Minggu, 17 Februari 2013

WAJAH SANG JURU SELAMAT

Kisah hidup Fanny J. Crosby (1820-1915)

Fanny J Crosby merupakan seorang penulis himne dan penyair wanita. 
Karyanya lebih dari 8000 lagu yang sampai sekarang masih dinyanyikan 
dengan penuh semangat. Sebagian karyanya antara lain "Blessed 
Assurance" (`Ku Berbahagia, KJ 392), "Safe in the Arms of Jesus" 
(Selamat di Tangan Yesus, KJ 388), "Pass Me Not, O Gentle Saviour" 
(Mampirlah, Dengar Doaku, KJ 26), dan "Jesus, dan Keep Me Near the 
Cross" (Pada Kaki SalibMu, KJ 368). Setiap lagu yang diciptakannya 
merupakan bukti kecintaannya terhadap Yesus.

Masa Kecil

Fanny dilahirkan pada 24 Maret 1820 dari pasangan John dan Mercy 
Crosby. Pada bulan Mei 1820, ketika masih berusia 6 minggu, ia terkena 
demam dan matanya agak terganggu. Dokternya di Putnam County, New 
York, kota tempat ia tinggal, sedang keluar kota. Saat itu, ada 
seseorang yang mengaku sebagai dokter, salah memberikan pengobatan 
kepadanya dan ia tak bisa melihat lagi. Orang itu lari meninggalkan 
kota karena panik.

Orang tua Fanny adalah orang Kristen yang taat. Mereka membesarkan 
Fanny menjadi anak mandiri. Orang yang memunyai pengaruh kuat pada 
masa kanak-kanak Fanny adalah neneknya. Sebagai wanita yang cerdas dan 
sabar, ia sering mengajak Fanny berjalan-jalan di alam terbuka, 
menceritakan setiap kuntum bunga dan daun-daun secara sangat rinci dan 
Fanny mempelajarinya dengan sentuhan-sentuhan jarinya. Ia pula yang 
memperkenalkan Fanny pada karya-karya sastra dan puisi. Dan, yang 
terpenting, ia membacakan cerita-cerita dari Alkitab setiap hari.

Walaupun mendapat pendidikan dengan penuh perhatian, kehausan Fanny 
akan pengetahuan tak pernah terpuaskan. Ingatannya sangat luar biasa. 
Pada usia 10 tahun, ia dapat mengingat sebagian besar Perjanjian Baru 
dan lima kitab Perjanjian Lama. Sayangnya, sekolah pada masa itu belum 
dilengkapi dengan perangkat untuk mengajar orang buta, sehingga ia 
tidak dapat memperoleh pendidikan umum.

Mulai Bersekolah dan "Mengalami" Tuhan

Fanny berlutut bersama neneknya dan berdoa, "Tuhan yang Mahabaik, 
tunjukkan pada saya bagaimana saya dapat belajar seperti anak-anak 
lain." Tak lama kemudian, ibunya menyampaikan berita menggembirakan 
tentang kesempatan untuk masuk ke institut bagi orang buta di New 
York.

Dalam tahun itu juga, ia menjadi siswi terbaik dan setelah lulus ia 
menjadi guru di situ. Minat utamanya adalah pada puisi dan pada waktu 
senggang ia menuliskan puisi. Ketika Fanny berusia 20 tahun, ia 
terkenal di New York dan menjadi pembicara yang banyak dicari untuk 
kutipan-kutipan puisi maupun untuk upacara-upacara resmi.

Walaupun populer, ia merasakan ada sesuatu yang kurang pada hidupnya. 
Wabah kolera yang hebat, pada tahun 1849, menunjukkan padanya sesuatu 
yang kurang itu. Lebih dari separuh siswa siswi di Institut mati, 
salah satunya mati di pelukannya. Setelah membantu merawat mereka yang 
sakit selama beberapa bulan, ia hampir tertular oleh penyakit itu dan 
ia mengungsi ke luar kota.

Kematian teman-teman dekatnya sangat mengguncangkan Fanny. Di lubuk 
hatinya, ia tahu bahwa ia belum siap untuk mati. Pada 20 November 
1850, ia berlutut di depan mimbar gereja dan memberikan hatinya kepada 
Yesus. Penulis biografi Basil Miller menceritakan kata-katanya: "Untuk 
pertama kalinya, saya menyadari bahwa saya telah mencoba memegang 
dunia di salah satu tangan dan Tuhan di tangan yang lain." Akhirnya, 
Tuhan yang diperkenalkan oleh neneknya menjadi nyata baginya.

Mulai Membuat Lagu

Puisi-pusinya mencerminkan perubahan di hatinya dan lagu-lagu pujian 
menggantikan puisi-puisinya. Ketika ia bertemu dengan komponis 
Kristen, William Bradbury, pada tahun 1864, mereka segera bersahabat. 
Bradbury membuat lagu-lagu bagi banyak syair Fanny; walaupun ia 
bekerja dengan banyak komponis, kerja sama mereka yang paling erat.

Fanny biasanya menciptakan puluhan lagu di kepalanya sebelum ia 
mendiktekannya pada sekretarisnya, tetapi bagaimana pun ia mencipta, 
ia selalu menggunakan cara yang sama. Ia menyebutkan caranya: "Mungkin 
cara ini kuno, yaitu selalu memulai pekerjaan dengan berdoa. Saya tak 
pernah menuliskan lagu tanpa meminta pada Tuhan untuk menjadi sumber 
inspirasi saya."

Ia menerima banyak undangan untuk menjadi pembicara, sehingga ia 
kewalahan. Orang terkenal. Seperti Presiden Polk sering memanggilnya. 
Dengan memiliki banyak teman dan relasi, ia tak pernah merasa 
kesepian. Pada tahun 1858, Tuhan memberikan padanya seorang yang 
istimewa dalam kehidupannya, yaitu musisi buta Alexander Van Alstyne. 
Mereka menikah selama 44 tahun dan memunyai seorang anak yang 
meninggal pada waktu bayi.

Pada akhir masa hidupnya, Fanny tetap sibuk seperti biasa, bukan hanya 
dengan menulis lagu. Ia menaruh perhatian pada mereka yang kurang 
beruntung dan ia bekerja sukarela pada pusat pelayanan lokal. Bila ada 
seseorang yang datang padanya dengan pertanyaan atau keperluan, ia 
selalu menemuinya secara pribadi dan membagikan padanya terang firman 
Allah.

Semasa hidupnya, tentang kebutaannya, seorang pendeta dengan rasa 
simpatik bertanya kepadanya, "Saya rasa, sungguh membangkitkan belas 
kasihan. Sang Pencipta tidak memberi Anda penglihatan, padahal Ia 
memberikan banyak karunia lain pada Anda."

Dengan tangkas Fanny menjawab, "Tahukah Anda, seandainya saat lahir 
saya bisa mengajukan permohonan, saya akan meminta, agar saya 
dilahirkan buta."

"Mengapa?" tanya pendeta itu terperanjat.

"Karena bila saya naik ke surga nanti, wajah pertama yang akan 
membangkitkan sukacita dalam pandangan saya adalah wajah Sang Juru 
Selamat!"

Fanny wafat dengan tenang di rumahnya di Bridgeport, Connecticut, pada 
12 Februari 1915. Banyaknya orang yang datang saat pemakamannya 
merupakan bukti pengaruhnya yang luas, yang dimilikinya bagi Tuhan. 
Kata-kata ini berasal dari salah satu lagunya (Saved by Grace) yang 
menyatakan hal yang paling diharapkannya: "And I shall see Him face to 
face and tell the story –- saved by grace. (Dan, aku akan bertemu muka 
dengan-Nya dan menuturkan kisah -- diselamatkan oleh anugerah.)"

Diambil dan disunting dari:
Nama situs     : Catatan Mas Wrekso
Alamat URL     : http://www.oocities.org/sidiknugroho/fanny_crosby.htm
Penulis artikel: Sidik Nugroho
Tanggal akses  : 25 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar