Jumat, 22 Mei 2015

Memperbaiki boneka

MEMPERBAIKI BONEKA

Liping, gadis kecil disuruh ibunya ke toko  dekat rumahnya untuk membeli sesuatu, dengan pesanan untuk segera kembali ke rumah setelah membeli barang yang dimaksud. Namun sejam ... dua jam kini telah berlalu. Liping belum juga kembali dan hal ini membuat ibunya penasaran dan cemas

"Ke mana saja engkau pergi?" Tanya ibunya dengan teriakan keras ketika Liping akhirnya muncul di depan pintu.

"Mami ... maafkan Liping. Aku tahu kalau aku terlambat pulang," Kata Liping penuh penyesalan.

"Tapi ... tadi boneka Lingling, teman Liping, rusak. Aku harus membantunya memperbaiki boneka itu." Lanjut Liping menjelaskan.

"Engkau membantu Lingling memperbaiki bonekanya? Bagaimana caranya engkau memperbaikinya?" Lanjut ibunya dengan penuh rasa heran.

"Jujur bu ... ,saya tak mampu perbaiki bonekanya ... Saya hanya duduk di samping Lingling dan menangis bersamanya." Lanjut Liping.

Sahabat adalah ia yang senantiasa berada di sampingku, bahkan juga di saat ketika dunia seakan mati

* * * * *

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Selasa, 19 Mei 2015

Seruling Sakti

SERULING SAKTI

Pada suatu hari ada seorang penggembala yang mempunyai sebuah seruling sakti.

Sekian lama ia berjalan-jalan pada padang di Afrika, ia sangat berani karena jika ia meniup seruling maka hewan yang mendengarkannya akan tertidur.

Saat itu ada segerombolan serigala yang akan memakannya, iapun meniup serulingnya sehingga para serigala tertidur.

Setelah berjalan kembali ada seekor macan yang akan menerkamnya sekali lagi ia meniup seruling sehingga macan tersebut tertidur dan ia bebas.

Tidak begitu lama datang seekor singa sehingga ia meniup serulingnya, tetapi di luar dugaan singa tersebut tetap menerkam dan memakannya.

Setelah itu para hewan terheran-heran kenapa sang singa tersebut dapat memakan orang itu.

Bertanyalah segerombolan serigala tersebut kepada sang singa

Serigala: "Bagaimana bisa kamu memakan orang itu?"

Singa: "Apa??"

Serigala: "Bagaimana bisa kamu memakan orang itu?"

Singa:"Apa???"

(Ternyata singa tersebut tuli ... )

* * * * *

Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. (Amsal 22:3)

Selasa, 12 Mei 2015

Pohon pakis dan pohon bambu

POHON PAKIS DAN BAMBU

Ada seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

"Tuhan," katanya. "Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?"

Pakis dan bambu

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan. "Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?"

"Ya," jawab pria itu.

"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah."

"Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah."

"Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku tidak menyerah."

"Di tahun keempat, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah," kata-Nya.

"Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna."

"Tapi enam bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu lima tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup."

"Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku," kata Tuhan kepada pria itu.

"Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar? Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu."

"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Tuhan.

"Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah. Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi."

"Saya akan menjulang setinggi apa?" tanya pria itu.

"Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?" tanya Tuhan.

"Setinggi yang bisa dicapainya," jawab pria itu.

"Ya, benar!" kata Tuhan.

* * * * *

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28) 

Selasa, 05 Mei 2015

Hati Yang Indah

HATI YANG INDAH

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata, "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?"

Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa, "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".

"Ya," kata pak tua itu, "hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan."

"Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan. Memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.

Pemuda itu melihat ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan. (fw.yTH.hs)

* * * * *

Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (Yehezkiel 36:26)

Telpon Aku

T

"Aku tahu, pasti ada di sekitar sini."

Saya menjatuhkan tas berisi buku dan memeriksa saku jaket. Saat saya mengeluarkan semua isi jaket di meja, semua orang yang antri di belakang menggerutu. Saya melirik ke jam makan yang tersisa. Hanya tinggal tiga menit sebelum bel, dan hari itu adalah waktu terakhir untuk mengisi ulang kartu debet makan di kantin. Sekarang saya sedang melakukan itu, tetapi saya tidak bisa menemukan dompet saya. Orang yang antri mulai mengerumuni saya.

"Ayolah Cindy!" Darcy mengentakkan kakinya dan suaranya terdengar sudah tidak sabar. "Kita akan terlambat kembali ke kelas."

"Tunggu sebentar Darcy!" saya menyelinap balik. Walaupun sahabat baik, saya dan Darcy sering merasa frustrasi satu sama lain. Kami berbeda sekali. Darcy selalu mengalokasikan dana untuk mengisi penuh kartu debet makan-nya pada hari pertama saat masuk sekolah, sementara saya hampir lupa ... lagi.

"Darcy, dompetku tidak ada." Saya memasukkan lagi semua barang-barang ke dalam saku jaket. "Uang untuk membayar kartu debet makan ada di dalamnya."

"Seseorang pasti sudah mengambilnya," kata Darcy seperti biasa, sebagai jawaban yang cepat terhadap masalah ini.

"Oh, aku yakin hanya lupa dimana meletakkannya," saya berharap.

Kami bergegas masuk kelas pada bel kedua. Darcy berdiri sebagai penengah pada masalah ini dan dengan sukarela mengumumkan peristiwa kehilangan dompet saya. Sampai jam terakhir di kelas olah raga, saya lelah dan mulai berhenti untuk mengulangi penjelasan yang diulang-ulang, "Aku yakin, hanya meninggalkannya di rumah." Karena sudah terlambat untuk kembali ke ruang loker, saya segera menuju ke tempat lain dengan berlari untuk bergabung dengan team sepak bola kami.

Pertandingan hampir selesai dan team kami yang paling akhir kembali ke ruang loker. Darcy telah menunggu dengan tidak sabar, seperti biasanya.  Dia mencoba memberitahu tentang Juanita, seorang murid baru yang lokernya di seberang saya.

Saya membalik untuk membuka loker saya, "Darcy, aku tahu, aku tahu, kita harus pergi."

Ada yang memegang bahu saya, dan saya berbalik melihat Darcy, wajahnya memutih karena shock. Di kakinya tergeletak dompet saya.

"Dompetmu jatuh dari lokernya!" Darcy menunjuk Juanita. "Dia mencurinya."

Semua orang langsung menuduhnya.

"Anak baru itu mencurinya."

"Darcy menangkap basah pencuri itu."

"Aku tahu, ada yang aneh pada anak baru itu."

"Laporkan ke kepala sekolah."

Saya mengamati Juanita. Saya tidak begitu memperhatikan dia sebelumnya, kecuali julukannya sebagai 'anak baru.' Juanita memungut dompet itu dan memberikan pada saya. Tangannya bergetar. "Aku menemukannya di tempat parkir. Aku bermaksud memberikannya di ruang loker ini sebelum jam olah raga, tapi kamu datang terlambat."

Darcy melontarkan kata padanya, "Aku sangat yakin!"

"Benar, aku tidak bohong." Mata Juanita penuh dengan air mata.

Saya mengambil dompet itu kembali. Saya tidak tahu harus berpikir apa, tapi saat melihat tatapan mata Darcy, tuduhannya yang tidak beralasan membuat saya muak. Saya melihat kembali ke Juanita. Dia ketakutan, tapi terlihat jujur. Saya tahu, reputasinya terletak di tangan saya.

"Aku senang, kamu menemukannya," saya tersenyum. "Terima kasih Juanita."

Ketegangan segera mencair.

"Syukurlah, dia menemukannya," semua orang setuju kecuali Darcy.

Saya segera melanjutkan. "Ayo Darcy, masih ada waktu untuk mengisi kartu debet makan."

"Itu kalau uangmu masih ada di dompet."

"Jangan mulai lagi Darcy!"

"Kamu sangat naif!"

Tak lama kemudian kami sudah berdiri di tempat pembayaran dan membuka dompet saya.

"Semuanya masih utuh," saya merasa lega. Ada lipatan kertas yang terjatuh dari dalam dompet. Darcy membungkuk untuk mengambil dan memberikan pada saya. Saya buka untuk mengetahui isinya.

"Dia hanya tidak punya waktu untuk mengosongkan dompetmu," Darcy mengejek. "Aku tahu macam apa anak itu. Aku punya nomer telponnya saat pertama kali dia masuk ke sini."

"Bagus kalau kamu punya nomernya. Kita juga akan tahu sekarang."

"Itu cuma tinggal masalah waktu," Darcy gusar.

"Mungkin itulah masalahnya Darcy. Mungkin kamu terlalu sibuk memberi nomor pada semua orang."

Darcy mengambil kertas itu, membaca dan melemparkan kembali pada saya.

"Terserahlah!" katanya sambil menhentakkan kaki. Saya tahu ada perubahan yang terjadi setelah dia membaca tulisan di kertas itu.

Saya membaca tulisan di kertas itu sekali lagi.

---
Cindy,
Aku menemukan dompetmu di tempat parkir. Semoga tidak ada yang hilang.
Juanita.
PS. Nomer telponku 555-3218. Mungkin kamu bisa menelponku kalau ada waktu.
---

Dan itu yang kemudian saya lakukan.

(Oleh Cynthia M. Hamond)

* * * * *

Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8)

EXTRA MILE

Hukum Romawi pada abad pertama mengizinkan seorang anggota legiun (pasukan tentara beranggotakan lima ribu orang) memerintahkan orang sipil yang ditemuinya untuk membantu membawa beban dari satu penanda mil ke penanda mil berikutnya.

Nah, beban para para prajurit yang sedang berbaris ini bukan barang-barang yang ringan. Mereka biasanya membawa tombak, perisai, gergaji dan keranjang, ember dan kapak, tali pengikat dari kulit, sabit, rantai, dan ransum untuk tiga hari. Tidak mengherankan, jarang orang  mau menuruti permintaan itu tanpa bersungut-sungut.

Dalam hal itulah, Yesus mengajarkan, “Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satub mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Matius 5:41). Orang-orang Israel itu diminta  menuruti perlakuan penindasnya – bahkan melakukan lebih dari yang diminta! Bisa dibayangkan betapa heboh reaksi pendengar-Nya atas ajaran yang tak terduga itu.

Mereka mungkin mengorek kuping mengira salah dengar, menggelengkan kepala tak percaya, dan tidak sedikit yang  menganggapnya mustahil. Untuk menempuh mil pertama saja sudah mengomel, Dia malah meminta mereka memanggul beban sejauh dua mil.

Yang menggarisbawahi pentingnya kesungguhan dalam pelayanan, bukan sekedar memenuhi kewajiban, tetapi melampaui yang diharapkan orang. Menjalani mil pertama itu memenuhi kejawiban. Adapun menjalani mil kedua itu melibatkan pilihan, kerelaan, dan kesediaan berkorban demi memberi yang terbaik.

Kalau terhadap musuh dan penindas saja kita diperintahkan untuk menempuh mil yang kedua, bagaimana dalam melayani Tuhan dan sesama di dalam rumah tangga dan pekerjaan? (SFS/SaatTeduhSepekan).

PELAYANAN YANG SEJATI DITENTUKAN OLEH KESEDIAAN KITA UNTUK MENEMPUH MIL YANG KEDUA.

* * * * *

Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5: 41-44)

Senin, 04 Mei 2015

DUA KOTAK

Ada di tanganku dua buah kotak yang telah Tuhan berikan padaku untuk dijaga.

Kata-Nya,  "Masukkan semua penderitaanmu ke dalam kotak yang berwarna hitam. Dan masukkan semua kebahagiaanmu ke dalam kotak yang berwarna emas."

Aku melakukan apa yang Tuhan katakan. Setiap kali mengalami kesedihan maka aku letakkan  ia ke dalam kotak hitam. Sebaliknya ketika bergembira maka aku letakkan kegembiraanku dalam kotak berwarna emas.

Tapi anehnya, semakin hari kotak berwarna emas semakin bertambah berat. Sedangkan kotak berwarna hitam tetap saja ringan seperti semula.

Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka kotak berwarna hitam. Kini aku tahu jawabannya. Aku melihat ada lubang besar di dasar kotak berwarna hitam itu, sehingga semua penderitaan yang aku masukkan ke sana selalu jatuh keluar.

Aku tunjukkan lubang itu pada Tuhan dan bertanya, "Kemanakah perginya semua penderitaanku?"

Tuhan tersenyum hangat padaku. "AnakKu, semua penderitaanmu berada padaKu."

Aku bertanya kembali, "Tuhan, mengapa Engkau memberikan dua buah kotak, kotak emas dan kotak hitam  yang berlubang?"  

"AnakKu, kotak emas Kuberikan agar kau senantiasa menghitung rahmat yang Aku berikan padamu, sedangkan kotak hitam Kuberikan agar kau melupakan penderitaanmu."

Ingat-ingatlah semua kebahagiaanmu agar kau senantiasa merasakan kebahagiaan. Campakkan penderitaanmu agar kau melupakannya. (yTh.HS)

* * * * *

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. (Mazmur 37:5,6)

KELUARGA PALSU Bacaan: Matius 15:1-9 NATS: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku (Matius 15:8) Seorang kontraktor di Kalifornia mencetuskan suatu ide inovatif dalam menjual rumah-rumahnya. Ia pikir cara yang baik untuk membuat sebuah rumah tampak menarik adalah dengan menghadirkan keluarga di dalamnya saat ia memamerkan rumah itu kepada calon pembeli. Maka, ia menyewa para aktor untuk memerankan keluarga bahagia dalam rumah-rumah model yang dibangun perusahaannya. Bahkan, para pembeli dapat bertanya kepada para aktor tentang kondisi rumah itu. Setiap anggota keluarga palsu itu menjalankan perannya masing-masing. Ada yang memasak, menonton televisi, dan bermain sementara para calon pembeli rumah melihat-lihat. Pemalsuan seperti ini memang tak salah, namun renungkan kepura-puraan para pemimpin agama di zaman Yesus (Matius 15:1-9). Mereka pura-pura mengasihi Allah, dengan saleh membuat daftar aturan yang harus mereka dan orang lain patuhi. Namun, ini hanya cara agar mereka tampak saleh. Mereka bahkan menganggap aturan buatannya sama penting dengan Hukum yang langsung difirmankan Tuhan (ayat 5,6). Yesus menyebut mereka "munafik" (ayat 7). Di ucapan bibir saja tampaknya mereka menghormati Allah, tetapi hati mereka berkata lain -- mereka jauh dari-Nya (ayat 8). Orang di masa kini pun banyak yang berpura-pura seperti ini. Secara lahiriah kita seperti orang kristiani yang baik karena rajin ke gereja, menaati beberapa peraturan sesuai hukum, dan berkata benar. Kita berkata kita mengasihi Yesus, tetapi mungkin hati kita jauh dari-Nya. Allah menghendaki kita untuk tidak berpura-pura --AMC Allah melihat jalan kita dan mengenal hati kita, Apa yang dapat kita sembunyikan dari-Nya? Kebenaran lahiriah tak menyelamatkan, Dia tahu lubuk hati kita yang terdalam. --Sper KEPURA-PURAAN BERTENTANGAN DENGAN IMAN SEJATI

Mendengar Suara Allah

MENDENGAR SUARA ALLAH
C. Peter Wagner

Doa merupakan tindakan dua arah. Kita berbicara kepada Allah dan Ia berbicara kepada kita. Sama seperti saya bercakap-cakap dengan ayah saya jika saya menelepon dia. Hal ini harus menjadi pengalaman pribadi bagi setiap orang Kristen, meskipun ada sebagian dari jemaat yang tidak setuju dengan pendapat bahwa kita bisa mendengar suara Tuhan pada zaman ini. Orang-orang pada umumnya berpendapat bahwa Allah memimpin kita dan mengarahkan kita melalui kehidupan di sekelilingnya yang telah diatur secara ilahi. Namun, kalau bersikap seolah-olah "mendengar" langsung dari Tuhan, hal itu dianggap tidak menghormati. Hal ini memberi kesan bahwa kita mengutip perkataan Allah sendiri.

Suatu ketika, saya sedang memberi kuliah kepada 50 orang pendeta tingkat doktoral dalam bidang studi pelayanan di Fuller Seminary. Kuliah padat selama 2 minggu ini, dimulai setiap harinya dengan berdoa bersama selama 45 menit. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk menunjuk seseorang memimpin seluruh kelas untuk berdoa. Tiap pagi, saya mengambil waktu untuk mendoakan setiap mahasiswa saya, dan bertanya kepada Tuhan siapa yang akan memimpin doa bersama hari itu. Selama 2 atau 3 hari pertama, saya menandai nama-nama orang (10 atau 15 orang), yang saya pikir adalah pemimpin doa yang cakap. Saya tidak menandai nama John Maxwell -- sahabat saya -- gembala dari Skyline Western Church di San Diego, yang kebetulan mengikuti kuliah itu. Saya tidak menandai namanya sebab ia adalah seorang pengajar dan hamba Tuhan yang terkenal. Saya menganggap John tidak perlu muncul lagi untuk lebih dikenal, dan saya tidak mau dianggap seperti memuji seseorang yang sudah terkenal di antara kami. Saya memutuskan orang lain yang akan memimpin kali ini.

Tetapi Allah membuat keputusan yang berbeda. Sementara saya mendoakan orang-orang yang namanya telah saya tandai pada Senin pagi minggu kedua itu, saya mendengar Allah berbicara dengan jelas, "John Maxwell yang berdoa hari ini." Saya memanggil John Maxwell dan ia memimpin kami berdoa. Pagi itu, kami menikmati waktu doa yang paling dahsyat dan sangat bermutu sepanjang dua minggu itu. Melalui pengalaman ini, saya percaya Allah masih berbicara sampai hari ini, dan kita dapat mendengar suara-Nya dengan jelas, sehingga kita benar-benar dapat mengutip perkataan-Nya.

Pewahyuan Allah secara umum dinyatakan kepada seluruh manusia melalui ciptaan-Nya. Tetapi pewahyuan khusus dinyatakan melalui firman-Nya. Allah telah berbicara kepada para rasul dan nabi, dan mereka menulis apa yang dikatakan-Nya (Ibrani 1:1-2). Saya percaya Alkitab tidak pernah keliru, tetapi saya juga menyadari bahwa Allah memunyai hal-hal yang akan diberitahukan-Nya yang tidak tertulis di Alkitab. Contohnya, ketika saya membuat keputusan untuk menikahi Doris atau memilih Alice Smith menjadi pendoa syafaat Doris dan saya. Tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan bahwa merekalah orangnya. Hal yang sama berlaku ketika saya menerima panggilan untuk bergabung dengan Fuller Seminary.

Ketika saya sedang berdoa di pagi hari, pikiran saya dipenuhi dengan hal-hal yang bukan berdasarkan pikiran sendiri mengenai Alice Smith. Saya lalu mengambil pensil dan buku catatan, dan mulai mencatat semua hal itu. Inilah yang saya catat.

"Engkau belum menyadari betapa pentingnya Alice Smith nantinya dalam melakukan peperangan rohani menggantikanmu. Ia akan menjadi pendoa syafaatmu yang sangat kuat. Engkau tidak akan memunyai hubungan pribadi tertentu dengannya. Engkau tidak perlu memberitahukan padanya apa yang harus didoakannya, sebab ia sangat dekat dengan-Ku dan mendengar suara-Ku dengan baik. Aku akan menunjukkan padanya apa yang harus didoakannya setiap hari. Engkau tidak perlu memberinya imbalan; imbalannya akan datang langsung daripada-Ku."

"Aku telah mempersiapkan dia untuk pelayanan ini, memberikannya 'peralatan' yang khusus, dan menunjukkan bagaimana cara menggunakannya. Namanya akan dikenal dan ditakuti di antara roh jahat. Mereka akan membencinya dan berusaha menghancurkannya, tetapi penderitaannya hanya sedikit. Suaminya akan menjadi pelindung dan pendukung baginya. Aku melakukan ini, sebab Aku telah memilih engkau untuk suatu pelayanan yang membutuhkan dukungan doa syafaat tingkat tinggi. Aku telah membawa orang-orang baru ke dalam hidupmu yang akan mengasihi engkau dan Doris, dan yang akan bertempur dan memenangkan peperangan rohani. Banyak dari pertempuran ini tidak akan engkau ketahui masalahnya, tetapi pertempuran ini akan menghancurkan engkau tanpa adanya dukungan doa syafaat. Para pendoa syafaat akan setia kepadamu, dan engkau akan bebas dari rintangan yang dibawa oleh musuh. Engkau telah menderita bagi-Ku dan sekarang sebagian besar telah berlalu."

Sementara saya menulis kata-kata ini, saya merasa seperti menulis suatu pewahyuan ilahi -- suatu pernyataan yang sangat penting dari Allah, pada masa yang penting dalam kehidupan dan pelayanan saya. Saya ceritakan hal itu kepada Alice ketika Doris dan saya mengundangnya untuk menjadi pendoa syafaat kami.

Kita percaya bahwa Allah menjawab doa. Biasanya kita menganggap bahwa jawaban doa datang melalui keadaan yang telah diatur oleh tangan Tuhan yang Mahakuasa, dan bukan melalui komunikasi langsung yang verbal. Melalui sebuah artikel dalam majalah yang pernah saya baca, saya diingatkan bahwa kita dipimpin oleh sesuatu yang dapat kita sebut "dorongan yang kuat dalam hati". Artikel ini membahas mengenai pelayanan salah seorang utusan Injil senior saya di Bolivia bernama Bill Hammond. Bill dan beberapa utusan Injil dari South America Mission, sedang mencoba menjalin hubungan dengan suku Indian Ayore -- suku bangsa yang liar, suka berperang, yang beberapa tahun silam telah membunuh lima utusan Injil dari New Tribes Mission.

Bill Hammond berdoa untuk terbukanya hubungan dengan suku Ayore. Pada suatu hari, ia "merasa adanya suatu dorongan yang kuat dalam hatinya" untuk pergi ke El Encanto. Ini bukanlah hal yang biasa dilakukannya, sebab hal ini berarti ia harus menunggang kuda sepanjang 75 mil melalui hutan belantara, jalan setapak yang berlumpur, bahkan banjir saat musim hujan. Akan tetapi, dorongan yang kuat dalam hati itu tidak hilang. Bill Hammond kemudian mencari seorang teman perjalanan dari Bolivia bernama Angel Bravo. Angel pun merasa adanya "dorongan yang kuat dalam hati" tanpa dimengertinya. Akhirnya, mereka berangkat dan berhasil membangun hubungan damai yang pertama dengan suku Ayore. Allah menyuruh Bill dan Angel pergi ke El Encanto. Terserah apakah kita mau menyebutnya suatu "dorongan yang kuat dalam hati" atau "karunia marifat", tetapi kami menganggapnya sebagai petunjuk yang cukup kuat dari Allah, untuk memulai sesuatu yang sama pentingnya dengan perjalanan pelayanan yang berpotensi mengancam kehidupan.

Awal tahun 1989, Doris dan saya bertemu dengan Cindy Jacobs -- seorang pendoa syafaat. Kami membangun hubungan yang akrab dengan Cindy dan suaminya, Mike. Saya mengundang Cindy menjadi pembicara pada retret tahunan dari persekutuan kelas sekolah minggu kami yang ke-120, pada musim gugur itu. Hasil pelayanan ini sungguh luar biasa. Melalui retret itu, bahkan sampai hari ini, banyak orang yang menghadiri pertemuan tersebut menandai tanggal itu sebagai awal perubahan penting dalam hidup mereka. Kami menyalin kembali dan menerbitkannya dalam majalah berkala "Body Life".

Peter Lord dalam bukunya yang berjudul "Hearing God" menegaskan, "Tidak ada jalan bagi kita untuk mengalami janji-janji Allah kecuali kita mengenal Dia dan mendengar suara-Nya berbicara pada kita." Ia menjelaskan dengan baik sekali. Banyak dari kita sekarang mulai mengalami doa dua arah dan mendengar suara Tuhan. Sementara kita bertumbuh dalam hal ini, kita dapat mengharapkan banyak dari doa retorik kita diubah menjadi doa tindakan yang sangat menggairahkan.

(Diambil dari:/Judul asli buku: Churches That Pray/Judul buku: Gereja yang Berdoa/Judul artikel: Mendengar Suara Allah/Penulis: C. Peter Wagner/Penerjemah: Rina Letedara/Penerbit: Yayasan ANDI Yogyakarta dan Metanoia Publishing, Jakarta 1999/Halaman: 51-70/e-DOA/Diringkas oleh:Novita Yuniarti)

* * * * *

Dan TUHAN memperdengarkan suara-Nya di depan tentara-Nya. Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat. (Yoel 2:11)

Kamis, 30 April 2015

PENGALAMAN YANG HILANG Bacaan: Mazmur 51:3-15 NATS: Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu (Mazmur 51:14) Seorang pendeta di Los Angeles mengunjungi seorang pria dan menanyakan apakah ia seorang kristiani. "Oh, ya. Saya adalah anggota sebuah gereja di Ohio," katanya, "dan pada saat saya meminta surat keanggotaan gereja sebelum datang ke sini, saya duduk dan menuliskan pengalaman kristiani saya di atas sehelai kertas. Saya telah menyimpan kedua surat tersebut di dalam sebuah kotak kecil. Saya akan menunjukkannya kepada Anda." Ketika ia mengeluarkan kotak itu, ternyata seekor tikus telah menggerogoti kotak itu dan menghancurkan surat-surat yang ada di dalamnya. Ia berkata kepada sang pendeta, "Saya telah kehilangan pengalaman kristiani dan surat gereja saya." Jika hanya kedua dokumen itu yang hilang, kehilangan itu tidaklah besar. Banyak orang menanam "saham" yang besar di dalam sertifikat baptisan atau surat keterangan gereja, namun mereka tidak mengalami karya anugerah sejati di dalam hati. Hanya iman di dalam Sang Juruselamatlah yang akan memberikan keselamatan. Orang-orang kristiani sejati juga dapat belajar dari cerita ini. "Pengalaman" mereka yang dulu penting mungkin telah "disimpan di dalam kotak" dan dibiarkan membusuk. Mereka telah gagal untuk menjaganya tetap segar dan hidup, melalui persekutuan setiap hari dengan Tuhan melalui doa dan pemahaman Alkitab. Jika hal ini menggambarkan diri Anda, berserulah bersama Daud, "Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu" (Mazmur 51:14) —PRVG IMAN DI DALAM PENGAKUAN IMAN RASULI DAPAT MENJADI BUSUK TETAPI IMAN DI DALAM KRISTUS DAPAT TETAP SEGAR SETIAP HARI
MAHKOTA YANG DIPERSEMBAHKAN Bacaan: Wahyu 4:6-11 NATS: Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa (Wahyu 4:11) Suatu kali pada masa pemerintahannya, Ratu Victoria dari Inggris mendengarkan khotbah yang dibawakan oleh seorang pendeta. Khotbah itu adalah tentang kedatangan Kristus yang kedua kali. Orang-orang yang duduk di dekat tempat khusus sang ratu dapat melihat bahwa ratu berlinang air mata. Seusai kebaktian, ia ingin bertemu dengan pendeta itu seorang diri. Ketika melihat perasaan sang ratu yang begitu mendalam, sang pendeta lalu menanyakan alasan sang ratu begitu terharu. Ratu menjawab, "Karena khotbah Anda tentang kedatangan kembali Sang Raja dunia yang tak bercela itu, saya berharap saya masih hidup ketika Dia datang kembali sehingga saya dapat meletakkan mahkota saya di kaki-Nya!" Ada upah yang besar untuk pelayanan yang setia, yang melibatkan tindakan dan motif kita. Upah-upah ini, yang disebut sebagai "mahkota" dalam Perjanjian Baru, akan didapat oleh mereka yang telah menerima hadiah kehidupan kekal. Mungkin Anda akan berkata, "Saya tidak mengharapkan upah atas apa pun yang saya lakukan untuk Kristus." Sudahkah Anda merenungkan apa yang dapat Anda lakukan dengan mahkota apa pun yang Anda terima hari itu? Tidak akan ada tempat memajang piala di surga; tidak akan ada sorak kemenangan terhadap prestasi duniawi. Para pendosa yang telah ditebus akan mendapatkan sukacita yang luar biasa karena dapat melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta-Nya sembari berkata, "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa" (Wahyu 4:11) --PRV MAHKOTA SURGAWI BUKAN UNTUK DISIMPAN MELAINKAN UNTUK DIPERSEMBAHKAN DI KAKI KRISTUS

Selasa, 28 April 2015

Mengapa Tuhan memberikan kita masalah?

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut.
 
Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu kebaikan bagi kita:
 
1. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita.

Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.
 
2. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita.

Manusia bagaikan teh celup... jika Anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi.

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3)
 
3. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita.

Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil, orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu: kesehatan, teman, dan hubungan, saat kita sudah kehilangan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supayaaku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71)
 
4. Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita.

Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara, karena setahun kemudian tindakan bos itu terbongkar.

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kejadian 50:20)
 
5. Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita.


Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal.

" ... Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-4)
 
(Disarikan dari: Milis Diskusi e-AyahBunda/Sumber: e-Konsel edisi 4/2001)

* * * * *

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)