“ kamu ada ambil duit kakak kamu ya?” Tanya nyokap.

“ kagak tuh, dia yang ngasih sendiri, Tanya aja sendiri sama dia..”

“ ooo. Pantesan duit tabungan dia habis,. Kamu tau gak, dia nabung duit itu buat beli kado ulang tahun kamu minggu depan.. “ kata nyokap yang langsung bikin gua sadar kalau minggu depan gua ulang tahun.

“ oo. Gitu, makasih deh, sama aja kan duitnya juga ke angel sekarang.”

“ mau ke ulang tahun dimana Angel..”

“ disamping sekolah itu, kafe hijau. Si kakak juga tau, kan sering minta beli es hijau disana..”

“ yauda, hati-hati..”

Dengan perasaan bebas merdeka tanpa larangan nyokap, akhirnya gua melangkah kaki seribu menuju ulang tahun Aji. Sampai disana, gua benar-benar ga salah tebak, banyak cewek2 yang diundang ke ulang tahun dia, termasuk Agnes, musuh bubuyutan gua di sekolah yang suka reseh. Saat gua masuk ke dalam dia langsung negur gua.

“ eh adiknya si idiot, datang juga kesini.. ngapain? Gak bawa kakak loe kesini? “ kata dia dan gua diem aja.

Gua melihat Agnes uda bawa kado dan tiba-tiba teringat kalau kado gua ketinggalan di rumah.

“ kado dari gua istemewa loh, kado dari loe mana ngel? Jangan bilang loe datang Cuma mau numpang makan gratis.’

“ gak usah reseh deh u. gua punya kado, kado yang gak perlu gua kasih liat ke loe..”

“ oh ya.. Alhamdulillah ya..( berujar mirip arti syarini) masih tau diri juga..”

Agnes pergi ninggalin gua, dan gua merasa bodoh sekali ketinggalan kado untuk Aji, kalau balik lagi ke rumah pasti acara penting pemberian kue ulang tahun pertama dari Aji bakal kelewat. Gua gak akan rela kalau si Agnes yang dapat kue pertama. Gua pun berpikir memeras otak untuk membuat suasana jadi gak rusak.

Dirumah.

Kakak gua yang bodoh itu, tiba-tiba ngeliat hadiah kotak yang gak sengaja terletak di lantai, jadi kado itu ketinggalan saat gua lagi iket tali sepatu, dan langsung ninggalin begitu aja. Dia tau dan pasti inget kalau gua akan ke pesta ulang tahun yang tadi gua sebutin, dengan nekad dia bawa kado itu sendirian tanpa sepengetahuan nyokap gua yang lagi cuci piring di dapur. Walau bersusah payah mengingat jalan, akhirnya dia tiba juga di depan tempat kafe hijau sambil bawa kado di tangannya.

Ketika pesta berlangsung dan Aji mulai mau sebutin kue pertama dia, gua dan Agnes saling berpikir untuk mendapatkannya. Tapi tiba-tiba Aji menyebut nama gua, gua senang banget dan maju dengan muka kemenangan di depan Agnes yang sewot mampus.

“ aji maaf ya, kadonya ketinggalan nanti aku kasih besok pas di lapangan basket ya..”

“ iya gapapa, ini kue pertama special untuk kamu.”

Dan saat moment penting itu, kakak gua yang idiot muncul. Sambil berteriak.

“ adik.. adik.. adik… ini kadonya.. kadonya..”

Semua orang melihat ke kakak gua. Dan aji pun gitu. Muka gua langsung terkejut. Agnes mengunakan kesempatan itu sambil berkata.

“ wah, kakaknya si Angel datang tuh, si idiot.. akhirnya adik dan kakak idiot berkumpul hahahaha ”

Kakak gua yang marah kerena merasa Agnes meledek gua, langsung menyerang Agnes hingga mukanya jatuh ke depan kue ulang tahun dan terceplak di mukanya. Gua yang malu melihat kejadian itu langsung panic. Aji bertanya.

“ itu kakak loe..” gua bengong sambil tak bisa menjawab apa-apa

“ bukan.. dia bukan kakak gua..” kata gua lari keluar dari pesta dan merasa malu sekali, karena panic tanpa sadar sepeda motor melaju cepat dan menabrak gua sampai akhirnya gua terpentar tanpa bisa melihat apapun selain orang terakhir di atas bayangan mata gua adalah kakak gua yang berteriak-teriak

Adik.. adik..

***

Dua minggu kemudian, gua terbangun, terbangun dengan kondisi tanpa bisa mengerakan kaki dan tangan gua, tulang leher gua patah karena tabrakan itu. Nyokap sama bokap ada disamping gua. Tapi ada yang kurang lengkap dari kedua orang itu, yaitu kakak gua.

“ ma, aku dimana?” kata gua sambil merasakan mata yang sakit.

“ dirumah sakit.. kamu uda gak bangun sejak 5 hari lalu, kamu koma selama itu.”

Gua melihat sekeliling dan memang gua ada di rumah sakit dan beberapa alat kedokteran,. Tapi bukan itu yang gua mau lihat. Gua mau lihat kakak gua, gua merasa dalam tidur gua, selalu terbayang dia. Bayangan dimana mimpi saat masa kecil yang bahagia bermain sama dia, dia gendong gua, dia kasih makanan yang gua suka dan terakhir dia bilang dia sayang gua dengan terpatah-patah.

“ kakak mana?”

Nyokap menangis, dan bokap terdiam dengan berat hati berkata.

“ dia lagi dirawat di ruang sebelah ..”

“ loh dia sakit apa? Kok juga masuk rumah sakit?”

Gua bangkit dan bonyok membantu gua berjalan ke ruangan sebelah dan melihat kakak gua yang sedang tertidur sambil meluk boneka yang dulu sering dia kasih ke gua.. gua melihat kakak gua dengan keprihatinan dan matanya kedua tertutup dengan perban,

“ kakakmu memberikan kedua matanya untuk kamu, ketika kecelakaan kamu terjatuh dan kedua matamu rusak karena cairan laksa yang dibawa motor itu terkena mata kamu.”

“ astaga. Jadi kakak ga bisa ngelihat lagi dong..”

Gua menangis saat mendengar kalimat itu.

“ bukan Cuma itu, ada pendarahan yang terjadi setelah operasi dan kakak kamu jadi kritis gini.”

Gua meraih tangan kakak gua, sambil berkata.

“ kakak, bangun, maafin Angel.. kakak, bangun. Angel janji setelah kakak sembuh, angel akan sayang sama kakak lagi.. angel mohon..”

Tangan kakak gua bergerak dan berkata dengan seperti biasanya.

“ adik.. adik.. kakak sayang kamu.. selamat ulang tahun” kata kakak gua untuk ucapaan terakhir dia

Dan kalimat itulah terakhir yang gua dengar dari dia. Dia telah pergi untuk selamanya, selamanya untuk membuat gua tetap hidup dengan kado kedua matanya untuk gua. dokter sempat menolak untuk memberikan matanya ke gua, tapi kakak gua ngotot. dia merasa tidak boleh ada orang lain yang cacat yang sama di keluarga ini selain dia, mama juga nolak, tapi kakak gua marah dan gak mau makan sampai dia bisa kasih kedua matanya untuk gua. akhirnya mama luluh, dia ikhlas, dan opearasi ke gua berhasil tapi kakak gua alami pendarahan dan akhirnya kritis dan pergi untuk selamanya. Selamanya untuk membuat gua merasa tak perlu merasa malu memiliki kakak seperti dia. Dia bukan hanya seorang kakak yang bertahan atas penderitaan yang dia miliki sebagai anak yang lahir dengan kerterbatasannya, tapia dia adalah seorang kakak berhati malaikat yang tanpa pernah berhenti mencintai gua sebagai adiknya.

Tanpa pernah merasa sakit hati oleh kalimat kalimat yang terkadang lebih menusuk daripada gua memukulnya dengan keras.

Kakak, karena dirimu lah kini aku sadar,

Aku tidak terlahir untuk sempurna tanpamu, walau dunia ini mungkin tidak pernah adil untuk kehidupanmu saat ini, apapun yang kamu lakukan atas dasar yang kau pikirkan, kaulah tetap kakakku yang terbaik, terbaik yang ingin pernah kusampaikan kepada dunia.

Bahwa hanya ada satu kesempatan untukku bersamamu dalam hidup ini yaitu saat saat kau hidup bersamaku.

selamat jalan kakak tercintaku

Butuh Tuntunan Tangan-Nya

(renungan)

Mazmur 95:7
"Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya."


Suatu hari, adik saya yang ingin datang berkunjung, menanyakan alamat rumah kepada saya. Maka, mulailah kami bertelepon ria. Awalnya, dia begitu kuatir karena belum pernah ke rumah saya. Melalui telepon itu, saya terus mengarahkannya sampai dia tiba di rumah saya dan kami pun bertemu.
Sama seperti itu, seringkali kita lupa dan tidak mendengarkan tuntunan Tuhan di dalam hidup kita, padahal Dia tahu arah yang benar. Kita tidak pernah "menelepon"-Nya dan mengabaikan-Nya seratus persen dalam hidup kita. Sebenarnya, hal itu bukannya kita sengaja, namun seringkali itulah yang kita lakukan.
Dalam mencapai tujuan hidup yang telah Tuhan sediakan buat kita, kita perlu mengetahui arahnya dari Sang Sumber sendiri. Jika kita tidak bertanya, meminta, berkomunikasi dengan-Nya bagaimana kita bisa tahu bahwa arah yang kita jalani itu sudah benar?
Setiap pagi, mintalah tuntunan-Nya dalam hidup kita, dalam pekerjaan yang kita lakukan, dalam perkataan kita, dalam perbuatan kita agar semuanya sesuai dengan-Nya. Setelah itu, berikan ucapan syukur kita sebagai pernyataan bahwa Dialah yang berkuasa atas keseluruhan hidup kita.

Setiap pagi, mintalah Dia untuk menuntun kita dan biarlah tangan-Nya membimbing kita kemanapun Dia inginkan kita melangkah. Setelah itu, bersyukurlah pada-Nya atas apapun yang terjadi. Sekiranya kita mendengar suara-Nya, hidup ini akan terus dibimbing-Nya.

Satu Tubuh

(cerita iman)

Pada suatu ketika anggota-anggota tubuh merasa sangat berang terhadap perut. Mereka semua iri karena mereka harus menyediakan makanan dan membawanya ke perut, sementara perut sendiri tidak berbuat lain kecuali mencerna hasil jerih payah mereka.

Maka akhirnya mereka mengadakan rapat dan memutuskan untuk tidak membawa lagi makanan ke perut.

Tangan tidak mau mengangkat makanan ke mulut. Gigi tidak mau mengunyah lagi dan tenggorokkan tidak mau menelan.

Dengan keadaan ini mereka berharap mulut akan melakukan sesuatu. Ternyata hasil dari keputusan mereka adalah tubuh yang menjadi lemah, begitu lemahnya sampai hampir-hampir mati.

Demikianlah akhirnya mereka menjadi kapok, dan dengan rela menjalankan tugasnya masing-masing. Merekapun sadar bahwa tidak ada satu tugas yang lebih penting dari yang lain. Dan entah besar dan kecil tugas yang menjadi bagiannya, semuanya berperan penting untuk mencapai tujuan utama.


Bagaimana dengan tugas pelayanan dan tanggung jawab kita sehari-hari yang sudah Tuhan percayakan kepada kita? Sudahkah kita jalankan dengan sebaik-baiknya? Atau mungkin kita malah sibuk membandingkan bentuk pelayanan kita dengan pelayanan orang lain? Dan berpikir bahwa tugas yang kita terima terlebih berat dibandingkan tugas orang lain? Dan bahwa kita seharusnya menerima upah yang lebih dari rekan sekerja kita?

"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah SATU TUBUH dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain" (Roma 12:4, 5)

Meskipun tugas berbeda-beda, tapi ingatlah bahwa setiap orang adalah sama di mata Tuhan (1 Kor. 3:8). Dan Tuhan akan memberikan upah yang adil bagi setiap orang, sesuai dengan kerelaan dan kesungguhannya melakukan tugasnya.

"TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing" (Amsal 16:4). Amin.

Tuhan Yesus Memberkati.

Mewaspadai Ucapan

(cerita iman)

Pada masa kekuasaan Tsar Nicolas I di kekaisaran Rusia, pecah sebuah pemberontakan yang dipimpin seorang bernama Kondraty Ryleyev. Namun, pemberontakan itu berhasil ditumpas.

Ryleyev, sang pemimpin ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Namun saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya.

Namun, Ryleyev yang lega dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik, "Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun tidak becus!"

Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, "Lalu, apa yang Ryleyev katakan?"

Ketika pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, "Kalau begitu, mari kita buktikan bahwa ucapannya tidak benar."

Ryleyev pun menjalani hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Bukan hukuman yang membinasakannya, tapi ucapannya sendiri.


Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa mengendalikan Benda raksasa.

Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan, bahkan lebih buas dari segala hewan liar.

Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-kejadian yang akan kita alami kemudian.

Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima.

" ... tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." ( Yakobus 3 : 2 )

Tuhan Yesus Memberkati.

Nilai sebuah pekerjaan


Ada seorang ayah. Ia adalah seorang pekerja keras yang mencukupi seluruh kebutuhan hidup bagi istri dan ketiga anaknya. Ia menghabiskan malam sesudah bekerja dengan menghadiri kursus-kursus, untuk mengembangkan dirinya dengan harapan suatu hari nanti dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik.

Kecuali hari Minggu, sang ayah sangat susah untuk bisa makan bersama-sama keluarganya. Dia bekerja dan belajar sangat keras karena dia ingin menyediakan bagi keluarganya apa saja yang bisa dibeli dengan uang.

Setiap kali keluarganya mengeluh kalau dia tidak punya cukup waktu dengan mereka, dia selalu beralasan bahwa semuanya ini dilakukannya untuk mereka. Tetapi seringkali juga, dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Suatu hari tibalah saatnya hasil ujian diumumkan. Dengan sangat gembira, sang ayah ini lulus, dengan prestasi gemilang pula! Segera sesudah itu, dia ditawarkan posisi yang baik sebagai Senior Supervisor dengan gaji yang menarik. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sekarang sang ayah mampu memberikan keluarganya kehidupan yang lebih mewah, seperti pakaian yang indah-indah, makanan-makanan enak dan juga liburan ke luar negeri.

Namun, keluarganya masih saja tidak bisa bertemu dengan sang ayah hampir dalam seluruh minggu. Dia terus berkerja sangat keras, dengan harapan bisa dipromosikan ke jabatan Manager. Nyatanya, untuk membuat dirinya calon yang cocok untuk jabatan itu, dia mendaftarkan diri pada kursus lain di Universitas Terbuka.

Lagi, setiap saat keluarganya mengeluh kalau sang ayah tidak menghabiskan cukup waktu untuk mereka, dia beralasan bahwa dia melakukan semua ini demi mereka. Tetapi, seringkali lagi dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu lagi dengan keluarganya.

Kerja keras sang ayah berhasil dan dia dipromosikan. Dengan penuh sukacita, dia memutuskan untuk memperkerjakan seorang pembantu untuk membebaskan istrinya dari tugas-tugas rutinnya. Dia juga merasa kalau flat dengan tiga kamar sudah tidak cukup besar lagi, akan sangat baik untuk keluarganya bila menikmati fasilitas dan kenyamanan sebuah kondominium.

Setelah merasakan jerih payah kerja kerasnya selama ini, sang ayah memutuskan untuk lebih jauh lagi belajar dan bekerja supaya bisa dipromosikan lagi. Keluarganya masih tidak bisa sering bertemu dengan dia. Kenyataannya, kadang-kadang sang ayah harus bekerja di hari Minggu untuk menemani tamu-tamunya.

Lagi, setiap kali keluarganya mengeluh kalau dia tidak menghabiskan cukup waktu dengan mereka, dia beralasan kalau semua ini dilakukan demi mereka. Tetapi, seringkali lagi dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya.

Seperti yang diharapkan, kerja keras sang ayah berhasil lagi dan dia membeli sebuah kondominium yang indah yang menghadap ke pantai.

Pada malam pertama di rumah baru mereka, sang ayah mengatakan kepada keluarganya bahwa dia memutuskan untuk tidak mau mengambil kursus dan mengejar promosi-promosi lagi. Sejak saat itu dia ingin memberikan lebih banyak waktu lagi untuk keluarganya. Namun, sang ayah tidak bangun-bangun lagi keesokan harinya .....

Pertanyaan untuk Refleksi: Apakah anda bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja?

BAGAIMANA MENGATASI KEKECEWAAN DALAM KEHIDUPAN


Tuhan punya rencana yang jauh lebih besar dalam hidup Saudara dibanding masalah dalam hidup ini. Tidak peduli masalah apa yang Saudara hadapi, Tuhan memiliki tujuan lebih besar dari masalah yang kita alami.

Keluaran 15 :.22-27 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"

Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."

Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.

3 kebenaran yang perlu kita hadapi dalam hidup ini:

1. KEBERHASILAN BESAR DALAM KEHIDUPAN SERINGKALI DIIKUTI DENGAN KEGAGALAN

Ay.22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.

3 sumber kekecewaan dalam kehidupan:
a. Kecewa karena barang-barang
b. Kecewa karena Acara
c. Tetapi sumber kekecewaan terbesar kita adalah manusia.
Mazmur 34:19 yang mengatakan, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

2. PELAYANAN BESAR DALAM HIDUP INI SERING KALI DILUPAKAN

Ay 24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"

Apa yang perlu Saudara kerjakan ketika kecewa?

a. Jangan mengutukinya
Roma 12:14 mengatakan, "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!

b. Jangan mengulanginya
Ayub 5:2 (Good News) "menguatirkan diri sampai mati dengan amarah adalah suatu hal yang bodoh untuk dilakukan."
Efesus 4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

c. Jangan mengeraminya
Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Ayub 18:4 "Engkau melukai dirimu sendiri dengan kemarahanmu.".

Apa yang harus Saudara lakukan waktu mengalami kekecewaan?
a. Larutkanlah
Ay 24-25 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?" Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis
1 Pet 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
b. Ijinkan Tuhan membalikkannya

3. KERUGIAN BESAR DALAM HIDUP INI SERING KALI DIIKUTI DENGAN KELIMPAHAN

Ay 27 Setelah pengalaman ini Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu

a. Berapa jauhnya Elim dari Mara? kita seringkali berhenti terlalu cepat. Dan jangan menyerah.
b. Bagaimana caranya untuk bisa sampai ke Elim dari Mara?
Tetap maju. Tetap percaya Tuhan. Tuhan punya rencana yang jauh lebih besar dalam hidup Saudara dibanding masalah dalam hidup ini.

Tidak peduli masalah apa yang Saudara hadapi, Tuhan memiliki tujuan lebih besar dari masalah yang kita alami.

TUHAN YESUS Mengasihi, Memberkati & Menyertai

Kesaksian. Wilan, Si Kupu-Kupu Malam. Kehidupan malam kujalani



Aku pertama kali menjadi pelacur pada usia 15 tahun. Penghasilan yang kudapatkan adalah 40% - 60%, maksudnya aku menerima 40%, sedangkan "mami" mendapat bagian 60% dari bayaranku. Aku sudah tidur dengan banyak laki-laki dari berbagai kalangan dan hal ini terus kujalani sampai usiaku yang ke 19 tahun. Aku juga terjerat dalam dosa pergaulan bebas, minum-minuman keras, narkoba, dan juga seks bebas. Dalam hati kecilku sedikit terbesit betapa kotornya hidupku. Aku berusaha mencari jati diri di tempat yang salah. Namun karena tuntutan kehidupan yang keras, aku tetap menjalani kehidupan malamku ini.

Penyebab aku menjadi kupu-kupu malam

Aku dibesarkan dari sebuah keluarga broken home. Ayah dan ibuku bercerai, lalu masing-masing menikah lagi, dan aku serta kakakku tinggal bersama Oma kami. Tapi perlakuan Oma padaku berbeda dengan perlakuan Oma pada kakak. Aku sering "dianaktirikan", sering dicerca, dicaci maki, dan dihajar oleh Oma, sedangkan Oma selalu membanggakan kakak. Aku berpikir apakah karena aku ini jelek mangkanya Oma membenciku.

Karena tidak tahan dengan perlakuan Oma, aku ikut ke Palembang dengan orang yang pernah kos di rumah Oma. Disana aku membantunya membereskan rumah. Namun karena keadaan keluarganya tidak baik dan sering bertengkar, selalu aku yang dijadikan sasaran kemarahan. Akhirnya setelah 3 tahun di sana, aku kembali ke rumah Oma. Ternyata di rumah Oma, aku tetap diperlakukan seperti dulu.

Akhirnya aku memutuskan tinggal di rumah ayahku. Tapi ternyata kehidupan di sana juga tidak lebih baik. Aku "di anak tirikan" oleh ayah kandungku sendiri. Aku bahkan difitnah menyakiti adik tiriku. Aku sangat benci pada ayahku saat itu juga. Akhirnya karena tekanan-tekanan itulah aku memutuskan menjadi "kupu-kupu malam" sebagai pelampiasan kekesalanku. Padahal orang tuaku adalah orang yang berkecukupan.

Memasuki dunia rumah tangga

Suatu hari karena kecerobohanku, aku dinyatakan positif hamil. Namun pria yang menghamiliku tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya aku menikah dengan tetangga dekat rumahku karena ia sangat mencintaiku. Tapi rumah tangga kami berantakan. Suamiku bukanlah tipe orang yang bertanggung jawab. Bahkan ia tetap menjadi pengangguran sampai-sampai aku tetap menjadi pelacur demi memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika anakku lahir, aku memutuskan bercerai darinya.

Satu tahun kemudian, tahun 1976, aku menikah dengan Edy, pria yang dikenalkan sahabatku. Pergaulan bebas yang kujalani membuatku menjadi seorang yang berkarakter keras namun Edy selalu mengalah padaku. Ia tipe suami yang baik. Karena itulah sifat kerasku semakin menjadi-jadi. Pernikahan kami dikaruniai 4 orang anak namun aku tetap menjalani kehidupan bebasku sehingga aku menelantarkan suami dan anak -anakku.

Tetap tidak bertobat

Bahkan di usiaku yang ke-49 tahun, aku tetap keluar masuk diskotik. Berkali-kali aku hampir OD (Over Dosis), tapi aku tetap tidak kapok juga. Seringkali saat aku OD dan hampir mati, aku mendengar suara- suara yang berkata, "Bukalah matamu..." Namun aku mengacuhkannya. Sampai suatu kali saat aku OD, aku jatuh di tengah diskotik dan ada suara yang berkata, "Lihatlah sekelilingmu..." dan aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Orang-orang yang ada di sana berubah menjadi sangat menyeramkan, tidak mempunyai tempurung kepala dan mereka semua bertanduk. Wajahnya sangat menyeramkan. Aku tidak merasa takut saat itu, hanya sedikit drop dan aku memutuskan duduk di tepi panggung.

4 Oktober 2005, ketika sedang berada di dalam diskotik, aku sekali lagi mendengar suara yang berkata, "Pulanglah atau engkau akan terhilang..." Aku merasa sangat takut dan memutuskan tidak akan pernah ke diskotik lagi.

Akhirnya aku sadar akan dosa - dosaku

Sejak saat itu aku tiba-tiba menyadari bahwa dosaku sangatlah parah. Pasti hidupku sangat hancur dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Saat itu juga aku sadar bahwa ternyata selama ini suara-suara itu adalah teguran dariNya padaku. Aku langsung menangis meminta pertolongan dan pengampunan dari Tuhan. Aku tidak ingin masuk ke dalam perapian kekal, aku ingin bebas lepas dari ikatan maut ini. Aku menyalibkan kedaginganku dan aku memikul salibku serta mengikut Yesus dalam hidupku. Aku mulai aktif ke gereja dan mengikuti Family Altar.

Tanggal 19 Mei 2006 aku mengikuti sebuah retreat pemulihan. Di sana, ketika didoakan, aku memperoleh penglihatan sebuah hati berwarna biru dan beku seperti es. Ternyata itu adalah hatiku. Saat itu aku sangat membenci keluargaku. Aku menyimpan dendam yang amat dalam kepada mereka. Tapi berkat kasih dan kekuatan yang luar bisa dariNya, aku tiba-tiba dapat mengampuni ayah, ibu, dan Omaku yang telah melukai hatiku. Saat itu juga aku melihat bahwa tangan Tuhan menyentuh hatiku, menggenggamnya, lalu mengubah hatiku yang beku menjadi cair dan berwarna merah terang. Lalu Tuhan mencabut hatiku yang penuh dengan kepahitan itu sampai ke akarnya. Aku dapat merasakan betapa sakitnya dadaku ketika akar kepahitan di hatiku dicabut oleh tanganNya. Aku menangis merasakan sakitnya. Namun setelah itu aku merasakan damai sukacita yang begitu luar biasa. Tuhan benar-benar telah memulihkan hatiku dan juga hidupku.

Hubungan keluargaku dipulihkan

Sepulangnya dari retreat tersebut kehidupan keluargaku berubah drastis. Hubunganku dengan suami dan anak-anakku dipulihkan. Aku meminta maaf sambil menangis dan memeluk mereka satu per satu. Tuhan memang baik. Ia memberikan kasih di hati suami dan anak-anakku sehingga mereka bisa memaafkanku. Semua berjalan dengan luar biasa. Penuh kasih, damai sejahtera, dan sukacita. Kini aku selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu bersama suami dan anak-anakku. Bahkan aku juga kini melayani di gerejaku. Syukur bagi kebaikanNya, kini aku benar-benar menjadi hambaNya yang taat dan setia dalam seluruh area kehidupanku. (Kisah ini telah ditayangkan 26 Juli 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian :
Wilan

Kesaksian. Pemulihan Sang Anak Buangan.



Berasal dari keluarga yang kurang mampu, sewaktu kecil Komen harus menyaksikan orang tuanya terpaksa menyerahkan adiknya yang baru lahir untuk diasuh oleh bidan yang menolong ibunya.

Komen mengingat masa lalunya yang pahit.
"Orang tua saya sangat susah. Mesti melaut dulu baru dapat makanan. Kalau tidak melaut ya tidak makan."

Suatu hari Komen menyaksikan kejadian yang membuat dirinya sangat terpukul. Sebagai anak 6 tahun yang masih polos, dia menyaksikan perselingkuhan mamanya. Komen melihat mamanya tidur dengan pria lain.

"Saat itu saya mau buang air kecil. Letaknya (kamar mandi) itu kan di ruang tamu. Kebetulan ada saudara, ga tau saudara darimana......Ngapain mereka??? Adik saya, koko saya, mereka tidak ada yang tahu. Saya ga ngerti...."

Komen tidak mampu untuk bertanya. Semuanya hanya disimpan di dalam hati.
"Mama saya jahat. Kenapa mama saya berbuat seperti itu. Dan itu menimbulkan trauma. Pikiran saya aneh-aneh jadinya".

Sejak kecil Komen tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan ketika mamanya meninggal, Komen harus dipisahkan dari keluarganya. Ayahnya yang merasa tidak mampu merawat Komen, meminta pamannya membawa Komen ke Jakarta. Komen merasa mendapat perlakuan yang berbeda.

"Kenapa kok saya.....yang dititip-titipin itu kok saya???? Bukannya adik saya yang perempuan atau koko saya".

Tinggal bersama keluarga paman di Jakarta membuat Komen harus menjalani kehidupan yang keras. Tahun demi tahun, hal yang lebih menyakitkan mulai datang. Tanpa alasan yang jelas, sepupu-sepupunya sering memukuli Komen.

"Setiap paginya, saya harus mengepel. Itu sudah wajib harus saya lakukan. Saya ngepel, baru saya main atau pergi semir sepatu." "Saya dipukul....itu biasa. Sering saya dapat."

Kalau malam, kakak sepupu Komen dan teman-temannya suka merokok. Supaya tidak diketahui oleh orang tuanya, mereka melakukannya di atas plafon rumah jam 1 atau jam 2 malam. Kalau mereka kehabisan rokok, Komen dibangunkan dengan paksa oleh kokonya hanya untuk membeli rokok.
"Saya benci mereka dan saya mau balas dendam supaya mereka juga susah. Kalau bisa ya sampai dia mati".

Komen hanya disekolahkan sampai kelas 1 SD. Setelah putus sekolah, Komen memutuskan untuk mencari uang sendiri dengan menjadi penyemir sepatu.

"Lihat orang tuh enak amat....Anak-anak seumuran saya tuh enak mereka. Mereka sekolah, apa yang mereka inginkan itu paling tidak sudah ada. Sedangkan saya itu kok susah banget. Uang hasil semir sepatupun kadang-kadang masih suka diambilin sama mereka (kokonya) tanpa sepengetahuan saya. Saya tidak tahu persisnya.....saya kan tidur jadi uang itu saya sembunyiin tapi tiba-tiba uang itu sudah tidak ada".

Mendapat perlakuan yang sewenang-wenang selama bertahun-tahun membuat Komen tertekan. Bagi Komen, hidup bagaikan di penjara. Di umur 11 tahun, Komenpun memutuskan untuk bunuh diri.

"Saya tidak tahu saya ini nantinya mau jadi apa. Sama sekali tidak ada bayangan untuk hidup saya. Waktu itu pokoknya ingin loncat dari gedung yang sangat tinggi."

Tapi sebelum Komen meloncat, dia terbayang dengan orang yang dia lihat bunuh diri kemarin. Orang itu loncat dari gedung dan dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kepala orang itu hancur dan meninggal dengan tragis.
"Tapi kenapa bunuh diri itu ga jadi.....saya ngeliat ada orang ngeloncat juga, bunuh diri. Jadi ga jadi untuk bunuh diri."

Di umur 15 tahun Komen bekerja di toko perhiasan. Saat itulah pamannya justru mengusirnya karena menganggap Komen sudah dapat menghidupi dirinya sendiri. Dengan membawa baju seadanya, Komen mendatangi tempat bossnya dan akhirnya boss Komen menawarkan Komen untuk tinggal disana.

"Saya di sana hanya jadi office boy. Yang beres-beresin bangku, lap-lap kaca kalau kaca etalase itu kotor, saya bersihin. Terus kalau ada customer yang mau bersihin perhiasannya, itu biasanya saya yang kerjain. Kalau ada waktu senggang, boss saya itu support saya. Dia mau supaya saya juga bisa jadi perajin perhiasan".

Setelah mampu menghasilkan uang, Komen terjerumus ke dalam kehidupan malam. Judi dan pornografipun dijelajahinya. Bahkan setelah menikahpun, kebiasaan-kebiasaan buruk itu tidak ditinggalkannya. Namun akhirnya Komen mengalami titik balik di dalam hidupnya sampai akhirnya dia mengenal siapa itu Tuhan ketika seorang teman mengajaknya untuk menghadiri sebuah kelas bimbingan.

"Di pertemuan itu saya ambil komitmen mengenai seks....ternyata itu dosa katanya... Onani itu juga dosa... Akhirnya saya ambil komitmen saya mau coba yang lebih bener aja."

Pemulihan terhadap masa lalunya dialami Komen di sebuah pertemuan.
"Jadi di situ saya dikasih tahu bagaimana kita punya kepahitan, terus luka batin, dan saya dikasih pilihan mau atau tidak untuk mengampuni. Saya diingatkan lagi ke masa lalu saya. Di situ saya ambil komitmen, ya Tuhan, saya mau mengampuni mereka dengan sepenuh hati saya. Jadi beban itu tidak ada lagi di hati saya. Tadinya punya pikiran mau membalas saudara saya, kepahitan sama orang tua saya, tapi disitu saya dilepasin .... bebas."

Pengampunan telah membawa perubahan yang nyata dalam hidup Komen. Komen mendatangi kokonya untuk meminta maaf atas dendam yang pernah dirasakannya terhadap kokonya. Tak ada lagi trauma masa lalu dan juga ketakutan akan masa depan.

"Saya ikut apa yang Tuhan inginkan. Saya ikutin... dan ternyata dengan latar belakang pendidikan saya yang kurang tapi ternyata Tuhan bisa pulihkan. Tuhan itu luar biasa tuntun hidup saya. Saya memiliki rumah dan juga keluarga yang saling mengasihi. Jadi saat ini yang saya dapat, Tuhan itu baik sekali." (Kisah ini ditayangkan 22 Juli dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Sumber Kesaksian: