Oleh: Leonardi Setiono
Saya terkadang merenungkan, mengapa saya bisa menjadi
seorang Kristen. Mengapa saya begitu yakin bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan menuju kepada Allah Bapa di Surga, jalan kepada
keselamatan dan kehidupan kekal. Kadang saya merenung mengapa saya
begitu bodoh menolak sesuatu yang menyenangkan, hanya karena Alkitab
melarangnya, hanya karena saya percaya Allah tidak menyukainya. Mengapa
saya mempercayai cerita tentang keselamatan di dalam Tuhan Yesus
Kristus?
Sampai hari ini saya tetap percaya.
Kebetulan kemarin saya dan istri bercakap-cakap dan
sedikit menyingung tentang mengapa Allah menciptakan manusia dan
diakhiri dengan tawa bersama, seraya mengakui bahwa kita ini orang-orang
bodoh yang coba memahami Allah dengan logika dan hikmat manusia. Kita
menjadi beriman bukan karena kita memahami logika tentang Allah, atau
telah mencerna masuk akalnya penebusan Kristus. Tidak, kita memang
orang-orang bodoh yang mendapat kasih karunia Allah untuk percaya kepada
berita keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus (Efesus 2:8-9). Cobalah
Anda membaca I Korintus 2:1-16, di sana kita akan melihat bahwa kita
menjadi seorang yang beriman bukan karena telah mendengarkan presentasi
yang luar biasa tentang teori keselamatan, tetapi karena kasih karunia
Allah, karena ada kuasa Allah yang dinyatakan dalam hidup kita.
Sebab itu 1 Korintus 4:20 mengatakan, "Sebab Kerajaan
Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa." Kita mendengar
dan menerima kabar baik di dalam Kristus bukan karena perkataan, bukan
juga karena logika manusia, bukan karena telaah ilmiah, tetapi karena
kuasa Allah. Tuhan Yesus waktu di dunia dan menyampaikan kabar baik
kepada orang Israel, bukan dengan kata-kata indah dan ilmiah, tetapi
Alkitab menuliskan bahwa Ia menyampaikan dengan kuasa (Matius 7:29,
Lukas 4:32, Markus 1:22,27). Demikian juga dengan kita. Kita menerima
perintah untuk menyampaikan kabar baik tersebut bukan dengan kata-kata
hikmat, tetapi dengan disertai kuasa Allah.
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)
Bacalah juga dalam Lukas 24:49, jelas disebutkan
bawah kita akan diperlengkapi dengan kuasa dari tempat yang tinggi untuk
memberitakan kabar baik dan menjadi saksi Kristus. Juga dalam Kisah
Para Rasul 1:8, bacalah dan Anda akan menemukan bahwa setelah kita
menerima kuasa kita diutus untuk menjadi saksi Kristus ke seluruh dunia.
Berita tentang injil jika kita sampaikan dengan
hikmat dunia, dengan logika, secara ilmiah, dan dengan kata-kata yang
manis dan meyakinkan maka kita tidak akan melihat pertobatan, sebab
mereka menjadi percaya bukan karena kata-kata kita, tetapi karena kuasa
Allah. Bacalah Kisah Para Rasul, bagaimana injil mula-mula disebarkan
mulai dari Yerusalem sampai ke seluruh dunia, semua dilakukan dengan
kuasa Allah. Bahkan mereka berdoa memohon kuasa Allah sebelum mereka
keluar dengan berani memberitakan kabar baik tersebut (Kisah Para Rasul
4:29:31). Setiap kesaksian, setiap berita, dan kabar baik tentang
Kristus yang kita sampaikan, Allah berjanji akan meneguhkannya dengan
kuasa-Nya (Ibrani 2:4, Markus 16:20).
Demikian juga dengan saya dan Anda, mengapa menjadi
begitu bodoh mempercayai cerita tentang keselamatan, hanya dengan
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebab kita bukan mendengar kata-kata
hikmat yang meyakinkan, tetapi karena kita telah dijamah oleh kuasa
tersebut.
Mulai hari ini, marilah kita menjadi saksi-saksi
Kristus yang disertai dengan kuasa dari tempat yang tinggi (berdoalah
untuk itu). Terkadang tanpa berkata-kata pun kita dapat membuat
seseorang bertobat dan menerima Kristus. Saya melihat sendiri kuasa
Allah yang berkerja pada dua orang teman saya, satu di SMA dan satu lagi
waktu kuliah.
Injil harus diberitakan dengan kuasa Allah, bukan
dengan kata-kata hikmat (apalagi debat, stop bagi mereka yang berdebat
antar agama, kebenaran tidak ditemukan dalam debat agama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar