Kamis, 07 Maret 2013

DIA SUNGGUH NYATA



Minggu, 10 Desember 2006 adalah hari yang tidak dapat saya lupakan. Pagi itu, saya terbangun pukul 06.00 dengan rasa aneh di sekitar dada yang tidak dapat dijelaskan. Dada saya terasa agak nyeri bercampur sesak, dan saya belum pernah mengalaminya sebelumnya. Saya berkeringat begitu deras, padahal ruangan kamar tidur menggunakan AC.

Seyogianya, saya hendak bersiap ke gereja untuk beribadah pagi itu. Akan tetapi, bila kondisi saya masih seperti itu, saya mungkin tidak akan bisa ke gereja. Kemudian, saya duduk dan berdoa, "Tuhan Yesus, tolong sembuhkan saya."

Namun, setelah selesai berdoa, rasa nyeri itu tidak hilang. Jadi, saya meminta kaos pada istri saya dan berencana keluar ruangan untuk lari-lari ringan. Mungkin saja saya kekurangan oksigen di dalam kamar karena terasa agak sesak.

Saya pun melakukan olahraga kecil, menggerak-gerakkan badan di luar ruangan untuk mencari udara segar. Namun, setelah beberapa saat melakukan gerakan badan, bukannya membaik, pandangan saya malah mulai gelap dan saya limbung. Saya segera masuk kembali ke dalam rumah dan merasa lemas sekali. Kesadaran saya rasanya mulai hilang. Sambil duduk dan kepala bersandar di meja makan karena tidak kuat lagi, saya terus berdoa, "Tuhan Yesus, sembuhkan saya ...."

Pandangan saya semakin gelap dan hal terakhir saya ingat, saya hanya melihat sebuah titik putih. Semula, istri saya hanya akan membawa saya ke kamar untuk beristirahat, tetapi ia seperti mendapat hikmat bahwa saya harus segera dibawa ke rumah sakit. Saat dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa ke rumah sakit, saya sudah dalam keadaan tidak sadar. Apa yang terjadi selanjutnya, saya hanya dengar dari istri karena saya tidak tahu apa-apa lagi.

Setelah dibawa ke ruang UGD, dokter menanyakan apa yang terjadi. Pikir istri saya, mungkin hanya karena gula darah saya turun sehingga pingsan seperti ini. Namun, setelah dokter memeriksa gula darah, hasilnya bukan rendah, malah sangat tinggi. Dokter mengatakan bahwa pasti bukan itu penyebabnya, tetapi ada yang lain. Dokter memeriksa denyut jantung saya dengan EKG. Hasilnya, grafik yang ditunjukkan berantakan sekali.

Dokter menyatakan saya terkena serangan jantung, dan harus secepatnya dirujuk ke rumah sakit Harapan Kita karena rumah sakit di sini tidak memiliki peralatan yang lengkap untuk menangani penyakit jantung. Karena membutuhkan pertolongan yang sesegera mungkin, dokter memerintahkan supaya saya dibawa dengan menggunakan ambulans.

Sesampai di RS Harapan Kita, dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi saat itu juga. Jika tidak, nyawa saya tidak akan tertolong. Saya pun segera dibawa ke dalam ruang operasi dan dibius untuk persiapan operasi. Namun, justru saat di ruang operasi itulah saya tersadar. Ruangan operasi itu sangat dingin sehingga saya mengerang kedinginan. Saya berteriak-teriak, "Dingin ... dingin ...."

Namun, operasi tetap dilaksanakan. Dokter memutuskan untuk memasang ring pada tiga tempat di jantung saya. Namun, saat operasi sedang berjalan, sebuah keanehan terjadi. Keanehan inilah yang saat ini ingin saya saksikan kepada pembaca semua. Di tengah-tengah proses operasi, mendadak istri saya dipanggil. Dokter menanyakan kepada istri saya apakah saya pernah dioperasi jantung sebelumnya. Istri saya kebingungan, seingatnya tidak pernah. Jangankan operasi jantung, dirawat di rumah sakit pun saya belum pernah, seumur hidup saya.

Dokter mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Ia membawa istri saya ke ruangan monitor operasi. Di sana, istri saya diperlihatkan pada suatu layar monitor yang menampilkan jantung saya yang sedang dioperasi. Pada layar itu, dokter memperlihatkan bahwa di jantung saya telah terpasang satu ring sebelum operasi itu dilakukan. Ring itulah yang menyelamatkan nyawa saya sejauh ini. Tanpa ring itu, saya pasti sudah tidak bisa tertolong lagi.

Istri saya kebingungan dan hanya bisa meminta dokter menyelesaikan proses operasinya terlebih dahulu, baru kemudian ia akan menanyakannya saat saya sudah sadar. Para dokter melanjutkan proses operasinya, namun hanya memasang dua ring di tempat yang lain karena satu tempat sudah terpasang ring 'misterius' itu.

Setelah operasi selesai, saya dibawa ke ruang ICU untuk perawatan selanjutnya. Saat saya sudah sadar, istri saya pun menanyakan hal tersebut, apakah saya sudah pernah dioperasi jantung sebelumnya tanpa sepengetahuan dia. Sekarang, saya yang jadi bingung, saya katakan tidak, saya belum pernah operasi jantung sebelumnya. Istri saya pun menceritakan apa yang terjadi saat operasi berlangsung, bagaimana ada sebuah ring misterius yang sudah dipasang di jantung saya, dan ring itulah yang telah menyelamatkan saya.

Di saat itulah, kami baru menyadari bersama bahwa itu sungguh sebuah mukjizat! Tuhanlah yang menempatkan ring itu dalam jantung saya dan menyelamatkan saya, sebelum para dokter itu mengoperasi saya.

Kami sekeluarga sungguh bersyukur menyadari bagaimana Tuhan Yesus telah melakukan sebuah mukjizat yang sungguh ajaib dan nyata. Ilmu medis tidak bisa menjelaskan hal itu. Mereka beranggapan bahwa saya pasti pernah dioperasi sebelumnya, bagaimana mungkin sebuah ring ada di situ, siapa pula yang memasangnya? Tidak ada yang bisa menjelaskannya. Namun, saya tahu apa yang terjadi dan saya punya jawabannya, Tuhan Yesuslah yang telah meletakkan ring tersebut di jantung saya. Dialah Tuhan penyembuh, Dokter di atas segala dokter.

Saya sungguh bersyukur Tuhan telah menyembuhkan saya dengan ajaib. Sebuah keajaiban yang sungguh nyata dan sungguh terlihat. Saat ini, saya hidup dalam waktu-waktu bonus yang Tuhan berikan kepada saya, dan mengambil pelajaran dalam hal ini untuk melakukan gaya hidup yang sehat. Pola makan dan diet, juga pola hidup antara olahraga dan istirahat yang seimbang.

Dari apa yang saya alami, tidak ada yang dapat memungkiri, bahwa itu sungguh-sungguh mukjizat yang nyata. Membuktikan kalau Tuhan Yesus itu sungguh nyata, sanggup menolong dan menyembuhkan saudara juga, percaya dan berharaplah hanya kepada-Nya. (LM)

(Diambil dan disunting dari:/Judul buletin: VOICE (Full Gospel Business Men's VOICE Indonesia), Volume 94 - 2008/Penulis: Didi Krisnando/Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men's Fellowship Internasional - Indonesia, 2008/Halaman: 8-11/i-kan-kisah)

* * * * *

"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar