Oleh: Kenia Oktavianie
Pagi ini saya terbangun karena suara seseorang
menangis di kamar asrama saya. Sedikit kaget, karena tangisannya begitu
kencang di pagi hari yang masih sangat sunyi. Selidik punya selidik,
saya mengetahui penyebab ia menangis, ternyata salah satu keluarganya
meninggal dunia.
Kejadian pagi ini membuat saya berpikir tentang air
mata. Saya teringat pembicaraan saya beberapa hari yang lalu dengan
seorang teman. Ia membagikan percakapannya dengan seorang ibu yang
suaminya di rawat di rumah sakit karena stroke. Ibu ini menyampaikan
pengamatannya selama ia menjaga suaminya berbulan-bulan di rumah sakit.
Ia menemukan bahwa orang yang kebanyakan dirawat di rumah sakit karena
penyakit stroke adalah seorang laki-laki. Lalu ibu ini membuat sebuah
analisa yang menurut saya masuk akal.
Ya, kebudayaan kita menuntut laki-laki untuk tetap kuat dalam kondisi apapun. Jangan menangis kalau kamu benar-benar seorang laki-laki,
mungkin kata-kata inilah yang sering kali kita dengar dari mulut orang
tua. Hal ini membuat sebagian besar laki-laki yang hidup dalam pola
didikan seperti ini bertumbuh menjadi pribadi yang memendam perasaan dan
kesedihan. Akibatnya tingkat stress meningkat, dan timbul penyakit
karena emosi yang tertahankan. Mungkin inilah yang menyebabkan wanita
lebih kuat, mereka lebih bebas mengekspresikan perasaan mereka tanpa
tekanan.
Hal ini membuat saya berpikir, sesungguhnya apa yang
salah dengan air mata? Bukankah Allah menciptakan air mata untuk suatu
tujuan? Dan benarkah ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal
menangis? Apakah air mata mengindikasikan kelemahan?
Saya berusaha mencari beberapa penelitian ilmiah
tentang air mata. Salah satu yang saya dapatkan adalah ini, "Seseorang
yang menangis bisa menurunkan level depresi karena dengan menangis, mood
seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe
menangis karena emosi mengandung 24% protein albumin yang berguna dalam
meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan
dari iritasi mata" (sr: indohot.org). Luar biasa bukan? Allah memang
menciptakan air mata dengan sebuah tujuan!
Lalu apa yang salah dengan air mata? Apakah air mata mengindikasikan kelemahan?
Alkitab sendiri menyatakan dengan gamblang, pria-pria
gagah perkasa yang menangis. Tengoklah Daud, prajurit hebat yang
berhasil mengalahkan Goliat. Dia menangis. Bahkan di dalam Mazmur jelas
menyebutkan, "Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi
tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku." Daud
menangis, bahkan setiap malam.
Ayub menangis dalam kesengsaraannya, "mukaku merah karena menangis, dan bulu mataku ditudungi kelam pekat (Ayub 16:16).
Petrus menangis karena menyadari ia telah berbuat dosa dengan
mengkhianati Yesus. Yusuf menangis ketika ia bertemu kembali dengan
saudara-saudaranya. Dan Yesus pun menangis (Yohanes 11:35).Ya, pria-pria itu menangis.
Lalu apa yang salah dengan tangisan dan air mata?
Tidak ada bukan? Setiap orang berhak untuk menangis, tidak peduli
gender, usia, atau jabatan sosial. Mengapa? Karena kita masih manusia.
Bukankah tangisan adalah reaksi dari perasaan yang alami, sama halnya
dengan tertawa? Bahkan Pengkotbah 7:3 mengatakan, "Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega."
Air mata mengindikasikan kelemahan? Apa yang salah
dengan itu? Bukankah setiap manusia memang lemah? Bukankah ini
manusiawi? Air mata justru menunjukkan kerapuhan kita sebagai manusia
yang terbatas dan kebutuhan kita akan Pribadi yang tidak terbatas.
Lagi pula bukankah segala sesuatu ada waktunya, "Ada
waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap;
ada waktu untuk menari (Pengkotbah 3:4).
Berikanlah waktu pada kesedihan, jika memang itu yang sedang kamu
alami. Tidak ada yang salah dengan itu, Allah menciptakannya untuk suatu
tujuan yang mulia. Penyangkalan akan kesedihan, sesungguhnya malah
membuat manusia jatuh ke dalam ketimpangan emosi yang lebih parah.
Ada penggalan kata-kata indah yang saya baca di buku karya Max Lucado,
Air mata melegakan otak yang panas,
seperti hujan pada awan-awan bermuatan listrik.
Air mata melepaskan kesengsaraan hati yang tak terpikulkan,
seperti luapan air yag mengurangi tekanan banjir pada bendungan
Air mata adalah bahan yang dibuat di surga untuk menenun pelangi yang terindah.
Pada akhirnya, Allah memang mengizinkan kita
menangis, dan itu wajar karena kita masih manusia. Bahkan Ia
mengahargainya. Namun sebagai seorang Kristen yang dewasa, alkitab
mengatakan dalam 1 Tes 4:13b,
"supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak
mempunyai pengharapan." Dalam tangisan karena dukacita yang terdalam
pun, ketahuilah bahwa pengharapan di dalam Allah tidak pernah berubah.
Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan untuk menangis.
Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan berduka cita.
Pujilah Tuhan untuk
pengharapan yang Dia berikan.
Jadi, sedang ingin menangis? Lakukan saja! Tidak ada yang salah dengan itu :) Allah menghargainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar