Jumat, 08 Februari 2013

I CAN’T LIVE IF LIVING IS WITHOUT


(FFAJ - 2013/01/29 12:08)

Ini sebuah kesaksian pribadi yang ingin saya bagikan tentang "I Can't Live if Living is Without <BlackBerry>" sebuah merk hape (hand phone), alat komunikasi canggih dan modern bahkan tren hingga saat ini.

Saya memiliki sebuah BlackBerry (BB) ketika saya baru satu bulan bekerja. Saya mulai bekerja pada bulan Juni 2011 di sebuah toko bangunan di Serang-Bekasi (yang gajinya hanya Rp 600.000,-/bulan) setelah kelulusan sekolah menengah atas 2011 di Pontianak. Karena ingin seperti teman yang punya BB sayapun tidak sabar untuk segera membelinya. Hanya bermodal gaji Rp 400.000,- (Rp 200.000 saya simpan untuk kebutuhan lain) saya lalu meminta uang kepada kakak angkat saya untuk menambahi kekurangan yang sangat banyak itu. Setelah mengutarakan keinginan saya maka kakak saya pun memberikan uang sebesar Rp 1.800.000, katanya hitung-hitung untuk kado ulang tahun saya yang jatuh pada awal Juli. Saya pun membeli sebuah BB Gemini 8520 warna Putih bergaransi TAM seharga Rp 2.100.000,-



Setelah BB dibeli, saya merasa senang sekali dan bangga bisa memiliki benda tersebut, karena tidak semua teman saya memilikinya.

Dari bangun tidur sampai malam saat mau tidur selalu BB yang saya pegang. Entah itu BBM (BlackBerry Messenger)-an sama teman atau sekedar nge-check recent update. Saya menganggap BB itu sudah separuh nyawa sendiri, yang harus dijaga sebaik mungkin. Makanya tidak heran kalau tidak membawa BB selalu merasa ada yang kurang dan selalu merasa was-was, takut BB-nya hilang.

Lama-lama saya semakin asyik tenggelam dalam dunia BB, menjadi seorang 'anak autis' yang suka tertawa sendiri kalau membaca BBM yang lucu. Jujur saya akui, sejak memiliki BB waktu saya untuk Tuhan sudah sangat sedikit apalagi dengan kesibukan kerja sambil ber-BBM-ria. Ya meskipun kadang-kadang masih ada baca Alkitab, doa, dan masih rajin ke gereja.

Saya tidak menyadari sifat buruk saya yang menjadi semakin jauh dari Tuhan karena selain saya sendirian merantau di daerah orang yang tidak saya kenal - hanya bos saya. Saya juga tidak mempunyai teman selain BB baru saya, jadi saya pikir tidak masalah kalau sehari dua hari tidak mencari Tuhan dalam doa.

Selama beberapa bulan saya melakukan kegiatan-kegiatan 'anak autis' sampai akhirnya saya merasa sangat bosan, kekosongan/kehampaan dan tiba-tiba menangis tiada henti. Saya bingung apa yang terjadi dengan diri saya karena selama ini tidak pernah saya merasakan hal yang tiba-tiba aneh terjadi terhadap saya. Sesudah tenang saya lalu bercerita kepada teman seiman saya lewat BBM tentang apa yang sedang terjadi pada saya. Teman saya menyarankan untuk menanyakannya pada Tuhan. Saya pun mengikuti saran teman dan saya mendapat jawaban bahwa Tuhan ingin saya kembali mencari Dia dalam doa. Jawaban dari Tuhan inilah yang membuat saya sedikit demi sedikit menjadi tidak lagi tertarik dengan BB, membuat saya menjadi bosan karena setiap hari mata hanya menatap layar BB dan jari jempol menekan keyboard BB; suatu kesia-siaan yang sangat tidak berarti.

Setahun berlalu setelah saya membeli BB dan baru pindah tempat kerja, terkadang saya masih merasa tangan gatal ingin memainkan BB meskipun sedang tidak mengaktifkan/memperpanjang paket untuk BBM. Lagi-lagi saya menghabiskan waktu luang untuk BB, karena tidak tahan untuk tidak mengaktifkan paket BBM yang selalu memenuhi pikiran saya.

Finally, di akhir tahun 2012 detik-detik pergantian tahun 2013, dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak memakai BB lagi. Setelah berdoa pada Tuhan, saya memberikan BB saya kepada adik perempuan saya yang nomer tiga sewaktu pulang kampung dengan alasan agar adik saya lebih semangat dalam belajar untuk menghadapi kelulusan sekolah menengah pertama yang akan diadakan beberapa bulan lagi. Dan terbukti adik saya memang semangat dan senang menerimanya, karena BB masih ngetrend di lingkungan adik saya.

Nenek, mama dan tante saya heran dengan keputusan saya yang tiba-tiba dan merasa curiga kalau-kalau saya sudah merencanakan untuk membeli BB baru. Saya tertawa ketika ditanya seperti itu. Mereka berpikir tidak biasanya saya mau melepaskan hape yang lebih bagus sebab yang mereka tahu bahwa dari waktu SMP saya adalah orang yang tidak mau jauh dari hape ... Saya hanya memberikan alasan kalau saya sudah bosan memakai BB, saya ingin keluar dari zona nyaman dan jadilah saya bertukar hape dengan adik saya.

Memang bukan hal yang mudah untuk merelakan BB yang sudah menjadi teman saya selama satu setengah tahun. Saya merasakan kehilangan setelah tidak memakai BB, tapi saya mencoba untuk keluar dari perasaan seperti itu.

Ada hal yang saya pelajari sejak saya memakai BB, yaitu ada nilai positifnya: cepat menerima dan broadcast berita yang ter-update di TV, cepat mengirim dan menerima pesan berupa BBM, browsing dan download ke web situs yang diinginkan seperti halnya komputer, dll. Juga ada nilai negatifnya yaitu berita hoax, broadcast yang tidak penting, menjadi 'kecanduan' pada BB, merasa bangga, pamer, dll.

Saya berbagi kesaksian ini karena saya menyadari bahwa sebagian anak remaja yang dalam masa transisi bahkan tahap pertumbuhan menjadi dewasa (termasuk saya) pasti pernah dan akan mengalami hal yang seperti saya alami jika tidak menggunakan hape dengan bijaksana. Dan lagi yang namanya hape dan sederet alat komunikasi modern itu pasti akan terus berkembang sebab persaingan dunia tidak akan ada habisnya. Jika tidak mempunyai sikap pengendalian diri maka akan menyalahgunakan benda tersebut, seperti apapun bentuknya.

Saya bersyukur memiliki Tuhan Yesus yang “luar biasa baik” sehingga mau menyadarkan saya. Meskipun sekarang saya hanya memakai hape yang sudah bukan trend-nya, tapi bisa menyetel lagu rohani, SMS, telepon, bisa menyambung ke email dan facebook sudah cukup bagi saya. Saya hanya mau kembali untuk bertemu Tuhan setiap hari dalam doa dan FirmanNya. Tidak peduli dikatakan kuper (kurang pergaulan) dan gaptek (gagap teknologi) akan dunia, asalkan di dalam Tuhan justru akan menambah wawasan rohani.

Bagi yang merasa tidak mampu jangan merasa minder jika tidak memiliki berbagai kebutuhan tersier dan tidak bisa mengikuti trend duniawi. Bagi yang merasa mampu dan diberikan berkat yang lebih dari Tuhan, ingatlah selalu untuk tetap mengutamakan DIA, jadilah pelaku FirmanNya dan jadilah terang bagi sesama.

Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar