Sabtu, 06 April 2013

BAGAIMANA MENGERTI KEHENDAK ALLAH DI DALAM KEHIDUPAN BERKELUARGA


Kesaksian Dimitri FU (Jemaat GKT)

Diilhami oleh pemberitaan Firman Pdt. Handoyo Santoso dengan judul ‘Praise & Worship’ dan ‘Iman’, maka saya tergerak untuk menyampaikan satu dari sekian banyak kasih penyertaan ALLAH di dalam kehidupan berkeluarga. Kesaksian hidup ini saya beri thema ‘bagaimana mengerti kehendak ALLAH di dalam kehidupan berkeluarga’.



Sebelumnya, perkenalkan nama saya Dimitri FU, saya telah di bimbing serta diberi makan rohani oleh GKT sejak tahun 1996. Saya mengenal GKT melalui istri saya Lindayanti yang sudah mengenal GKT jauh lebih lama.

Kesaksian ini bermula pada kwartal pertama tahun 2005 setelah kami mengetahui bahwa kami akan mempunyai anak ke-3. Sebagai informasi, kami sebelumnya berencana untuk mempunyai anak hanya 2 saja tanpa KB. Tapi memang manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan kehendak-NYA apa yang terbaik bagi anak-anak-NYA. Anak pertama kami Vladimir lahir 16 Maret 2002, anak ke-2 kami Valesca lahir 16 September 2004.

Dan sekitar Februari - Maret 2005, ada perubahan yang terjadi dalam tubuh istri saya secara biologis, dan setelah kami cek ke dokter, kami mendapat berita bahwa TUHAN memberi berkat melalui kehadiran seorang anak lagi yang akan hadir di dalam keluarga kami.

Setelah mengetahui kabar ini, saya langsung berlutut menyerahkan semuanya ini serta bertanya apa yang menjadi kehendak NYA dalam situasi ini. Dan jawaban yang saya terima adalah ‘cerita kejatuhan manusia’, yaitu kembali kepada rumus awal sebuah rumah tangga. Laki- laki bertanggung jawab bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, perempuan bertanggung jawab mengatur rumah tangganya.

Juga masalah financial, saya sampaikan kepada-NYA, karena selama ini financial keluarga ini ditopang oleh kami berdua bekerja. Kalau istri saya di rumah maka financial keluarga ini pasti akan berubah. Jawaban yang saya terima dari-NYA adalah saya mesti up grade kualitas saya dengan bersekolah lagi dengan strata yang lebih tinggi.

Setelah saya mendapat gambaran seperti ini, saya langsung inform berita ini kepada istri saya. Lalu saya cerita kepada Pdt Markus untuk minta bantuan doa dalam menghadapi & menyelesaikan permasalahan hidup rumah tangga yang saya hadapi.

Kesimpulan secara singkatnya adalah saya sebagai kepala rumah tangga harus bertanggung jawab menafkahi keluarga secara financial dengan cara mengupgrade strata pendidikan saya supaya bisa mendapatkan pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih besar sehingga mampu mencukupi kebutuhan financial keluarga, dan istri saya berhenti dari pekerjaannya lalu bertanggung jawab mengatur rumah tangga sehingga mampu mendampingi anak-anak dalam pertumbuhannya.

Ini adalah bentuk pelaksanaan iman. Mampu melihat apa yang belum terjadi serta taat menjalankan apa yang menjadi kehendak-NYA sehingga kita meraih apa yang DIA rencanakan dalam kehidupan ini.

Hal yang tidak mudah untuk dilakukan adalah:

A. Bagaimana saya mesti memberitahu kepada istri saya di saat karirnya sedang maju:

Tahun 2004 istri saya di tawari suatu posisi dalam pekerjaannya untuk bertanggung jawab pada sebuah kantor cabang pembantu. tahun 2005 awal dia mendapat kesempatan dari perusahaan dimana dia bekerja untuk meneruskan ke jenjang specialis auditor.

B. Posisi & kondisi saya sebagai suami:

background education saya yang notabene sebagai engineer harus mampu mengikuti perkuliahan management yang notabene tidak pernah saya dapati waktu di strata 1, seperti mata kuliah ekonomi, akuntansi, finance dan lain sebagainya. tugas tanggung jawab pekerjaan yang saya jalani bukan hanya pada 1 pekerjaan tapi beberapa bidang tanggung jawab.

Tetapi dengan kejadian serta permasalahan yang ada di dalam rumah tangga, kami mau kehendak-NYA yang jadi, akhirnya kami mau mengikuti ‘rumus’ kehidupan keluarga dalam Kejadian 3 (kejatuhan manusia).

Dalam menghadapi permasalahan yang ada dan pada saat kami menyerahkan semua ini kepada-NYA, bukan secara kebetulan, perusahaan di mana istri saya bekerja melakukan program pension dini bagi karyawan dengan spesifikasi tertentu. Karena prestasi (karir) yang dicapai oleh istri saya di dalam pekerjaannya, sebenarnya program ini tidak diperuntukkan bagi istri saya menurut syarat & kondisi administratif.

Lalu kami kembali berdoa kepada Bapa di Surga serta menyerahkan semua ini kepada-NYA, karena kami yakin di dalam TUHAN tidak ada yang kebetulan. Kembali kami minta bantu doa masalah ini kepada Pdt Markus.

Lalu kami ajukan keikutsertaan program pension dini ini kepada pihak manajemen perusahaan dimana istri saya bekerja. Dan doa kami dijawab: keikutsertaan dalam program pension dini disetujui.

Sambil kami menunggu terlaksananya pencairan dana pension, saya mencari informasi untuk rencana pendidikan saya ke jenjang strata 2. Dari data yang ada, saya bawa lagi dalam doa, program manakah yang seturut kehendak TUHAN. Baik dari segi biaya, lokasi, serta kualitasnya. Tuhan memberi kami jawaban, ternyata sekolahnya berlokasi di seberang lokasi kantor saya (di jalan Sudirman).

Dalam masa menunggu program pension dini dan waktu membayar sekolah, iman kami diuji, benarkah ini kehendak ALLAH atau bukan, karena ada rumors bahwa program tersebut diundur untuk waktu yang belum ditentukan. Tapi karena kami percaya dan bertekun dalam doa maka kami bisa melihat bahwa itu memang kehendakNYA. Dan semua terjadi ‘on time’sesuai dengan waktu NYA. DIA tidak pernah meleset dalam menolong.

Satu cobaan yang sempat muncul dalam berkomitmen untuk tetap menentukan menjalani kehendak-NYA atau menuruti kata hati dalam hidup kami. Satu tawaran pekerjaan dari perusahaan fast moving consumer good paling wahid di negri ini yang cukup menggiurkan datang kepada saya satu bulan sebelum saya menjalani pendidikan strata 2.

Tawaran yang datang adalah posisi untuk memegang branch di Bali, dan general manager yang meng-interview saya minta supaya saya mendiskusikan hal tersebut dengan istri saya, kalau okay tinggal inform balik dan semuanya sudah tersedia (rumah full furnish, kendaraan yang bahkan pada saat itu sudah disebutkan type & jenisnya). Begitu juga masalah financial saya sudah pasti tercover, dan mereka minta saya mulai bekerja per 1 Agustus 2005. Jadwal perkuliahan yang direncanakan adalah tanggal 8 Agustus 2005. Lalu kami kembali berdoa serta menyerahkan masalah ini kepada-NYA supaya kami tetap dikuatkan dengan komitmen bahwa saya tetap akan menjalani pendidikan terlebih dahulu.

Akhirnya per tanggal 1 Agustus 2005 istri saya resmi berhenti bekerja dan saya bekerja memenuhi kebutuhan financial sendiri ditambah uang pension.

Setelah permasalahan di atas saya anggap terselesaiakan, di bulan Januari 2006 muncul permasalahan baru lagi. Anak saya yang pertama mulai masuk sekolah dan kami sedang mencari sekolah. Sebagai informasi, kami tinggal di daerah Lippo Karawaci Tangerang. Kami mulai mencoba melakukan komparasi terhadap sekolah di sekitar complex.

Kembali saya berdoa untuk menyerahkan masalah ini kepada- NYA. Setelah saya berdoa saya inform ke istri saya, "Kita akan sekolahkan Vladimir di complex Lippo Karawaci. Kalau Vladimir di test lulus, maka TUHAN tidak akan tinggal diam dalam kelangsungan pendidikan Vladimir, tapi kalau Vladimir tidak lulus test kita akan tanya lagi kepada TUHAN di mana Vladimir mesti sekolah." Alhasil hasil test Vladimir sangat memuaskan.

Dan setelah Vladimir tahu bahwa dia lulus, di perjalanan Vladimir berbicara kepada saya, "Pa, kalau saya sekolah nanti saya mau naik mobil ini" (satu-satunya kendaraan yang kami miliki pada saat itu). Lalu saya jawab "Okay, nanti kita berdoa minta sama TUHAN supaya pas kamu sekolah, papa juga dapat mobil lagi untuk kerja."Hal ini pun kami amin-kan bakal terjadi dalam kehidupan kami nantinya.

Pada bulan yang sama pula, Januari 2006, saya mendapatkan kembali tawaran yang menggiurkan dari perusahaan asing yang cukup besar, dengan penempatan di Indonesia bagian Timur, bahkan sempat didiskusikan benefitnya, bahwa nanti kalau cuti tidak usah balik ke Jakarta, lebih baik ke Sidney karena biayanya jauh lebih murah. Kembali kami berdoa kepada-NYA minta untuk tetap dikuatkan dalam komitmen study.

Dalam pergumulan study saya pun cukup berat, bahkan saya sempat nangis dan minta TUHAN mampukan saya menjalani semua ini. Pagi jam 08.00‐ 17.00 saya punya tanggung jawab di pekerjaan, malam 18.30‐21.00 atau 22.00 saya menjalani study saya, sampai rumah sekitar 45 menit (rata-rata tiba di rumah pkl. 22.45). Belum lagi saya mesti bebenah diri, belum lagi saya mesti mengerjakan tugas pekerjaan serta tugas study, belum lagi saya mesti belajar. Dan alhasil setiap hari saya tidur pukul 00.00 atau maximum pkl 01.00 pagi. Bangun pukul 05.00 saya siapkan waktu sekitar 30 menit untuk bertanya kepada TUHAN apa yang mesti saya lakukan hari ini dan meminta pertolongan-NYA yang saya butuhkan dalam menjalani hidup hari ini.

Hal ini sudah saya jalani selama 1 tahun ini. Dan saya sudah mempunyai komitmen untuk menjalani apa yang seharusnya saya jalani sekalipun itu berat dan seolah tidak mampu. Tapi saya punya TUHAN YESUS yang memampukan menjalani semua ini.

Dan dengan bangga saya sampaikan di sini bahwa IPK saya semester 1 adalah 3,39 dan setelah semester 2 naik menjadi 3,53. Dan hal yang saya anggap masuk dalam rencana-NYA dan bukan hal kebetulan adalah di periode saya, bagi mahasiswa yang sudah mempunyai bahan thesis boleh mengajukannya di semester 2 dan menyelesaikannya di semester 3. Dengan peraturan yang ada, saya lebih terdorong untuk menyelesaikan study tepat waktu dalam waktu 3 semester.

Akhirnya, di akhir semester 2, saya mengajukan proposal thesis dan di setujui oleh pimpinan bidang study. Dalam waktu libur setelah perkuliahan semester 2 bulan kemarin (Juni‐Juli), saya mampu menyelesaikan penulisan thesis sampai dengan bab 4 (pengambilan data + analisa data). Dan karena saya masih ada mata kuliah yang mesti saya selesaikan pada semester 3, setelah ujian akhir di Desember nanti, saya berencana akan maju sidang thesis.

Pada bulan Mei 2005 yang lalu saya mendapatkan kembali 2 tawaran pekerjaan di lokasi Jakarta yang tidak akan mengganggu study saya. Dua perusahaan lokal bersekala nasional, 1 perusahaan fast moving consumer goods berlokasi di Bekasi dengan total karyawan 8,000 orang di seluruh Indonesia serta 1 perusahaan farmasi berlokasi di Jakarta Barat dengan total karyawan 3,000 orang di seluruh Indonesia.

Kembali kami menyerahkan hal tersebut kepada Bapa di Sorga. Bahkan di saat-saat yang kritis kami harus memilih, kembali kami menghubungi Pdt. Markus untuk bantu dalam doa. Di saat yang bersamaan, pada saat itu doa 10 hari di laksanakan di GKT, saya yang walaupun tahun ini tidak bisa hadir 10 hari berturut-turut dikarenakan waktu ujian akhir semester 2, saya tetap menyerahkan permasalahan ini di saat setiap kali saya datang mengikuti doa 10 hari.

Akhirnya kami mendapat jawaban gambaran cerita ‘Abraham’. Yaitu cerita tentang: pada saat para pekerja Abraham berselisih dengan para pekerja Lot, mengenai lahan untuk pakan ternak mereka. Cerita inilah yang mendasari keputusan saya untuk memilih perusahaan farmasi dengan total karyawan yang lebih sedikit.

Alhasil, pada saat saya mau menandatangani perjanjian kerja, pihak perusahaan menyatakan bahwa posisi yang ditawarkan pertama kali sebagai HRD Manager diubah menjadi assistant GM, dan inilah yang tertera di surat perjanjian kerja. Apa yang tidak pernah kami pikirkan sebagai seorang GM, TUHAN berikan kepada kami sebuah kepercayaan yang terbaik yang tidak pernah kami pikirkan. Dan hal ini tepat terjadi pada saat anak saya juga masuk sekolah.

Anak saya mulai sekolah tanggal 31 Juli 2006, sedangkan saya mulai bekerja di tempat yang baru tanggal 1 Agustus 2006. Tepat pada saat Vladimir sekolah dengan menggunakan kendaraan yang kami miliki, begitu juga saya mendapatkan kendaraan lain dari tempat pekerjaan saya yang baru.

Kesimpulan secara singkat:
Melalui tulisan ini (praise & worship), saya ingin menyaksikan bagaimana TUHAN bertahta serta berkarya dalam kehidupan berkeluarga kami.

Seorang laki-laki harus mampu menjadi imam bagi keluarganya dan memberikan direction kepada keluarganya supaya mengerti apa yang harus dilakukan, karena komunikasi yang dibangun bersama-NYA, dan dia harus mentransfer imannya kepada keluarganya. Bagaimana menjalani hidup berkeluarga dengan iman serta mengerti kehendak-NYA.

Bagaimana kami mengerti apa yang menjadi berkat dan apa yang TUHAN sudah sediakan bagi kami di masa yang akan datang. Saya panggil istri saya yang sedang berkarir dalam pekerjannya supaya berhenti dan mengurus rumah tangga. Bagaimana saya harus berkomitmen menjalani pendidikan strata 2 yang notabene berbeda sama sekali dengan latar belakang pendidikan strata 1 saya. Tetap pada komitmen walaupun ada tawaran yang seolah sudah menjadi jawaban kebutuhan secara financial. Ditambah lagi saya harus tetap bekerja dengan tanggung jawab yang tidak sedikit serta waktu untuk keluarga tinggal sabtu dan minggu, karena saya bangun + berangkat kerja hanya melihat anak-anak saya masih tidur, begitu pula pada saat saya pulang study, anak-anak saya sudah tidur, tapi merekalah yang menjadi kekuatan saya dalam menjalani kehidupan ini untuk meraih apa yang menjadi berkat bagi keluarga, tentunya atas Kehendak NYA.

Sampai akhirnya Allah berikan semua berkat yang sudah di rencanakan bagi keluarga kami, bahkan lebih dari yang kami pikirkan dan yang menjadi kebutuhan kami tepat pada waktu NYA. Tidak pernah DIA rencanakan meleset. Bahkan apa yang DIA berikan lebih dari apa yang kami pikirkan, DIA berikan apa yang tidak pernah kami pikirkan dan kami tahu DIA beri yang terbaik dalam kehidupan ini.

Tapi semua itu tentu ada syarat & kondisi serta harga yang harus kami bayar. Kami tidak mendapatkan itu semua dengan duduk-duduk, dan kami mendapatkan itu semua tidak hanya dengan berdoa. Kami mendapatkan itu semua dengan doa serta menjalani kehendak-NYA (action). Yaitu dengan mendengarkan Firman-NYA, tanamkan dalam hati sehingga jika ada masalah yang datang menghadang, DIA sendiri yang akan memberikan jawaban serta jalan keluar melalui Firman-NYA, berdoa minta kekuatan untuk menjalani kehendak-NYA, lalu melakukan kehendak-NYA dalam kehidupan sehari-hari dengan kekuatan yang berasal dari pada-NYA.

Selalu lakukan hubungan dengan NYA lewat doa. Niscaya DIA akan berkarya dalam kehidupan ini bahkan DIA mampu memberi tahu apa yang akan terjadi dalam hidup ini di kemudian hari, sehingga DIA akan mengarahkan kita pada berkat yang telah DIA sediakan bagi kita. Setiap hari saya selalu bangun subuh dan langsung berdialog dengan Allah serta bertanya apa yang harus saya lakukan hari ini dan membiarkan DIA berbicara memberi tahu kehendak-NYA, lalu minta kekuatan untuk menghadapi hari ini dan menyerahkan hidup hari ini sepenuhnya dalam tangan-NYA. Tidak lupa minta ampun atas segala kesalahan yang sudah kita perbuat hari sebelumnya baik sadar atau tidak.

Mengucap syukur atas segala yang terjadi di dalam hidup ini baik dalam situasi yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan serta menunggu ALLAH menyelesaikan setiap permasalahan kita. Saya selalu mengakui bahwa saya itu nothing’di hadapan ALLAH, tapi hanya oleh kasih karunia-NYA saja sehingga kita bias jadi seperti ini. Rendahkan diri.

Tugas saya hanya menyampaikan kesaksian ini, biarlah ALLAH sendiri yang akan berkarya di dalam kehidupan saudara dalam membaca tulisan ini.

Selamat mencoba dan buktikan serta rasakan betapa baiknya TUHAN itu. (Dimitri FU)

* * * * *

Suami --> Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:17-19)

Istri --> Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." (Kejadian 3:16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar