Berjuang Melawan Kanker
Kami tidak pernah menyangka ataupun siap menerima
ketika harus menghadapi masalah ini. Dede (nama panggilan/kesayangan),
anak kedua kami, yang periang, lucu, dan aktif, ternyata mengidap
penyakit berbahaya dalam tubuhnya. Vonis dokter tentang penyakit Dede
kami terima saat berumur 5 tahun, dan betapa hancur hati kami saat kami
mendengarnya.
Kira-kira awal tahun 2006, kaki Dede sering sekali
memar, kami berpikir bahwa itu disebabkan karena terbentur sesuatu.
Memang Dede adalah anak yang tak bisa diam, aktif sekali. Maka, setiap
kali dia memar kami beri dia Thrombopop gel. Namun belum satu memar
hilang dari kakinya, sudah ada memar baru lagi. Di samping itu, setiap
kali dia muntah, di mukanya akan muncul bintik-bintik merah seperti
pembuluh darah yang pecah. Bintik merah itu muncul pertama kali pada
saat dia pingsan karena tersedak makanan. Peristiwa itu terjadi satu
minggu sebelum Natal 2004. Dia muntah dan ada potongan daging ayam yang
menyangkut di lehernya dan tersedak. Mukanya membiru dan badannya telah
lemas. Puji Tuhan, saya masih bisa memberikan pertolongan secepatnya
meskipun dalam kepanikan yang amat sangat saat itu. Sejak saat itu
setiap kali dia muntah muncul bintik-bintik merah lagi di muka atau
badannya.
Setelah kami memeriksakan kondisi tersebut, dokter
menyarankan agar Dede diperiksa darahnya. Dan hasil pemeriksaan
mengejutkan kami karena menunjukkan bahwa ada kemungkinan Dede mengidap
leukemia, namun untuk kepastiannya harus diperiksa sumsum tulang
belakangnya. Kami masih tidak percaya dengan hasil itu sehingga kami
berusaha mencari second dan third opinions. Semuanya mengatakan harus
dilakukan biopsy, yaitu Dede harus di-test sumsum tulang belakangnya.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, akhirnya kami memutuskan untuk
membawa Dede berobat ke Singapore. Pada saat itu trombositnya hanya
14.000 (normalnya adalah 150.000)! Dokter mengatakan untuk dijaga agar
tidak kecapaian dan pendarahan, namun kami harus segera bawa dia ke
Singapore. Hati kami galau dan stress, namun kami dikuatkan dengan
dukungan teman-teman kami untuk segera membawanya ke Singapore.
Segera, Minggu 30 April 2006, kami berangkat ke
Singapore tanpa ada perjanjian dengan dokter di Singapore. Saat itu,
kami berkeyakinan bahwa Dede tidak sakit leukemia. Bahkan kami tidak
memberitahu dia sehingga dia tidak tahu bahwa kepergian kami ke
Singapore adalah untuk memeriksakan dia ke dokter. Dia masih sempat
menanyakan kenapa kakaknya tidak ikut dan minta kakaknya nanti menyusul
dia. Kami hanya mengatakan mau ke Singapore pergi ke dokter seperti
biasa kalau dia sedang terkena flu atau sakit ringan.
Kami berdoa agar bisa bertemu dengan dokter yang
bagus dan tepat untuk menangani sakit anak kami. Puji Tuhan, Tuhan
mendengarkan doa kami. Prof. Tan, dokter kepala bagian
haematology/oncology mau menerima kami meskipun tidak ada appointment
sebelumnya. Beliaupun mengatakan bahwa Dede harus menjalani pemeriksaan
sumsum tulang (Bone Marrow Aspiration-BMA), dan dirawat.
Hati dan mental yang telah kami siapkan, ternyata tak
kuasa menahan kesedihan, setelah mendengar hasil BMA. Dokter
memberitahukan bahwa Dede menderita leukemia jenis AML (Acute Myeloid
Leukemia) - an aggressive leukemia, dan harus dirawat di Singapore
paling tidak selama 6 bulan! Biaya pengobatannya pun sangat mahal, dan
semua itu belum termasuk biaya transplantasi, jika diperlukan.
Tangis kami tak terbendung setelah dokter pergi
meninggalkan kami. Saya masih sempat menguatkan istri saya untuk tetap
berpegang kepada Yesus, iman kita jangan goyah, dan jangan menangis di
depan anak kita. Dengan seluruh keyakinan, iman dan harapan kepada
Kristus, akhirnya kami menguatkan diri dan hanya berserah diri seutuhnya
kepada-Nya dan berjuang melalui cobaan ini.
Pada hari ketiga di rumah sakit Dede dioperasi kecil
untuk ditanamkan port a-cath di dalam dada kanannya. Dengan port a-cath
tersebut, pemberian obat, termasuk chemotherapy dan pengambilan darah
bisa dilakukan. Obat tersebut akan langsung masuk ke jantung dan tidak
beredar dulu ke tubuh, sehingga mengurangi penderitaan Dede, seperti
kulit yang gosong akibat terbakar obat chemo, serta efek negatif
lainnya.
Meskipun efek chemo seperti penurunan immune system,
sehingga mudah terinfeksi kuman, demam, diare, maupun kerontokan rambut
menyiksa Dede, namun ia tetap tegar dan semangat untuk sembuh,
keceriaannya telah kembali, sebelumnya dia selalu menangis minta pulang
dan hati kami rasanya teriris memdengarnya. Kami selalu memberi semangat
kepada Dede untuk selalu beriman dan berserah total kepada Yesus, dan
kami ceritakan kisah-kisah dari Kitab Suci terutama menjelang tidur.
Tuhan Yesus Cinta Kami
Setelah chemo yang pertama, yang ternyata memaksa
kami untuk tinggal di rumah sakit selama satu bulan karena ada demam
setelah chemo, Dede diizinkan pulang ke apartemen teman kami.
Ketika saya dan Dede tengah mengobrol berdua di ruang
TV, tiba-tiba dia berjalan menuju lukisan Perjamuan Terakhir Yesus
dengan murid-murid-Nya dan menyentuh gambar Yesus itu, dan lalu kembali
kepada saya. Lalu dia berkata, "Papah, Dede sudah sembuh karena sudah
sentuh jubah Yesus." Saya terkejut mendengarnya! Begitu besar iman dia,
begitu besar harapan dia kepada Yesus. Memang saya pernah menceriterakan
kepadanya cerita dari Kitab Suci di mana seorang perempuan yang sakit
pendarahan namun memiliki iman yang besar dan berkata, "Asal bisa
kujamah jubah-Nya saja maka aku akan sembuh". Dan ternyata cerita itu
membekas di hatinya dan dia simpan cerita itu di hati dan dia
mengimaninya. Maka saat dia melihat lukisan Yesus di ruang itu, dia
sentuh Yesus! Luar biasa! Ternyata benar apa kata Tuhan kita, "Firman-Ku
tak akan pernah kembali dengan sia-sia." Jadi janganlah kita bosan
menyampaikan firman Tuhan, ceritakanlah kisah-kisah Injil kepada
anak-anak kita.
Hal yang menyentuh hati juga terjadi saat kami mau
pulang ke apartemen setelah selesai chemo yang ketiga. Saya ajak dia ke
Gereja Novena. Kami berdoa di sana dan pada saat berjalan pulang saya
tanya apa doanya. Diapun menjawab, "Dede minta supaya darah Dede diganti
dengan darah Tuhan Yesus, biar Dede sembuh". Oh, my God, begitu indah
doanya. Saya hampir tak percaya bahwa anak seumur dia dapat berdoa
dengan begitu indahnya!
Hampir enam bulan kami menemani dia berobat di
Singapore. Terkadang kami pun merasa lelah dengan beratnya beban ini.
Kami merasa dihajar bertubi-tubi, tidak hanya fisik, finansial, mental,
maupun rohani. Namun saya berusaha untuk tidak protes dan memohon
kekuatan kepada-Nya.
Puji Syukur kepada Tuhan, Ia menjawab semua doa kami.
Dari segi finansial Tuhan secara ajaib menyediakannya. Kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan mobil Stream kami pun terjual dengan
harga yang cukup fair. Tuhan memberikan kami teman-teman yang luar biasa
yang senantiasa mendoakan kami sehingga memberikan kekuatan kepada kami
untuk menjalani semuanya ini. Mukjizat pun banyak terjadi untuk Dede.
Sel leukemia yang awalnya 54%, dapat turun secara drastis menjadi 3%
dari treatment chemo yang pertama! Luar biasa! Lalu turun lagi menjadi
1% dan terakhir 0%. Kami bersyukur, Dede tidak perlu sampai harus
ditransplantasi sumsum tulangnya. Cukup dengan 4 kali chemo, ia sudah
boleh pulang ke Indonesia, namun ia tetap harus rutin check up. Dan dia
bisa melanjutkan sekolahnya lagi di TK semester II-nya.
Cobaan Itu Masih Ada
Liburan telah tiba! kedua anak kami, Dede dan
kakaknya mendapatkan nilai rapor yang cukup baik, dan hadiah liburan
kami sesuaikan dengan jadwal check-up Dede.
Setiap bulan kami selalu memonitor kondisi darah
Dede, dan bulan Mei lalu (sebelum liburan) hasil test darah menunjukkan
hasil yang bagus, semua komponen darah ada di standard range. Tapi
betapa terkejutnya kami, ketika Prof. Tan mengatakan kepada kami kalau
Dede mengalami relapse. Ada blast cell lagi di darahnya sebanyak 44%,
dan trombositnya hanya 93.000. Bagaimana mungkin, bulan lalu hasil test
darahnya masih ok? Apa yang menyebabkan relapse? "No one knows, that"s
cancer. Difficult to predict." Prof. Tan menjelaskan dan kali ini harus
ditransplantasi! Kami benar-benar shock kembali dan tak percaya! "Oh,
Tuhan, mengapa ini harus terjadi lagi? Berlebihankah permintaan kami
apabila kami mohon Dede sehat selamanya? Terlalu mulukkah? Tuhan berapa
lama kami harus di jalan ini? Oh, Tuhan kuatkanlah kami semua untuk
menghadapi ini kembali. Buatlah kami mengerti akan kehendak-Mu."
Pergumulan berkecamuk di hati kami dan kami berjuang berat antara
protes, bingung, dan mencoba berpasrah diri ... sampai akhirnya kami
mencoba untuk berserah kepada Yesus, apapun yang terjadi Dia tahu yang
terbaik untuk kami. Kami masih tetap berharap dan berdoa bahwa hasil
pemeriksaan darah yang kemarin adalah salah dan BMA akan menunjukkan
hasil yang berbeda.
Sementara menunggu hasil BMA kami diizinkan untuk
pulang Indonesia terlebih dahulu. Kami pun sempat mencari alternatif
tempat pengobatan untuk Dede di rumah sakit Amsterdam, Belanda, karena
dulu teman kami di Amsterdam mempunyai anak juga leukemia tetapi tidak
perlu ditransplantasi. Namun dengan beberapa pertimbangan (biaya, jarak
dan ternyata prosedur transfer medisnya tidak mudah, dll), akhirnya kami
mengambil keputusan untuk tetap membawa kembali Dede ke Singapore.
Melihat kami begitu sibuknya, dia menanyakan kepada kami, "Kenapa Pah,
emang Dede sakit lagi? Dede khan udah sembuh!" Kami begitu trenyuh dan
kami pun menjelaskan kepadanya dengan hati-hati." Dan kami berpesan
kepadanya untuk "Never Give Up!"
Sebelum berangkat kami meminta pastur untuk
memberikan sakramen pengurapan orang sakit untuk kesembuhan dan
kekuatannya dalam menghadapi cobaan ini.
Tuhan Yesus Luar Biasa!
Sejak Dede dinyatakan relapse, rumah sakit Singapore
telah melakukan pencarian donor yang cocok untuk Dede. Pertama kami
mendapatkan berita bahwa ada stem cell yang berasal dari plasenta,
meskipun tidak 100% cocok namun masih bisa diterima. Kami berdoa kepada
Tuhan Yesus untuk bisa mendapatkan donor yang 100% cocok untuknya karena
tidaklah mudah untuk mendapatkan donor yang 100% cocok (menurut
statistik peluang untuk mendapatkan donor yang cocok adalah1:100.000).
Dan Tuhan Yesus menjawab, tidak hanya 1 donor sumsum tulang belakang
(bukan stem cell plasenta) yang cocok namun Yesus memberikan 4 donor
cocok! Luar biasa!
Kami selalu memberi semangat kepada Dede untuk tidak
menyerah, dan setiap malam kami menina-bobokan dengan lagu "Don"t Give
Up" dari Josh Groban, dan lagu itu menjadi favoritnya.
Satu keajaiban lagi terjadi, saat donor ditanya kapan
dia siap untuk mendonorkan sumsum tulang belakangnya, pendonor menjawab
17 Oktober, tepat ulang tahun Dede! Sehingga tepat saat Dede merayakan
ulang tahun yang ke tujuh di ruang isolasi untuk transplantasi, pendonor
sumsum tulang belakang tersebut mendonorkan sumsumnya di sebuah rumah
sakit di Amerika. Meskipun harus melewati ulang tahun di ruang BMT yang
hanya ditemani oleh saya, karena mama dan kakaknya tidak diijinkan masuk
ke ruang isolasi, karena hanya 1 orang yang diijinkan menemaninya dan
tidak boleh keluar dari ruang tersebut selama 40 hari! dan dibatasi oleh
double pintu kaca, namun Dede terlihat amat bahagia.
Tanggal 19 Oktober 2007, adalah "the big day" bagi
kami semua, Dede menerima sumsum tulang belakang dari donor. Dia
menerima semuanya dengan kepasrahan yang besar dan kami (dan teman-teman
lingkungan kami di rumah kami) berdoa tak putus-putusnya untuknya.
Transplantasi itu mulai dari tengah hari sampai sore hari dan tiap saat
dimonitor terus.
Setelah menjalani transplantasi, Dede masih harus
menjalani beberapa test darah. Hampir tiap hari harus ditransfusi darah
merah dan trombosit karena berkurang terus sebagai proses dari
transplantasi ini. Namun pada hari D+16 mulai terlihat adanya
peningkatan (engravement), artinya sumsum dari donor mulai menunjukkan
hasil dan menggantikan sumsum yang lama! 40 hari lamanya kami di ruang
isolasi, sama sekali tidak boleh keluar untuk menghindari infeksi dan
ruangan tersebut juga didisain dengan one way flow untuk arah udaranya
sehingga kuman tidak bisa masuk ke ruang tersebut, begitu juga air dan
udaranya yang masuk disterilkan terlebih dahulu.
Dan pada hari ke 40 (D+28) kami diizinkan keluar dari
ruang tersebut dan kembali ke apartemen. Sebelum keluar dilakukan test
BMA dan VNTR untuk mengetahui berapa persen sumsum dari donor telah
menggantikan sumsumnya. Saya katakan kepadanya, "Dede, kamu seperti
Tuhan Yesus yang berpuasa dan menyendiri selama 40 hari sebelum Dia
berkarya, jadi Dede akan berkarya (bersaksi) seperti Yesus juga dan kamu
telah lahir kembali dengan darah Tuhan Yesus di dalam badanmu."
Syukur kepada Allah! Hasil test menunjukkan 100%
sumsum donor telah mengantikan sumsum tulang Dede. Puji Tuhan! Terima
kasih ya Yesus, Engkau begitu baik kepada kami!
Pasca transplantasi masih ada treatment sampai
akhirnya pada tanggal 24 Februari kami diijinkan pulang ke Indonesia.
Bulan Maret Dede kembali ke Singapore, untuk check-up. Ia ditemani oleh
mamanya dan hasilnya menunjukkan hasil yang bagus.
Tidak lama setelah kembali ke Indonesia, Dede pernah
mengeluh sakit perut. Kami membawanya ke dokter namun tidak ada
perubahan. Maka segera istri saya (karena paspor saya harus
diperpanjang) membawanya berobat ke Singapore. Esok harinya di rumah
sakit Dede sempat kejang-kejang! Oh, Tuhan! Kami tidak tahu apa
penyebabnya, karena menahan sakit perutnya atau ada sesuatu di sistem
syarafnya. Istriku yang biasanya tabah sampai tidak tega untuk
melihatnya dan hampir putus asa. Dokter pun menscan otaknya dan
perutnya, dan hasilnya tidak menunjukkan adanya masalah. Namun ternyata
pada hari itu juga muncul bintik-bintik merah seperti cacar air.
Ternyata dia kena cacar air, mungkin sakit perutnya karena ada virus
cacar air di situ.
Saya bertanya kepadanya, bagaimana rasanya waktu dia
kejang. Dede bercerita bahwa dia melihat Tuhan Yesus bersama dengan 11
murid-Nya (bukan 12) datang kepadanya dan Tuhan Yesus memegang kepalanya
dan berkata, "Sembuhlah engkau!". Oh, Tuhan! Sungguh luar biasa
pengalaman dia. Tuhan sendiri yang menyembuhkan anakku Dede! Lalu saya
tanya lagi, "Pada saat Dede lihat Tuhan Yesus jelas atau seperti banyak
awan/kabut?" "Banyak awan", jawabnya.
Sepuluh hari menjalani perawatan, tanggal 24 April
2008, kami pun akhirnya kembali ke Indonesia. Ketika sampai di bandara,
kami dijemput oleh teman kami, DAAI TV, dan Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia. Yayasan kemanusiaan tersebut telah ikut membantu biaya
pengobatan Dede. Karya mereka benar-benar nyata, membantu dengan ringan
tangan, dan bukan atas nama agama, namun betul-betul karena dasar
kemanusiaan.
Mereka menyambut kami di bandara. Tidak hanya itu,
mereka juga melakukan interview kepada Dede. Dan ketika ditanya
cita-citanya, Dede menjawab. "Mau menjadi Romo." "Mengapa mau jadi
Romo?", tanya mereka. "Biar dekat sama Tuhan." Jawabnya.
Kini telah lewat dari satu tahun setelah
transplantasi dan dia semakin baik kondisinya dan bisa mengikuti
sekolahnya lagi meskipun harus mengulang di kelas 1 karena dianggapnya
cuti 1 tahun sewaktu dia sakit. Kami, sebagai orangtuanya banyak belajar
dari dia karena imannya begitu besar kepada Yesus!
Banyak sekali pelajaran iman yang kami petik dari
peristiwa ini. Kami semakin dikuatkan, iman kami ditumbuhkan dan kami
bisa lebih menyerahkan segalanya kepada kehendak-Nya. Sebelum kejadian
ini banyak doa kami yang tidak terkabulkan, tetapi kini Tuhan
mendengarkan dan mengabulkan doa-doa kami.
Kami berdoa dengan iman dan pengharapan yang besar
kepada-Nya dan tak lupa kami pun berpuasa, seperti yang dikatakan Yesus
dalam Mat 17:19-21. Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka
sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat
mengusir setan itu? Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang
percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: "Sesungguhnya sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung
ini: Pindah dari tempat ini ke sana – maka gunung ini akan
pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu (Jenis ini tidak dapat
diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa)".
Jadi jika kita menghadapi masalah yang demikian
berat, berdoalah dengan penuh iman dan ucapan syukur dan berpuasalah,
dan terlebih dahulu mengaku dosa agar karya dan berkat Tuhan dapat
bekerja pada diri kita tanpa halangan dan sandungan dosa yang ada dalam
diri dan jiwa kita.
Kami percaya sakit leukemia Dede adalah untuk
kemuliaan nama-Nya, seperti dikatakan di Yoh. 9:1-3 Waktu Yesus sedang
lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya
bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini
sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus:
"Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan
Allah harus dinyatakan di dalam dia."
Jika kita berdoa dengan iman, bukan hanya di bibir,
pasti doa itu didengarkan dan dikabulkan Tuhan karena Yesus yang
bersabda sendiri:
Mat 7:7-8, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan."
Mat 21:22, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
Yak 1:6, "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan
sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan
gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin."
Yoh 15:7, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya."
Yoh 16:23-24, "Dan pada hari itu kamu tidak akan
menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam
Nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku.
Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu."
Mrk 11:24, "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu."
Mat 18:19-20, "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika
dua orang darimu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan
mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab dimana dua
atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka."
Dalam menghadapi cobaan ini kami selalu berpegang
pada Fil 4:13 "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku , sehingga kami bisa berjalan tegak bersama Yesus
selalu.
Dan kami percaya dengan sabda dan janji Yesus karena
Ia-pun bersabda "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak
akan berlalu (Mrk 13:31)".
Kita punya Allah yang ajaib, Allah Tritunggal yang
Mahabaik dan Maha Kuasa. Penyakit leukemia adalah masalah kecil
bagi-Nya, dan tak dapat dibandingkan dengan kuasa-Nya dan Kasih-Nya
kepada kita. Alleluya, Puji Tuhan di tempat yang Maha tingi, selamanya!
(artikel tsb juga pernah dimuat di www.katolisitas.org/2009/01/22/dont-give-up)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar