Jumat, 22 Mei 2015

Memperbaiki boneka

MEMPERBAIKI BONEKA

Liping, gadis kecil disuruh ibunya ke toko  dekat rumahnya untuk membeli sesuatu, dengan pesanan untuk segera kembali ke rumah setelah membeli barang yang dimaksud. Namun sejam ... dua jam kini telah berlalu. Liping belum juga kembali dan hal ini membuat ibunya penasaran dan cemas

"Ke mana saja engkau pergi?" Tanya ibunya dengan teriakan keras ketika Liping akhirnya muncul di depan pintu.

"Mami ... maafkan Liping. Aku tahu kalau aku terlambat pulang," Kata Liping penuh penyesalan.

"Tapi ... tadi boneka Lingling, teman Liping, rusak. Aku harus membantunya memperbaiki boneka itu." Lanjut Liping menjelaskan.

"Engkau membantu Lingling memperbaiki bonekanya? Bagaimana caranya engkau memperbaikinya?" Lanjut ibunya dengan penuh rasa heran.

"Jujur bu ... ,saya tak mampu perbaiki bonekanya ... Saya hanya duduk di samping Lingling dan menangis bersamanya." Lanjut Liping.

Sahabat adalah ia yang senantiasa berada di sampingku, bahkan juga di saat ketika dunia seakan mati

* * * * *

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Selasa, 19 Mei 2015

Seruling Sakti

SERULING SAKTI

Pada suatu hari ada seorang penggembala yang mempunyai sebuah seruling sakti.

Sekian lama ia berjalan-jalan pada padang di Afrika, ia sangat berani karena jika ia meniup seruling maka hewan yang mendengarkannya akan tertidur.

Saat itu ada segerombolan serigala yang akan memakannya, iapun meniup serulingnya sehingga para serigala tertidur.

Setelah berjalan kembali ada seekor macan yang akan menerkamnya sekali lagi ia meniup seruling sehingga macan tersebut tertidur dan ia bebas.

Tidak begitu lama datang seekor singa sehingga ia meniup serulingnya, tetapi di luar dugaan singa tersebut tetap menerkam dan memakannya.

Setelah itu para hewan terheran-heran kenapa sang singa tersebut dapat memakan orang itu.

Bertanyalah segerombolan serigala tersebut kepada sang singa

Serigala: "Bagaimana bisa kamu memakan orang itu?"

Singa: "Apa??"

Serigala: "Bagaimana bisa kamu memakan orang itu?"

Singa:"Apa???"

(Ternyata singa tersebut tuli ... )

* * * * *

Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. (Amsal 22:3)

Selasa, 12 Mei 2015

Pohon pakis dan pohon bambu

POHON PAKIS DAN BAMBU

Ada seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

"Tuhan," katanya. "Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?"

Pakis dan bambu

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan. "Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?"

"Ya," jawab pria itu.

"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah."

"Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah."

"Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku tidak menyerah."

"Di tahun keempat, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah," kata-Nya.

"Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna."

"Tapi enam bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu lima tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup."

"Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku," kata Tuhan kepada pria itu.

"Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar? Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu."

"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Tuhan.

"Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah. Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi."

"Saya akan menjulang setinggi apa?" tanya pria itu.

"Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?" tanya Tuhan.

"Setinggi yang bisa dicapainya," jawab pria itu.

"Ya, benar!" kata Tuhan.

* * * * *

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28) 

Selasa, 05 Mei 2015

Hati Yang Indah

HATI YANG INDAH

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata, "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?"

Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa, "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".

"Ya," kata pak tua itu, "hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan."

"Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan. Memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.

Pemuda itu melihat ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan. (fw.yTH.hs)

* * * * *

Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (Yehezkiel 36:26)

Telpon Aku

T

"Aku tahu, pasti ada di sekitar sini."

Saya menjatuhkan tas berisi buku dan memeriksa saku jaket. Saat saya mengeluarkan semua isi jaket di meja, semua orang yang antri di belakang menggerutu. Saya melirik ke jam makan yang tersisa. Hanya tinggal tiga menit sebelum bel, dan hari itu adalah waktu terakhir untuk mengisi ulang kartu debet makan di kantin. Sekarang saya sedang melakukan itu, tetapi saya tidak bisa menemukan dompet saya. Orang yang antri mulai mengerumuni saya.

"Ayolah Cindy!" Darcy mengentakkan kakinya dan suaranya terdengar sudah tidak sabar. "Kita akan terlambat kembali ke kelas."

"Tunggu sebentar Darcy!" saya menyelinap balik. Walaupun sahabat baik, saya dan Darcy sering merasa frustrasi satu sama lain. Kami berbeda sekali. Darcy selalu mengalokasikan dana untuk mengisi penuh kartu debet makan-nya pada hari pertama saat masuk sekolah, sementara saya hampir lupa ... lagi.

"Darcy, dompetku tidak ada." Saya memasukkan lagi semua barang-barang ke dalam saku jaket. "Uang untuk membayar kartu debet makan ada di dalamnya."

"Seseorang pasti sudah mengambilnya," kata Darcy seperti biasa, sebagai jawaban yang cepat terhadap masalah ini.

"Oh, aku yakin hanya lupa dimana meletakkannya," saya berharap.

Kami bergegas masuk kelas pada bel kedua. Darcy berdiri sebagai penengah pada masalah ini dan dengan sukarela mengumumkan peristiwa kehilangan dompet saya. Sampai jam terakhir di kelas olah raga, saya lelah dan mulai berhenti untuk mengulangi penjelasan yang diulang-ulang, "Aku yakin, hanya meninggalkannya di rumah." Karena sudah terlambat untuk kembali ke ruang loker, saya segera menuju ke tempat lain dengan berlari untuk bergabung dengan team sepak bola kami.

Pertandingan hampir selesai dan team kami yang paling akhir kembali ke ruang loker. Darcy telah menunggu dengan tidak sabar, seperti biasanya.  Dia mencoba memberitahu tentang Juanita, seorang murid baru yang lokernya di seberang saya.

Saya membalik untuk membuka loker saya, "Darcy, aku tahu, aku tahu, kita harus pergi."

Ada yang memegang bahu saya, dan saya berbalik melihat Darcy, wajahnya memutih karena shock. Di kakinya tergeletak dompet saya.

"Dompetmu jatuh dari lokernya!" Darcy menunjuk Juanita. "Dia mencurinya."

Semua orang langsung menuduhnya.

"Anak baru itu mencurinya."

"Darcy menangkap basah pencuri itu."

"Aku tahu, ada yang aneh pada anak baru itu."

"Laporkan ke kepala sekolah."

Saya mengamati Juanita. Saya tidak begitu memperhatikan dia sebelumnya, kecuali julukannya sebagai 'anak baru.' Juanita memungut dompet itu dan memberikan pada saya. Tangannya bergetar. "Aku menemukannya di tempat parkir. Aku bermaksud memberikannya di ruang loker ini sebelum jam olah raga, tapi kamu datang terlambat."

Darcy melontarkan kata padanya, "Aku sangat yakin!"

"Benar, aku tidak bohong." Mata Juanita penuh dengan air mata.

Saya mengambil dompet itu kembali. Saya tidak tahu harus berpikir apa, tapi saat melihat tatapan mata Darcy, tuduhannya yang tidak beralasan membuat saya muak. Saya melihat kembali ke Juanita. Dia ketakutan, tapi terlihat jujur. Saya tahu, reputasinya terletak di tangan saya.

"Aku senang, kamu menemukannya," saya tersenyum. "Terima kasih Juanita."

Ketegangan segera mencair.

"Syukurlah, dia menemukannya," semua orang setuju kecuali Darcy.

Saya segera melanjutkan. "Ayo Darcy, masih ada waktu untuk mengisi kartu debet makan."

"Itu kalau uangmu masih ada di dompet."

"Jangan mulai lagi Darcy!"

"Kamu sangat naif!"

Tak lama kemudian kami sudah berdiri di tempat pembayaran dan membuka dompet saya.

"Semuanya masih utuh," saya merasa lega. Ada lipatan kertas yang terjatuh dari dalam dompet. Darcy membungkuk untuk mengambil dan memberikan pada saya. Saya buka untuk mengetahui isinya.

"Dia hanya tidak punya waktu untuk mengosongkan dompetmu," Darcy mengejek. "Aku tahu macam apa anak itu. Aku punya nomer telponnya saat pertama kali dia masuk ke sini."

"Bagus kalau kamu punya nomernya. Kita juga akan tahu sekarang."

"Itu cuma tinggal masalah waktu," Darcy gusar.

"Mungkin itulah masalahnya Darcy. Mungkin kamu terlalu sibuk memberi nomor pada semua orang."

Darcy mengambil kertas itu, membaca dan melemparkan kembali pada saya.

"Terserahlah!" katanya sambil menhentakkan kaki. Saya tahu ada perubahan yang terjadi setelah dia membaca tulisan di kertas itu.

Saya membaca tulisan di kertas itu sekali lagi.

---
Cindy,
Aku menemukan dompetmu di tempat parkir. Semoga tidak ada yang hilang.
Juanita.
PS. Nomer telponku 555-3218. Mungkin kamu bisa menelponku kalau ada waktu.
---

Dan itu yang kemudian saya lakukan.

(Oleh Cynthia M. Hamond)

* * * * *

Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8)

EXTRA MILE

Hukum Romawi pada abad pertama mengizinkan seorang anggota legiun (pasukan tentara beranggotakan lima ribu orang) memerintahkan orang sipil yang ditemuinya untuk membantu membawa beban dari satu penanda mil ke penanda mil berikutnya.

Nah, beban para para prajurit yang sedang berbaris ini bukan barang-barang yang ringan. Mereka biasanya membawa tombak, perisai, gergaji dan keranjang, ember dan kapak, tali pengikat dari kulit, sabit, rantai, dan ransum untuk tiga hari. Tidak mengherankan, jarang orang  mau menuruti permintaan itu tanpa bersungut-sungut.

Dalam hal itulah, Yesus mengajarkan, “Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satub mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Matius 5:41). Orang-orang Israel itu diminta  menuruti perlakuan penindasnya – bahkan melakukan lebih dari yang diminta! Bisa dibayangkan betapa heboh reaksi pendengar-Nya atas ajaran yang tak terduga itu.

Mereka mungkin mengorek kuping mengira salah dengar, menggelengkan kepala tak percaya, dan tidak sedikit yang  menganggapnya mustahil. Untuk menempuh mil pertama saja sudah mengomel, Dia malah meminta mereka memanggul beban sejauh dua mil.

Yang menggarisbawahi pentingnya kesungguhan dalam pelayanan, bukan sekedar memenuhi kewajiban, tetapi melampaui yang diharapkan orang. Menjalani mil pertama itu memenuhi kejawiban. Adapun menjalani mil kedua itu melibatkan pilihan, kerelaan, dan kesediaan berkorban demi memberi yang terbaik.

Kalau terhadap musuh dan penindas saja kita diperintahkan untuk menempuh mil yang kedua, bagaimana dalam melayani Tuhan dan sesama di dalam rumah tangga dan pekerjaan? (SFS/SaatTeduhSepekan).

PELAYANAN YANG SEJATI DITENTUKAN OLEH KESEDIAAN KITA UNTUK MENEMPUH MIL YANG KEDUA.

* * * * *

Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5: 41-44)

Senin, 04 Mei 2015

DUA KOTAK

Ada di tanganku dua buah kotak yang telah Tuhan berikan padaku untuk dijaga.

Kata-Nya,  "Masukkan semua penderitaanmu ke dalam kotak yang berwarna hitam. Dan masukkan semua kebahagiaanmu ke dalam kotak yang berwarna emas."

Aku melakukan apa yang Tuhan katakan. Setiap kali mengalami kesedihan maka aku letakkan  ia ke dalam kotak hitam. Sebaliknya ketika bergembira maka aku letakkan kegembiraanku dalam kotak berwarna emas.

Tapi anehnya, semakin hari kotak berwarna emas semakin bertambah berat. Sedangkan kotak berwarna hitam tetap saja ringan seperti semula.

Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka kotak berwarna hitam. Kini aku tahu jawabannya. Aku melihat ada lubang besar di dasar kotak berwarna hitam itu, sehingga semua penderitaan yang aku masukkan ke sana selalu jatuh keluar.

Aku tunjukkan lubang itu pada Tuhan dan bertanya, "Kemanakah perginya semua penderitaanku?"

Tuhan tersenyum hangat padaku. "AnakKu, semua penderitaanmu berada padaKu."

Aku bertanya kembali, "Tuhan, mengapa Engkau memberikan dua buah kotak, kotak emas dan kotak hitam  yang berlubang?"  

"AnakKu, kotak emas Kuberikan agar kau senantiasa menghitung rahmat yang Aku berikan padamu, sedangkan kotak hitam Kuberikan agar kau melupakan penderitaanmu."

Ingat-ingatlah semua kebahagiaanmu agar kau senantiasa merasakan kebahagiaan. Campakkan penderitaanmu agar kau melupakannya. (yTh.HS)

* * * * *

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. (Mazmur 37:5,6)